My Mind
B A N G K I T …
By :  Sarlen Julfree



Berhembus angin ke timur
Kelam, abu-abu, dalam biru
Mengalir perlahan namun mampu redakan kehangatan
Menyusup telusuri lorong-lorong ruang yang membisu
Menuju satu simponi waktu yang berderai
Meniti sukma kala kecewa menjelang    

Luka yang tercipta adalah tangis
Halus menjejak, ringan tak terungkap
Rona-rona itu pun mengisi bagian yang tak siap
Menjerat dalam siksa, menetap dalam lubuk sukma tergagap
Seakan kalbu terlelap di bawah telapak kaki kehidupan

Batu kini telah membeku
Dan dendam pertiwi seakan membakar dalam senyap
Hidup dalam kepalsuan, bukan seperti diri ku lagi
Yang lelah kecewa dalam muak geram tertanam
Hingga tercipta suasana rusuh hati dan sejuta tanya,
“Kenapa aku? Kenapa aku?”

Tak semua alur berjalan lurus
Namun tak semua rintangan dapat menghadang,
Merusak kehidupan dan bawa keretakkan
Mungkin aku terperosok, tapi aku tak tenggelam
Lama larut dalam luka tiada terobati
Lama terendam dalam asam kehidupan

Dahulu mungkin aku tak siap
Namun kini aku harus bangkit dan sadari
Melepas segala kepenatan dan tipu khayalan
Dalam besar hati untuk relakan,
Dan dengan lantang untuk berkata,
“Tiada lagi yang patut di sesali…”

Ya… tiada aral yang tak mungkin tak dapat di lewati

Aku tahu siapa diri ku
Aku tahu apa yang harus aku lakukan
Walau sesaat aku terlena lupa ‘tuk melangkah
Kadang tersesat, kadang terpaku, kadang terpacu  
Itulah kehidupan, tiada yang tahu…
Namun aku harus bangkit !



Jakarta, 2006

Labels: | edit post
2 Responses
  1. Kok serem amat ya, kirain tulisan-tulisan anda tu bijak.


  2. Puisi ini bertutur tentang penyesalan yang kemudian disikapi oleh keinginan untuk bangkit dari keterpurukkan yang sempat menghinggapi. Bukan perkara yang mudah untuk bangkit setelah kita sempat jatuh. Well, hidup ini memang kejam. Oleh karena itu, harus ada motifasi untuk bangkit dan bukan larut tenggelam didalamnya. Menghadirkan motifasi untuk bangkit dari keterpurukkan, adalah sebuah pilihan hidup yang bijaksana.


Post a Comment