My Mind
HADIRKAN LENTERA CINTA DALAM HATI



Orang yang sedang merasakan indahnya jatuh cinta, akan melihat hal-hal baru dan menarik setiap kali dirinya berjumpa dengan orang yang dicintainya. Setiap rona-rona pertemuan seakan dikondisikan agar selalu menghadirkan sebaris kesan yang dapat abadi melekat di hati.

Mensiasati keadaan masa-masa tak bertemu, rupa-rupa upaya dilakukan sesempurna mungkin agar getar-getar kerinduan tidak pernah lepas dari memori benak pikiran dan bagian dari relung hati. Simphoni indah dirangkai meskipun hanya sesaat mendengar suaranya, atau membaca bait demi bait tulisan SMS darinya.

Semua dipacu agar rindu tak membeku. Telinga dipasang, ucapan tak lagi menajam, dan bahasa tubuh tak mencoba untuk membangkit-bangkitkan gelisah dirinya.

Beragam nuansa dibangun untuk menemukan energi dalam kebersamaan, sehingga tercipta satu konsepsi pengertian yang mampu luluhkan aneka perbedaan, menghapus segenap persepsi buruk yang pernah terlintas.

Separuh demi separuh, benih-benih cinta yang ditabur dan ditanam, bukan lagi untuk menggapai pesona, namun diarahkan agar mengalir, hingga di dapat satu pencapaian.

Ketika pencapaian dapat diwujudkan, bahtera cinta laju dikayuh dalam bingkai, seelok binar-binar asmara. Kemesraan kini merupakan bagian dari hari-hari, mendengarkan curahan hatinya adalah sesuatu yang biasa. Detak waktu yang terus berputar, tak akan pernah disia-siakan, agar cinta yang telah tergapai, tiada percuma didapatkan.  

Nurani yang berakal akan mengerti kalau dikatakan pengertian cinta itu adalah sebuah pencarian, sebab pengisi ruangan hati yang kosong adalah misteri, hingga akhirnya berlabuh pada hati yang mendamba. Bila setiap alur tetap dijalur, dalam sekejab, cinta mampu menghadirkan perubahan seperti yang diharapkan.

Cinta itu anugerah. Cinta itu karunia. Diberikan Tuhan bukan untuk mempermainkan. Sebuah tindakan salah adalah kebodohan, karena memang, seseorang lebih mudah dan lebih cepat untuk memahat kesalahan dalam ingatan, dibandingkan mengingat segenap kebaikkan, buah-buah perbuatan benar.

Berusaha memperbaiki adalah jalan, bukan sekedar cara. Sebab, di dalam cinta, pintu maaf akan selalu terbuka, meskipun wajah telah memerah penuh amarah, serta hati meresah karena kecewa. Kelembutan nyata ada dalam diri pribadi yang memiliki hati penuh dengan cinta.

Andai kelalaian kembali berulang, biarkan kebisuan tercipta sejenak. Biarkan waktu yang ada, tak dipakai untuk mendebat dirinya, karena mungkin saja, kesalahan bukan hanya padanya.

Ingatlah…! Menekan diri dengan mengatas-namakan cinta, justru mengundang badai pada hati yang sedang kasmaran. Tidak ada rasa sukacita dalam jalan kehidupan yang penuh tekanan. Pandang matanya, biarkan dirinya tahu apa salahnya. Jangan kobarkan amarah, sebab, bila cinta masih ada di dada, penyesalan 'kan terucap.

Menciptakan keheningan sejenak, itu lebih baik dari pada mencoba memaksakan diri untuk merubah pribadi dirinya agar sama seperti bayang-bayang rupa ideal yang ada di dalam benak. Apabila berkeras diri untuk tetap melakukan, itu sama artinya memperpendek lembar-lembar kisah asmara.

Egomu, egoku... hempaskan jauh-jauh. Karena hadirnya cinta, bukan berarti berhak mengagungkan egomu-egoku. Kasih yang ditawarkan atau dijabarkan, dasarnya adalah mengasihi dirinya seperti mengasihi diri sendiri. Namun akan lebih tepat lagi, apabila segenap pernak-pernik kasih yang dinyatakan atau diungkapkan, seperti upaya manusia mengasihi Tuhan.

Jangan pernah sia-siakan cinta karena merasa diri lebih baik dari dirinya. Kehangatan cinta dapat dirasakan apabila setiap bagian relung hati diisi oleh kasih, yang indah dinyatakan kepada pasangan, tanpa harus ada kata-kata menistakan, atau kekerasan hati yang kerap memaksa. Jadikan dirinya teman, jadikan dirinya berharga di hati.

Jagalah pintu mulut dan segenap sikap agar tidak sia-sia temaram yang tercipta oleh karena tertindas oleh amarah dan perbuatan-perbuatan yang tidak perlu dinyatakan. Jangan riuh sendiri, karena perlahan demi perlahan, keriuhan itu akan mendatangkan murka atau kepenatan yang tidak diinginkan.

Dahulu, sekarang… diri ini haruslah tetap sama. Kepalsuan bukanlah kisah yang terus dipertahankan. Nilainya tidak sebanding dengan keagungan cinta yang dijalani, tidak sebanding dengan cinta kasih yang ingin diraih, dan tidak sebanding dengan pengorbanan dalam ketulusan untuk menjaga rasa sayang.

Rasakan cinta dan biarkan bernaung di dalam hati. Hadirkan lentera cinta, agar makna pencarian itu, tidak berakhir dengan kepedihan.

"Aku sayang padamu..." akan berbalas : "Aku pun sayang padamu..."

Nyalakan segenap lentera cinta. Meski kecil terangnya, namun dalam terasa... tak akan kembali dengan sia-sia...



Jakarta, 28 Maret 2008



.Sarlen Julfree Manroe
My Mind
Ingin Menggapai Asa
By : Sarlen Julfree


Hidup dalam senyap, tak ingin kaki terantuk
Setali harapan ditoreh pada hati yang lelah
Menganyam kehidupan pada biduk dipantai,
Dikayuh kencang-kencang mengarungi luas samudera
Hingga ke batas sisi,
Hamparan pasir putih yang belum pernah dipijak...

Meskipun mata lemah ingin terpejam,
Tapi sukma ini terus mengucap
Mengimbuhi jiwa yang melayang,
Melarung bersama dera kepedihan yang menjelma
Kecewa dan resah menyatu dalam angan-angan

Ingin rasanya mengaduh, tapi getar tak berpadu
Hasrat yang menggebu menyesakkan dada sudah,
Risalah waktu yang berputar seakan tak mau menunggu
Dentangnya membuat kalut, tak tahu harus berbuat apa
Saat senyap menjadi ruang dalam kalbu

Bosan, muak, jenuh...
Langit, apakah diri ini harus berbuat lebih?
Tolong sampaikan pada rembulan,
Kalau hati dan benak ini lelah menggapai sampah
Biarkan alam sadar membuat mata terbuka,
Agar keindahan nirwana,
Tak hanya bayang-bayang di depan mata



Jakarta, 24 Maret 2008


Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
P A S K A H


Kemarin, orang-orang Kristen dan orang-orang percaya lainnya sedunia merasakan dan menikmati salah satu hari terbaik yang bisa didapatkannya karena beriman kepada Yesus Kristus.

Semua umat Kristen serta orang-orang percaya di dunia, selayaknya mengucap syukur karena perbuatan KASIH yang dilakukan Yesus Kristus, telah menyelamatkan setiap orang agar tidak jatuh dalam lembah derita karena dosa-dosa yang diperbuatnya. Sebuah janji keselamatan yang telah digenapi.

Perayaan PASKAH diawali dengan derita siksa yang harus diterima Yesus Kristus dan kemudian berakhir dengan kematian di kayu salib. Sebuah penderitaan yang tidak akan ada seorang anak manusia pun bersedia atau dapat melakukannya.  

Namun, Tuhan Yesus tidak membiarkan kita dalam kesedihan oleh karena kematianNya. Kebesaran dan kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Anak ALLAH, kemudian dinyatakan. IA membawa sukacita kepada setiap orang yang beriman kepadaNya karena pada hari yang ketiga setelah kematianNya di kayu salib, Tuhan Yesus bangkit.

Pada hari itulah tanda keselamatan kita dinyatakan. Dikatakan sebagai tanda keselamatan, karena pada hari itu Tuhan Yesus telah menang mengalahkan kematian beserta alam maut. Kebangkitan Tuhan Yesus juga menandakan bahwa kehidupan di dalam iman kepada Kristus, sungguh menjanjikan dan merupakan sebuah kepastian.

Hal inilah yang membedakan iman Kristen dengan iman kepercayaan lainnya, yaitu Tuhan Yesus sendiri yang memberi jaminan serta kepastian bahwa beriman kepadaNya tidak akan berakhir dengan sia-sia namun berakhir dengan keselamatan.

Paskah berasal dari bahasa Ibrani, Pesakh, yang mempunyai arti berlalu atau melewati. Kaum Yahudi merayakan hari raya Paskah sebagai hari pembebasan bangsa Israel dari tanah jajahan Mesir, yang didahului oleh tulah kematian anak sulung.

Pada dasarnya, makna yang terkandung dalam Paskah kaum Yahudi dan Paskah umat Kristen sedunia memiliki kesamaan, yaitu adanya pembebasan serta keselamatan. Bila pada perayaan Paskah kaum Yahudi, dirayakan sebagai hari pembebasan mereka dari tanah penjajahan Mesir dan keselamatan dari kematian anak sulung. Sedangkan pada perayaan Paskah umat Kristen sedunia menunjukkan sebagai hari pembebasan (pengampunan) dan keselamatan manusia dari segala dosa-dosa (yaitu tidak jatuh ke dalam maut) serta menuju kehidupan yang kekal.

Berbagai ritual acara diadakan oleh umat Kristen sedunia untuk menyambut sukacita dari bangkit dan menangnya Tuhan Yesus dari alam maut. Dalam beberapa dekade tahun belakangan ini, pesta perayaan Hari Raya Paskah tersebut identik dengan kehadiran berbagai macam simbol/lambang, terutama dalam bentuk sebutir telur.
 
Kenapa telur?
Karena telur merupakan simbol dari cikal bakal sebuah kehidupan. Kebangkitan Tuhan Yesus merupakan suatu masa dimana kehidupan manusia setelah kebangkitan Tuhan Yesus tersebut haruslah menjadi lahir baru, yang artinya memiliki tingkah laku serta pola sikap hidup sebagai orang Kristen yang sebenar-benarnya.

Selain telur, perayaan Hari Raya Paskah juga identik dengan simbol kelinci (yaitu melambangkan kehidupan yang penuh limpahan kasih karunia dari Tuhan Yesus), serta musim semi, yang melambangkan kembali hadirnya kehidupan/pertumbuhan makhluk hidup setelah melalui masa-masa musim gugur dan musim dingin.

Rekan-rekan sekalian,

Ketulusan dan kasih Tuhan Yesus kepada kita lewat penderitaannya di kayu salib, sudah sepatutnya mendapat sambutan berupa perubahan sikap dan pola tingkah laku yang tidak atau belum benar menjadi benar.

Tidak hanya itu. Diharapkan juga agar setiap orang yang beriman dan percaya kepada Kristus, makin bertumbuh untuk menghasilkan buah-buah Roh, dan makin giat untuk  menyatakan kabar keselamatan dan kemerdekaan melalui kebangkitan Tuhan Yesus kepada mereka yang belum mengenal Kasih Tuhan Yesus tersebut.

Sukacita itu dapat kita rasakan setelah Tuhan Yesus mengalami berbagai penderitaan yang banyak mengeluarkan cucuran darah. IA pun akhirnya mati di atas kayu salib, namun kemudian IA bangkit kembali pada hari yang ketiga. Maka selayaknya pula, mereka yang belum percaya dan belum mengenal Tuhan Yesus dapat merasakan pula sukacita tersebut, agar pada akhirnya mereka pun turut di selamatkan.

Kemerdekaan dan pembebasan kita dari alam maut sebaiknya tidak disalah-gunakan dengan cara bersenang-senang atau memiliki gaya hidup yang santai atau bahkan penuh berlumuran dosa. Tidaklah demikian. Yang seharusnya terjadi adalah dengan kebangkitan Tuhan Yesus, tubuh rohani kita (yaitu iman kepada Yesus Kristus) juga bangkit dan makin berkembang serta bertumbuh.

Tubuh jasmani ini pada akhirnya akan mati, namun apabila kita terus berjalan dalam kehidupan yang terus setia beriman kepada Tuhan Yesus, maka tubuh rohani kita akan tinggal tetap ( selengkapnya, baca seluruh nats di dalam I Korintus 15 ).

Merasakan hidup senang bukanlah sesuatu hal yang salah. Namun kita juga harus ingat bahwa kehidupan kita ini memiliki tujuan serta tugas dan tanggung jawab, yaitu menyatakan kabar baik, kabar sukacita, serta kabar keselamatan yang ada dan nyata di dalam Tuhan Yesus Kristus (Matius 28 : 19 – 20). Kita tidak boleh lalai melaksanakan perintah yang Tuhan Yesus nyatakan sendiri tersebut sebelum IA naik terangkat ke sorga.

Tuhan Yesus bangkit dari kematian dan mengalahkan maut merupakan sebuah kabar baik, kabar sukacita, dan kabar keselamatan. Dan hal ini sama seperti saat kita menerima kabar baik, kabar sukacita dan kabar keselamatan pada saat IA dilahirkan sebagai bayi kudus. Pernyataan ini layak kita nyatakan kepada seluruh suku bangsa agar mereka juga percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia.

Simbolisasi hari kebangkitan Tuhan Yesus di dalam makna kata PASKAH pun adalah benar dan memiliki nilai kepastian, yaitu Pasti Aku Selamat Karena ALLAH Hidup. 


Tuhan Yesus Memberkati.


Ir. Sarlen Julfree Manurung

( terima kasih kepada Pdt. Ruth Nababan atas bahan kajiannya )
My Mind
Sumber Sukacita yang Berkelimpahan


"Tetapi dalam semuanya itu, kita lebih daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah mengasihi kita."
(Roma 8 : 37)

Ketika manusia dilahirkan, apa yang ada padanya adalah kehidupan daging yang belum beriman, yang belum mengetahui bagaimana kehidupan ini harus dijalani dan bagaimana kehidupan di dalam Roh akan menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Perjalanan kehidupan mengalir apa adanya.

Perbedaan nyata terlihat ketika kehidupan mulai membuat daging mengenal apa yang disebut dengan dosa. Dalam periodisasi kehidupan manusia ini, keinginan daging berperang melawan Roh. Semua imajinasi dalam pengharapan menjadi bagian dari hari-hari pencarian jati diri, apakah berdiri dalam kebenaran iman, atau terlena dalam kesenangan yang ada dalam kehidupan di dunia.

Upaya pencarian dilakukan untuk mendapatkan hakekat tertinggi pada saat menapaki setiap  jejak langkah dalam peristiwa kehidupan yang dihadapi. Semua berada dalam satu proses dimana diri ini yang mengendalikan atau menentukan arah mana yang ingin dilalui.

Pada konteks kehidupan seperti ini, jangan pernah kita menyalahkan Tuhan karena pilihan jalan benar atau salah, semuanya ada ditangan kita.

Banyak pribadi yang cenderung untuk memilih mengikuti keinginan daging karena kehidupan menawarkan berbagai kesenangan. Terkadang, ada dimensi hidup yang disadari bahwa hal itu adalah sebuah tindakan salah, tidak baik, atau tidak membawa manfaat bagi keberhasilan dalam hidup ini. Namun, demi tercapainya satu makna kesenangan, mata hati sengaja dikaburkan.

Bahkan, nilai-nilai prinsipil yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, diterjang agar kesenangan dapat diraih.

Konteks yang akan kita temui kemudian adalah : ketika kita mengikuti keinginan daging, maka segenap kesenangan yang akan didapatkan, sifatnya berlaku sementara, karena akan selalu diimbuhi oleh adanya kesukaran, kesedihan, kepenatan, dan kejenuhan.

Terkadang, ada dimensi hidup yang ditawarkan disadari bahwa itu adalah tindakan sesat, tidak baik, tidak membawa manfaat... namun tetap dijalani dengan mengatasnamakan pertemanan atau takut dianggap tidak mengikuti perkembangan jaman.   

Dengan kata lain, keinginan atau kehidupan di dalam daging, membuat konsep berpikir seseorang menghadirkan sebuah analogi bahwa segala sesuatu itu bisa digapai, meskipun dengan segala cara, meskipun kepuasaan yang didapat, sifatnya hanya sementara.

Bagaimana dengan kehidupan di dalam Roh?
Kehidupan didalam Roh nyata bisa dirasakan apabila manusia mengarahkan hati dan kehidupannya kepada Yesus Kristus didalam pertobatan. Sebuah kepastian diperoleh karena Kasih yang nyata didalam Kristus membuat manusia selalu ingat kepadaNya.

Segenap pencarian yang setiap pribadi lepas pribadi lakukan akan mendapatkan hasil karena arah yang manusia tuju dilandasi oleh adanya rasa percaya bahwa pencapaian dari segenap pencarian itu, merupakan tuntunan Roh. Kekuatan iman membuat segala sesuatu yang diperbuat berada dalam koridor yang tepat, yaitu sebuah kepastian.

Terkait dengan Paskah, manusia dihadapkan pada sebuah pemikiran logika dan besarnya kekuatan iman didalam Roh, untuk mengerti dan menyadari bahwa Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah, memang telah bangkit dari kematian. Manusia, dengan segenap logikanya, tidak akan mengerti akan peristiwa itu.

Daya jangkau pikiran manusia memang hanya sebatas apa yang mampu dipikirkannya. Sedangkan daya jangkau iman, dapat menyakini sebuah peristiwa berdasarkan tuntunan Roh, sehingga manusia akan tahu dan menyadari bahwa kuasa Tuhan memang melampaui kematian daging.

Realita bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari kematian merupakan suatu momentum tunggal yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun di dunia ini,  karena terlepasnya belenggu dosa yang membuat seseorang jatuh kedalam maut, secara faktual bisa pribadi lepas pribadi rasakan dalam kehidupannya asalkan dirinya mengandalkan Roh untuk meyakininya.

Satu hal yang teramat penting lainnya : apabila manusia mengandalkan kemampuan diri untuk memahami sesuatu dengan berdasarkan logika semata, maka manusia itu tidak bisa membedakan dan mengenal siapa Pribadi yang disebut dengan nama Yesus Kristus tersebut.

Ketika hal tersebut justru dipakai sebagai sebuah pedoman pemahaman, maka manusia akan semakin tenggelam dalam teori-teori pemikiran manusia semata. Namun, ketika manusia menggunakan Roh untuk dapat mengerti jalan Tuhan untuk membuat manusia tahu bahwa Tuhan adalah Pribadi yang tidak sama dengan kehidupan daging karena diriNya adalah Anak Allah, yang dapat menyatakan kuat kuasaNya, maka akan sadar, begitu besar kuat kuasa Tuhan, bahkan kuasa maut dapat dikalahkanNya.

Rasul Paulus berkata : "Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."  (Galatia 5 : 16)

Yesus Kristus adalah sumber sukacita yang berkelimpahan. Bila ingin mengerti dan merasakannya, gunakanlah Roh Kudus yang bermukim didalam hati setiap orang percaya, sehingga tidak sia-sia hidup yang kita jalani.

Nyatalah kemenangan Yesus atas maut, dan kita anak-anakNya, beroleh kemenangan oleh karena kebangkitanNya...

Happy Easter everybody... God Bless You All



.Sarlen Julfree Manurung
My Mind
Hai everybody,

Tiga hari kemarin, aku libur untuk tidak mengudara di jalur internet. Mulai hari Jum'at kemarin (14 Maret 2008), keluargaku berangkat ke Bandung untuk menghadiri pernikahan abangku yang dilangsungkan pada tanggal 15 Maret 2008, hari Sabtu kemarin.

Aku sendiri baru jalan ke Bandung pada hari Sabtu pagi karena ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu di Jakarta.

Pernikahan abang aku dilaksanakan di Gereja GKI Maulana Yusuf, Bandung. Acara pemberkatan pernikahan dilakukan di Gereja tersebut karena orang tua dari mempelai perempuan (yang saat ini telah menjadi isteri abang aku), beribadah di GKI Maulana Yusuf, dimana sang Papa, bertindak sebagai seorang Penatua disana.

Bisa dibilang, pernikahan abang aku ini adalah sebuah perwujudan dari pernikahan dua  suku dengan budaya yang berbeda, karena isteri abang aku adalah orang Jawa (tepatnya Solo, Jawa Tengah) sedangkan kami sendiri adalah orang Batak.

Jodoh memang tidak mengenal apa yang dinamakan perbedaan suku. Ketika Tuhan telah memberkati terbentuknya keluarga, maka, apapun suku dan budaya kita, itulah yang menjadi jodoh kita.

Perbedaan langgam budaya membuat acara resepsi pernikahan abang aku tersebut diadakan dalam 2 sesi, yaitu secara nasional namun dengan iklim adat Jawa (sesuai permintaan pihak keluarga pengantin perempuan), dan nanti, pada tanggal 22 Maret 2008, diadakan pesta  atau resepsi pernikahan secara adat batak.

Mungkin banyak orang bilang, besar sekali ego orang batak sehingga pernikahan yang terjadi  pada generasinya, harus diadakan pesta secara adat.

Well, begitulah orang batak dengan keunikan adat-istiadatnya. Dalam culture batak, seberapa besar pun diadakan sebuah resepsi pernikahan, apabila belum dilakukan secara adat, maka, pernikahan tersebut belum diakui secara adat.

Bagi pribadi lepas pribadi yang tidak terbiasa dengan kehidupan adat, pasti akan mengatakan hal yang sama seperti yang aku ungkapkan diatas : "egois sekali orang batak itu..." Tapi, itulah adat.

Sebuah tanda sukacita memang tidak ada salahnya apabila juga melibatkan adat. Karena bagaimanapun, sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai latar belakang suku dan keragaman adat istiadatnya, sesuatu yang baik serta tidak bertentangan dengan iman kepercayaan kita masing-masing, tidaklah salah untuk dilakukan.

Resepsi yang diadakan pihak mempelai perempuan sendiri tidak menggunakan adat Jawa. Kami hanya diminta menggunakan pakaian beskap dan belangkon yang menandakan siapa kami (apakah saudara kandung, keluarga dekat, atau orang tua). Lebih dari itu, tidak ada, karena susunan acaranya sendiri, memang dibuat sebagai resepsi nasional.

Selain itu, ada tiga hal yang menarik lainnya dalam pernikahan itu. Pertama, abang aku dan isterinya, adalah sama-sama anak pertama. Abang aku memang anak ke-3 dari lima bersaudara. Namun, dalam urut-urutan anak laki-laki, abang aku adalah anak pertama.

Daya tarik kedua adalah pernikahan itu terjadi antara dua orang anak Penatua. Bapak aku sendiri seorang Penatua di HKBP. Bapak aku memang sudah pensiun dalam jabatan pelayanannya itu.

Sedangkan hal menarik ketiga, selain abang aku, tidak ada yang mengenal baik seluk-beluk kota Bandung. Apabila kami ingin jalan-jalan atau belanja-belanja ke kota Bandung, selama ini, abang aku lah yang menjadi pemandunya.

Wah, rombongan besar keluarga aku bahkan sampai nyasar-nyasar untuk menemukan tempat penginapan yang keluarga aku sediakan. Mau bagaimana lagi, keluarga aku ingin menghormati kehadiran keluarga besar (baik dari pihak Bapak atau Ibu aku) dengan menyiapkan tempat menginap yang layak dan representatif bagi mereka.

Yaaa... semua harus benar-benar merasakan sukacita dan tidak boleh disulitkan karena tidak  mendapatkan tempat untuk menginap.

Pilihan jatuh pada Wisma Unpar. Sebuah tempat penginapan yang tidak begitu luas namun nyaman, tenang, bersih dan murah harga sewanya. Meskipun murah, tempat itu bukan murahan karena masih memiliki cita rasa tersendiri sebagai sebuah lokasi penginapan.

Aku sendiri menilai, acara pernikahan itu berlangsung sukses. Banyaknya tamu yang datang menandakan bahwa pernikahan abang aku merupakan sukacita pula bagi mereka-mereka yang diundang.

Usai pelaksanaan resepsi, esok paginya, aku dan saudara-saudaraku serta kekasihku, Ira, pergi belanja-belanja di daerah Martadinata. Ada lebih dari 5 jam kami hanya berkutat di daerah itu untuk membeli barang-barang yang menarik perhatian dan perlu dibeli.

Balik dari Bandung agak sore. Sebelum pulang, mampir dulu ke toko kue Bawean di Jalan Riau. Sejumlah kue, ice cream, dan segelas capuccino dingin kami beli. Tak tertinggal pula, kami memborong tahu sumedang yang dijual didepan toko kue itu. Lucunya, sebelum tahunya habis, cabe rawit yang dijadikan aksesoris makanan tahu goreng tersebut, lebih dahulu habis. Padahal, pedas sekali cabe rawitnya...

Sampai di rumah, badan benar-benar terasa lelah. Tapi apa daya, kehidupan harus berlanjut. Yang belum dikerjakan, harus dikerjakan, yang menjadi tanggung-jawab, tak boleh menjadi lalai. Apalagi acara pesta adat batak akan diadakan hari Sabtu esok (22 Maret 2008). Namun karena tempatnya di Jakarta dan gak jauh dari rumah, kelelahan mungkin tidak seperti saat di Bandung kemarin. Semoga saja.



.Sarlen Julfree Manurung

Labels: 5 comments | | edit post
My Mind
SUSAH DAN SENGSARANYA MENJADI RAKYAT



Entah kenapa, nampaknya bangsa Indonesia sangat suka sekali bersikap diskriminatif kepada kelompok masyarakat yang termasuk kategori ekonomi menengah-kebawah, terutama dari golongan kaum miskin serta kelompok masyarakat tak mampu lainnya. Mereka seakan sulit mendapatkan tempat yang layak di negeri ini.

Ketika upaya pembiayaan pembangunan yang dilakukan negara mengalami kesulitan, hampir dapat dipastikan, kalau kedua golongan masyarakat ini seakan-akan harus dapat menerima dengan pasrah untuk dikorbankan, tidak diayomi dan ditopang oleh negara. Padahal, kemampuan ekonomi masyarakat miskin dan tidak mampu lainnya, cenderung dibawah standar kemampuan ekonomi yang sewajarnya.

Apabila itu terjadi, kedua kelompok masyarakat itu, patut untuk resah karena para ekonom negara, yaitu pihak pemerintah yang mengurusi kelangsungan perputaran roda perekonomian dan keuangan negara, justru mengatakan kalau perkembangan ekonomi negara, mengalami peningkatan. Kalau memang pertumbuhan ekonomi nasional mengalami peningkatan, kenapa makin banyak saja rakyat miskin dan rakyat golongan tidak mampu lainnya?

Segenap angka-angka bermakna positif dari perkembangan ekonomi negara tersebut, bagi kaum miskin serta tak mampu lainnya, tidak memiliki makna penting, karena buat mereka, dapat sekedar makan (tanpa harus memperhatikan kandungan gizi) dan tidak kelaparan saja, itu sudah sangat baik.

Bagi mereka, berbagai usaha untuk pemenuhan asupan makanan secara teratur, lebih memiliki nilai penting dibandingkan angka statistik kemajuan ekonomi negara. Wajar saja kalau mereka berpikiran seperti itu.

Bagaimana mereka mau makan kalau harga-harga kebutuhan pokok mahal harganya? Silih berganti harga-harga sejumlah bahan kebutuhan pokok diguncang. Beras, gula, minyak goreng, daging sapi, tepung terigu, serta banyak bahan kebutuhan pokok lainnya, seakan terjadwal untuk mengalami fenomena harga tinggi karena tiba-tiba hilang dipasaran.

Terakhir kali, kacang kedelai kena imbas. Bahan dasar untuk membuat tahu-tempe itu tiba-tiba lenyap dari pasar karena harga kacang kedelai yang mahal, membuat pihak pabrikan kedua komuditas kelompok makanan murah namun sehat itu, tidak mampu berproduksi lagi. Kalau dipaksakan, mereka semua bisa gulung tikar.

Beberapa waktu yang lalu, komoditas daging sapi hampir menghilang di pasaran karena harga yang melonjak tinggi. Harga daging sapi yang dijual ditingkat pedagang saat itu mencapai 53.000 rupiah. Mereka mengatakan, kalau harga jual yang dianggap memiliki nilai ekonomis bagi para konsumen adalah 44.000 rupiah.

Adapun para pedagang yang berdemonstrasi di depan Istana Merdeka mengatakan, kalau hilangnya daging sapi dari pasar-pasar tradisional, adalah akibat dari adanya monopoli perdagangan daging sapi, khususnya oleh para pemegang kendali keran import daging sapi, yang hanya dikuasai sejumlah perusahaan semata.

Masalahnya sekarang, semua harga barang konsumsi yang terus digoyang tersebut, kalau sudah merangkak naik, rasa-rasanya sulit sekali untuk turun.

Mahalnya harga-harga bahan kebutuhan pokok membuat rakyat miskin dan kaum tak mampu lainnya, semakin sulit untuk mendapatkan produk kebutuhan pokok dengan harga murah namun berkualitas baik karena daya beli mereka memang terbatas sekali.

Kalau memang keadaannya sudah seperti itu, mereka terpaksa harus bisa mengakali pola makan mereka agar tetap bisa makan, yaitu dengan mencampurnya dengan nasi sisa atau dengan produk makanan yang belum tentu layak untuk dikonsumsi.

Beras murah (beras raskin) memang masih ada, tapi sekarang pun harganya belinya sudah ikut-ikutan naik. Tadinya rakyat bisa membelinya dengan harga seribu rupiah per-liter. Namun beberapa waktu belakangan ini, rakyat terpaksa harus mengeluarkan uang seribu enam ratus untuk satu liternya. Kenaikkan harga enam ratus rupiah, sungguh, cukup memberatkan mereka.

Kalau tidak makan, mereka akan mudah terserang penyakit. Tahun kemarin masih ada program asuransi kesehatan masyarakat miskin (askeskin). Tapi tahun itu, sepertinya pemerintah sulit untuk mengadakannya.

Besarnya tunggakan pembayaran askeskin di berbagai rumah sakit yang menerima asuransi bagi rakyat miskin itu, jumlahnya telah mencapai 1,2 trilyun. Keadaan ini membuat program asuransi kesehatan yang sangat membantu segenap rakyat miskin untuk dapat berobat sesuai dengan standar kesehatan yang semestinya ketika mereka menderita sakit, sangat besar kemungkinan, pada pertengahan tahun 2008 ini, akan sulit untuk diteruskan. Entah kemana uang sebanyak itu sekarang mengendap.

Pemerintah memang sudah membayarkan sebagian tunggakan kepada sejumlah rumah sakit penyelenggara askeskin. Namun pembayaran yang ada, berdasarkan keterangan sejumlah  direktur rumah sakit yang dilansir media massa, adalah untuk pembayaran three wulan tahun 2008 ini. Sedangkan tunggakan tahun 2007 yang lalu, belum dibenahi pemerintah.

Apabila kondisinya seperti itu, sama artinya mereka harus rela kehilangan lagi subsidi pemerintah, khususnya untuk pembiayaan asuransi pengobatan. Padahal, untuk tahun 20008 ini, rakyat miskin dan tak mampu lainnya akan mengalami pengurangan secara besar-besaran subsidi BBM, khususnya minyak tanah, untuk maksud penghematan dan mengurangi beban APBN kita.

Alternatif pilihan lain agar bisa berobat dengan biaya murah pun, dicari. Puskesmas menjadi tempat pelarian. Itupun bukan berarti upaya pengobatan bagi rakyat miskin dan tidak mampu lainnya, dapat sesuai harapan dan memadai karena tidak terlepas pula dari sejumlah kendala. Tidak hanya dari segi pelayanan kesehatan, namun juga dalam hal ketersediaan obat-obatan.

Tidak semua jenis obat-obatan tersedia di puskesmas. Bisa dikatakan, di puskesmas hanya tersedia jenis obat generik. Sedangkan obat-obatan paten, yang memiliki fungsi obat untuk penyembuhan jenis-jenis penyakit berat atau spesifikasi penyakit tertentu lainnya, tidaklah tersedia. Kalau pun ada, jumlahnya sangatlah terbatas.

Beberapa waktu belakangan ini, jumlah stok obat generik sudah semakin terbatasnya. Hal ini dapat terjadi karena tingginya biaya produksi obat-obatan generik, membuat pihak pabrikan mulai enggan memproduksinya apabila pemerintah tidak mensubsidi harga produksi obat. Keadaan ini membuat ketersediaan obat-obatan jenis generik di puskesmas menjadi sangat terbatas.

Biaya berobat menjadi semakin besar kalau tidak ada obat generik. Terkadang kondisi ini membuat rakyat miskin akhirnya terpaksa mengkonsumsi obat-obatan yang dijual di warung dan toko obat, yang belum tentu terjamin khasiatnya atau masa berlaku obatnya, atau mendatangi tempat pelayanan pengobatan alternatif, yang belum tentu dalam menjalankan prakteknya sesuai dengan standar pengobatan yang benar.

Padahal, saat musim hujan seperti sekarang ini, berbagai penyakit berkembang subur. Rakyat miskin harus benar-benar melakukan upaya ekstra dalam menjaga kesehatan. Tingginya curah hujan, membuat hadirnya genangan air serta banjir dimana-mana. Genangan air kotor yang menggenang di banyak tempat, dan timbunan sampah sisa banjir, menjadi sarang bagi penyakit.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD), diare, infeksi saluran pernapasan atas serta influenza, merajalela. Kalau tingkat kesehatan badan tidak begitu tangguh, penyakit akan mudah masuk. Bagi orang berkecukupan, pergi ke dokter, klinik kesehatan atau rumah sakit, bisa dilakukan. Bagaimana dengan rakyat miskin?

Apabila harus berobat ke rumah sakit, rakyat miskin tak mampu membiayainya. Mau tidak mau, mereka harus berusaha untuk mendapatkan uang apabila harus dirawat di rumah sakit. Kalau tidak meminjam uang dari tetangga atau saudara, yaaa… mereka harus bekerja.

Cari kerja dengan pendidikan rendah, bukanlah perkara yang mudah, bahkan terhitung sebagai sebuah perkara yang sulit untuk didapatkan. Kalaupun dapat kerja, gaji yang didapatkan cenderung tidak mencukupi untuk menutupi tingginya biaya hidup.

Ketika mereka mencoba untuk membuka usaha kecil-kecilan, mereka malah digusur atau dikejar-kejar aparat. Ketika ada niat untuk wirausaha, terganjal oleh tidak adanya modal atau pihak yang bersedia untuk memodali.

Mencoba untuk mencari tambahan pengetahuan atau ketrampilan, juga sulit diperoleh. Bisa duduk di bangku sekolah pada saat sekarang ini, bagi rakyat miskin dan tidak mampu lainnya, sudah menjadi “barang” mahal.

Dalam 10 tahun belakangan ini, biaya pendidikan disetiap tingkatan sekolah, memang mahal nilainya. Meskipun banyak pemerintahan daerah yang mengatakan kalau pihak pemda menggratiskan biaya pendidikan, namun dalam pelaksanaannya, itu tidak ada. Pihak sekolah tetap mengajukan dan membebani para siswa dengan biaya-biaya yang tidak disubsidi, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat.

Bagaimana dengan mengikuti kursus? Sama saja. Biaya mengikuti kursus tak sanggup terpenuhi karena memang rata-rata membutuhkan biaya yang cukup besar, dan sangat jarang tempat kursus yang mau memberikan tarif super murah. Apalagi belakangan ini sudah banyak Balai Latihan Kerja (BLK) yang tutup karena tidak adanya pelatih atau peminatnya.

Kesengsaraan hati dan perasaan bahkan terjadi meskipun itu bukan karena kehendak mereka. Contohnya, kelompok masyarakat yang harus kehilangan kepemilikkan tanah dan harta kekayaan lainnya oleh karena terkubur oleh lumpur panas Lapindo, ataupun pemecatan besar-besaran oleh karena PHK.

Jumlah anggota masyarakat yang menganggur memang mengalami peningkatan. Hal yang paling mengejutkan, ada kecenderungan, mereka yang menganggur adalah dari kalangan terdidik, yaitu berasal dari anggota masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan akhir sarjana.

Sungguh, ini merupakan suatu fenomena gunung es yang seharusnya segera di antisipasi agar tidak meledak, karena dunia lapangan pekerjaan, justru tidak menyerap kelompok masyarakat terdidik ini. Pada sisi yang lain, potensi terbukanya lapangan kerja, tidak terjadi karena perbaikan kondisi perekonomian negara tidak diikuti oleh dibukanya banyak lapangan pekerjaan atau terbukanya kesempatan untuk berusaha secara mandiri.

Jadi, meskipun pintar di bangku sekolah atau perkuliahan, belum tentu mereka bisa langsung bekerja karena memang lapangan kerja yang ada sangatlah terbatas.

Memperhatikan seluruh uraian diatas, maka dapat diketahui kalau membaiknya roda perekonomian nasional, tidak diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan rakyat, khususnya anggota masyarakat dari kelompok masyarakat ekonomi menengah-bawah. Jangankan bisa bergerak kearah sejahtera, untuk bisa makan secara teratur saja, rakyat harus sangat bersusah payah dalam memenuhinya.

Semua indikator yang memberatkan pembiayaan ekonomi negara, akhirnya bermuara pada pemberian beban kehidupan yang lebih berat lagi kepada kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu lainnya, yaitu terjadinya pengurangan jatah subsidi yang memang seharusnya difasilitasi pemerintah untuk menjamin kelangsungan kehidupan dari kedua kelompok masyarakat tersebut.

Pemerintah seakan menempatkan rakyat miskin dan tidak mampu lainnya pada posisi penuh dilema. Mereka “ditekan” dengan menghadirkan sejumlah alasan, diantaranya harga minyak dunia yang terus bergejolak dan tidak stabil. 

Serba salah. Pada saat dunia bergejolak, keadaan rakyat justru semakin tidak bisa makan dan hidup semakin susah. Amanat UUD 1945 agar negara mengayomi sepenuhnya rakyat miskin serta kurang mampu lainnya, nampaknya belum bisa dilakukan sepenuhnya dalam beberapa tahun kedepan.

Mudah-mudahan, pemerintahan hasil pemilu 2009 nanti, bisa memberikan angin perubahan tingkat kesejahteraan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu lainnya. Pada politisi boleh saling berebut kekuasaan selama rakyat tidak dilupakan. Sedih rasanya kalau negara ini harus bergejolak lagi karena rakyat tidak bisa makan.



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: 1 comments | | edit post
My Mind
Kemarin, aku diberitahu Ira kalau abangnya baru saja mendapatkan sebuah laptop . Melalui abangnya pula, Ira juga ditawari untuk mendapatkan sebuah laptop lainnya.

Tadi siang, aku di telepon Ira. Ia memberitahukan aku bahwa sore ini dirinya akan mengambil laptop yang ditawarkan abangnya itu. Dan sore tadi, dia sudah mendapatkannya.

Hiks... Sedih... Sebenarnya, niat untuk membeli laptop itu adalah angan-angan aku. Gak tahu kenapa, dalam menggapai setiap impian aku, selalu lambat aku dapatkan, atau bahkan tidak pernah aku dapatkan sampai saat ini.

Aku bagai pejuang yang tidak pernah menang perang...

Hiks... Hiks... Hiks...   
Labels: 1 comments | | edit post
My Mind
Panas-Dingin Kehidupan



Sudah beberapa minggu belakangan ini, kita tidak dapat memprediksikan keadaan cuaca. Saat pagi hari cuaca terlihat cerah, dalam tempo 1 jam saja, cuaca berubah mendung dan akhirnya turun hujan lebat yang disertai angin kencang.

Bagi mereka yang berangkat bekerja menggunakan angkutan umum, keadaan ini sering kali membuat mereka dalam dilema, apakah akan membawa jaket atau cukup membawa payung. Bagi para perempuan, membawa payung adalah sesuatu yang biasa. Sedangkan seorang pria, membawa payung itu adalah pilihan yang kesekian.

Sebuah pilihan yang sederhana memang, namun ini menyangkut faktor kebiasaan dan ego semata. Bagaimana pun, panas dinginnya udara harus kita sikapi dengan bijaksana.

Namun, ada kondisi panas dingin dalam konteks berbeda, yang sulit sekali kita sikapi dengan bijaksana. Perlu kesabaran dan upaya pragmatis untuk menghadapi keadaan panas dingin yang satu ini.

Panas-dinginnya harga barang-barang kebutuhan pokok...dalam beberapa bulan belakangan ini, terjadi di negeri kita. Lonjakan berbagai bahan kebutuhan pokok secara silih berganti dan seakan tiada habis-habisnya, mampu membuat banyak ibu-ibu di negeri kita tidak bisa atau tidak sanggup membuat ragam pilihan dalam menyediakan menu makanan di meja makan keluarga. Sedangkan bagi para bapak-bapak, mereka harus semakin bekerja keras, agar kenaikkan harga tidak keluarganya mengalami kesulitan untuk makan.

Harga-harga kebutuhan pokok, sebentar naik, gak lama turun sedikit. Turunnya harga bisa terjadi kalau pemerintah segera turun tangan, bukan karena pasar sendiri yang menghendaki harga-harga tersebut turun. Sifatnya bukan sistematik.

Ibu-ibu kita seakan dipaksa untuk hidup kembali ke tahun 1960-an, saat banyak kebutuhan pokok sulit untuk didapatkan. Kalau ada, mereka harus antri berjam-jam atau membelinya dalam jumlah terbatas karena mahal harganya.

Tak disangka, kondisi seperti sekarang, terjadi di jaman modern seperti sekarang ini, banyak ibu-ibu di negeri kita harus antri untuk mendapatkan minyak tanah, minyak sayur, bahkan beras. Negeri yang kaya dengan hasil bumi ini, rupa-rupanya sulit menyediakan kebutuhan pokok bagi warga negaranya dengan melimpah-limpah dan harga murah.

Bisa makan 3 kali sehari saja susah, apalagi mau mengumpulkan materi hingga menjadi kaya harta... entah kapan bisa terjadi.

Sebagian rakyat Indonesia memang seakan berada dalam posisi terpuruk oleh kemiskinan. Ketika yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Entah sampai kapan seluruh rakyat Indonesia bisa masuk ke dalam kategori masyarakat makmur dan sejahtera.

Oleh karena kemiskinan, jiwa-jiwa banyak yang tidak kuat menghadapi tantangan beratnya kehidupan. Ada yang bunuh diri, dan ada pula yang mati kelaparan. Sangat mengenaskan ketika melihat berita di televisi dan membaca di koran, peristiwa meninggalnya seorang ibu yang sedang hamil tua beserta anaknya yang mati kelaparan di Sulawesi Selatan karena tidak punya uang untuk membeli makanan.

Banyak orang yang tidak berani berkomentar melihat dan membaca tragedi itu karena  memang, tragedi seperti itu tidak perlu terjadi di negara kita.

Kalau sudah seperti ini, seluruh bangsa Indonesia menjadi panas-dingin, semoga saja, termasuk  didalamnya, pemerintah kita....
 

.Sarlen Julfree Manurung
Labels: 2 comments | | edit post