My Mind
HADIRKAN LENTERA CINTA DALAM HATI



Orang yang sedang merasakan indahnya jatuh cinta, akan melihat hal-hal baru dan menarik setiap kali dirinya berjumpa dengan orang yang dicintainya. Setiap rona-rona pertemuan seakan dikondisikan agar selalu menghadirkan sebaris kesan yang dapat abadi melekat di hati.

Mensiasati keadaan masa-masa tak bertemu, rupa-rupa upaya dilakukan sesempurna mungkin agar getar-getar kerinduan tidak pernah lepas dari memori benak pikiran dan bagian dari relung hati. Simphoni indah dirangkai meskipun hanya sesaat mendengar suaranya, atau membaca bait demi bait tulisan SMS darinya.

Semua dipacu agar rindu tak membeku. Telinga dipasang, ucapan tak lagi menajam, dan bahasa tubuh tak mencoba untuk membangkit-bangkitkan gelisah dirinya.

Beragam nuansa dibangun untuk menemukan energi dalam kebersamaan, sehingga tercipta satu konsepsi pengertian yang mampu luluhkan aneka perbedaan, menghapus segenap persepsi buruk yang pernah terlintas.

Separuh demi separuh, benih-benih cinta yang ditabur dan ditanam, bukan lagi untuk menggapai pesona, namun diarahkan agar mengalir, hingga di dapat satu pencapaian.

Ketika pencapaian dapat diwujudkan, bahtera cinta laju dikayuh dalam bingkai, seelok binar-binar asmara. Kemesraan kini merupakan bagian dari hari-hari, mendengarkan curahan hatinya adalah sesuatu yang biasa. Detak waktu yang terus berputar, tak akan pernah disia-siakan, agar cinta yang telah tergapai, tiada percuma didapatkan.  

Nurani yang berakal akan mengerti kalau dikatakan pengertian cinta itu adalah sebuah pencarian, sebab pengisi ruangan hati yang kosong adalah misteri, hingga akhirnya berlabuh pada hati yang mendamba. Bila setiap alur tetap dijalur, dalam sekejab, cinta mampu menghadirkan perubahan seperti yang diharapkan.

Cinta itu anugerah. Cinta itu karunia. Diberikan Tuhan bukan untuk mempermainkan. Sebuah tindakan salah adalah kebodohan, karena memang, seseorang lebih mudah dan lebih cepat untuk memahat kesalahan dalam ingatan, dibandingkan mengingat segenap kebaikkan, buah-buah perbuatan benar.

Berusaha memperbaiki adalah jalan, bukan sekedar cara. Sebab, di dalam cinta, pintu maaf akan selalu terbuka, meskipun wajah telah memerah penuh amarah, serta hati meresah karena kecewa. Kelembutan nyata ada dalam diri pribadi yang memiliki hati penuh dengan cinta.

Andai kelalaian kembali berulang, biarkan kebisuan tercipta sejenak. Biarkan waktu yang ada, tak dipakai untuk mendebat dirinya, karena mungkin saja, kesalahan bukan hanya padanya.

Ingatlah…! Menekan diri dengan mengatas-namakan cinta, justru mengundang badai pada hati yang sedang kasmaran. Tidak ada rasa sukacita dalam jalan kehidupan yang penuh tekanan. Pandang matanya, biarkan dirinya tahu apa salahnya. Jangan kobarkan amarah, sebab, bila cinta masih ada di dada, penyesalan 'kan terucap.

Menciptakan keheningan sejenak, itu lebih baik dari pada mencoba memaksakan diri untuk merubah pribadi dirinya agar sama seperti bayang-bayang rupa ideal yang ada di dalam benak. Apabila berkeras diri untuk tetap melakukan, itu sama artinya memperpendek lembar-lembar kisah asmara.

Egomu, egoku... hempaskan jauh-jauh. Karena hadirnya cinta, bukan berarti berhak mengagungkan egomu-egoku. Kasih yang ditawarkan atau dijabarkan, dasarnya adalah mengasihi dirinya seperti mengasihi diri sendiri. Namun akan lebih tepat lagi, apabila segenap pernak-pernik kasih yang dinyatakan atau diungkapkan, seperti upaya manusia mengasihi Tuhan.

Jangan pernah sia-siakan cinta karena merasa diri lebih baik dari dirinya. Kehangatan cinta dapat dirasakan apabila setiap bagian relung hati diisi oleh kasih, yang indah dinyatakan kepada pasangan, tanpa harus ada kata-kata menistakan, atau kekerasan hati yang kerap memaksa. Jadikan dirinya teman, jadikan dirinya berharga di hati.

Jagalah pintu mulut dan segenap sikap agar tidak sia-sia temaram yang tercipta oleh karena tertindas oleh amarah dan perbuatan-perbuatan yang tidak perlu dinyatakan. Jangan riuh sendiri, karena perlahan demi perlahan, keriuhan itu akan mendatangkan murka atau kepenatan yang tidak diinginkan.

Dahulu, sekarang… diri ini haruslah tetap sama. Kepalsuan bukanlah kisah yang terus dipertahankan. Nilainya tidak sebanding dengan keagungan cinta yang dijalani, tidak sebanding dengan cinta kasih yang ingin diraih, dan tidak sebanding dengan pengorbanan dalam ketulusan untuk menjaga rasa sayang.

Rasakan cinta dan biarkan bernaung di dalam hati. Hadirkan lentera cinta, agar makna pencarian itu, tidak berakhir dengan kepedihan.

"Aku sayang padamu..." akan berbalas : "Aku pun sayang padamu..."

Nyalakan segenap lentera cinta. Meski kecil terangnya, namun dalam terasa... tak akan kembali dengan sia-sia...



Jakarta, 28 Maret 2008



.Sarlen Julfree Manroe
0 Responses

Post a Comment