My Mind
BERSIKAP LAYAKNYA SEORANG PEMENANG
A nice memoir from my friend : Bernadet Tarie


Ada 2 orang ibu memasuki toko pakaian dan ingin membeli baju.

Ternyata pemilik toko lagi bad mood sehingga tidak melayani dengan baik, malah terkesan buruk, tidak sopan dengan muka cemberut.

Ibu pertama jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, ibu kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan pada penjualnya.

Ibu pertama bertanya, “Mengapa Ibu bersikap demikian sopan pada penjual yang menyebalkan itu?” 

Lantas dijawab, “Kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah penentu atas tindakan dalam hidup kita, bukan orang lain.”

"Tapi ia melayani kita dengan buruk sekali", bantah Ibu pertama.

"Itu masalah dia. Kalau dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk dll, toh tidak ada kaitannya dengan kita."
 
"Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur & menentukan hidup kita, padahal kita yang bertanggung jawab atas diri kita," jelas Ibu kedua.

Dear friend's,

Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan org lain. Kalau orang memperlakukan kita buruk, kita akan membalasnya dengan sikap dan perlakuan yang buruk juga. Atau, bisa juga sebaliknya.

Maksudnya, kalau orang tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau org lain pelit pada kita, kita yang semula pemurah, bisa tiba-tiba menjadi orang yang sedemikian pelitnya. Tapi kalau orang lain berlaku sopan, kita juga akan menunjukkan sikap sopan santun kita. Dan jika orang lain berbaik hati pada kita, maka kita akan menjadi orang yang paling murah hati sedunia.

Kalau direnungkan, betapa tidak arifnya tindakan kita itu. Kenapa untuk berbuat baik saja, harus menunggu orang lain berbuat baik dulu kepada kita? Kenapa harus menunggu?

Jagalah suasana hati kita sendiri. Jjangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak..  

Jangan pula menunggu untuk berbuat baik. Ingatlah, Tuhan meminta kita untuk selalu berbuat baik, kapan pun, dimana pun, dan kepada siapa pun.

Kita yang bertanggung jawab atas hidup kita, bukan orang lain..

Hidup kita terlalu berharga, oleh sebab itu :
"Make Yourself Have a Meaning for Others"

Pemenang kehidupan adalah :
Orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar dan yang tetap tenang di tengah badai yang paling hebat..


God Bless.
My Mind

Hari Jum'at (02/03/2012) kemarin, saat saya jalan kaki untuk pulang ke rumah usai melepas rasa jenuh yang teramat sangat, saya bertemu dengan seorang teman saya. Wajahnya terlihat lelah. Temanku itu mengajakku ngobrol-ngobrol sejenak di warung tenda pecel lele milik Pak Huda. Nampaknya hatinya sedang diliputi rasa gundah.

 

Teman saya itu bercerita, kalau dirinya baru saja kembali dari rumah sakit, mengantarkan anaknya ke UGD karena beberapa kali muntah-muntah sejak sore hari. 


Kekhawatiran teman saya itu cukup beralasan, karena saat pertama kali anaknya muntah-muntah, ia dan isterinya masih dalam perjalanan pulang ke rumah dari kantor (saat masuk UGD, anaknya sudah 5 kali muntah). Sepanjang hari, anaknya ditemani oleh baby sitter dan kedua mertuanya.

 

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, ternyata anaknya muntah-muntah karena telah memakan / menelan potongan pensil crayon yang dipakainya untuk menggambar. 

 

Rupanya, saat tidak terawasi dengan baik, anaknya yang masih balita itu, memasukkan pensil crayon ke dalam mulutnya, menggigitnya dan menelannya. Mungkin dikiranya pensil crayon itu sebatang cokelat. Untung saja segera dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan medis.

 

Syukurlah, saat ini kondisi anak teman saya itu sudah membaik. Hal itu saya ketahui tadi pagi, saat saya tanyakan kabar tentang kondisi anaknya via SMS. Teman saya bilang, walau masih agak lemas, anaknya sudah bermain kembali sambil sarapan. Puji Tuhan.

 

Awasi Saat Anak Beraktifitas

 

Well, pertemuan dan obrolan dengan teman saya itu, menjadi salah satu bahan renungan, sebelum saya berangkat tidur malam itu. 


Alam perenungan saya tidak memikirkan tentang kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Hal yang saya pikirkan adalah : kita tidak boleh lalai mengawasi anak-anak (khususnya, yang masih balita) saat mereka sedang bermain atau memegang benda yang bisa mengganggu kesehatan atau membahayakan keselamatan jiwanya.

 

Entah apa jadinya kalau racun dalam pensil crayon, telah menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan anak teman saya itu. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi pada anak-anak balita yang lain.

 

Ditengarai, saat ini ada begitu banyak mainan anak-anak yang mengandung racun berbahaya. Tidak hanya mainan, tapi ada banyak pula produk-produk jajanan yang dijual bebas, diolah secara tidak higienis, atau ditambahkan zat-zat kimia berbahaya (seperti : pewarna tekstil, boraks, formalin, dll.) dalam proses produksinya.


Beberapa kali stasiun televisi swasta menayangkan, bagaimana orang-orang yang tidak bertanggung jawab, memasukkan zat-zat kimia berbahaya pada bahan makanan yang sedang mereka produksi. Padahal zat-zat itu dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada organ tubuh, bahkan menjadi penyebab timbulnya kanker atau tumor.


 

Orang tua memang tidak boleh lengah mengawasi anak-anaknya saat beraktifitas. Ada banyak aktifitas yang bisa membuat seorang anak mengalami cidera, keracunan, atau bahkan, meninggal dunia. 

 

Sepanjang tahun 2011 lalu, lebih dari 3 orang anak meninggal dunia karena terjatuh setelah bermain-main di sekitar eskalator yang ada di mall. 


Pada tahun yang sama, ada banyak pula anak-anak yang mengalami keracunan karena makan atau minum dari penjaja makanan tidak sehat yang dijual para pedagang diluar pagar sekolah. Bahkan ada banyak pula anak-anak yang dilarikan ke rumah sakit, karena tersedak benda-benda yang mereka masukkan ke dalam mulut mereka. 

 

Kelalaian memang bisa berakibat fatal. Oleh sebab itu, pola pengawasan harus selalu dilakukan agar anak tidak "bereksperimen" dengan hal-hal yang ingin dilakukan dan diketahuinya. Bagaimana pun, pengetahuan anak atas "hukum sebab-akibat" masih membutuhkan arahan serta bimbingan orang tua.

 

Tubuh seorang anak balita, masih amat rentan dari gangguan kesehatan mengingat anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Jaringan organ dan sistem kekebalan tubuh mereka, masih belum sempurna. Demikian pula dengan sel-sel otak mereka, sedang giat-giatnya berproduksi.

 

Wawasan pengetahuan mereka tentang bahaya (memakan atau memasukkan suatu benda yang bukan makanan ke dalam mulut, memanjat bangku, naik tangga, memegang korek api atau benda tajam, dll.), masih sangat minim. Itu sebabnya, suatu pola pengawasan melekat, perlu terus dilakukan. Para pendamping anak saat beraktifitas, tidak boleh lengah dalam mengawasi. 

 

Ada baiknya, pola pengawasan dilakukan secara langsung oleh orang tua, mengingat kedekatan emosional dengan orang tuanya, amat mempengaruhi penerimaan anak atas hal-hal yang patut dan perlu diketahuinya, agar sesuai dengan tatanan, aturan, serta pola hidup yang diinginkan orang tua.

 

Berikan Anak Pengetahuan dan Pemahaman

 

Anak-anak usia balita memang harus diberikan pengetahuan tentang hal-hal apa saja yang boleh serta bisa mereka lakukan, dan yang boleh / bisa di makan atau di minum. Selain itu, orang tua juga harus memberikan pengarahan dan pengajaran tentang cara berbicara secara santun.

 

Pola pembelajaran tentang hal-hal yang benar dan baik, bahkan harus terus dilakukan meskipun anak-anak sudah duduk di bangku sekolah menengah tingkat atas, karena pada usia tersebut, selain karena rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu masih tinggi, lingkungan pergaulan juga bisa mempengaruhi mereka untuk melakukan yang tidak benar.

 

Dalam hal ini, sifat dari pola pembelajaran dan penanaman pengetahuan terhadap anak yang dilakukan oleh para orang tua, berlaku secara berkesinambungan, disesuaikan dengan usia serta karakter setiap anak.

 

Arahan yang diberikan orang tua, sebaiknya disampaikan dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh anak, dan disampaikan dengan penuh kasih, sehingga anak dapat menerima pembekalan yang dilakukan orang tua, dalam makna arti serta konteks pemikiran yang benar.

 

Berikan alasan, contoh, dan ilustrasi yang tepat, kenapa sesuatu itu boleh dilakukan, boleh di makan / di minum, serta boleh diucapkan, dan kenapa yang lainnya tidak boleh dilakukan, tidak boleh di makan / di minum, serta tidak boleh diucapkan. Jika memang tidak boleh, nyatakan kenapa hal itu tidak boleh. 

 

Satu hal yang perlu juga diingat para orang tua : jangan pernah mengajarkan anak-anak dengan bahasa yang kasar (kata-kata penuh rasa amarah). Jangan pula memberikan hukuman dalam bentuk pukulan, mencubit, atau menjewer telinga apabila anak melakukan kesalahan.

 

Apabila seorang anak melakukan kesalahan, Cynthia Whitham, MSW. dalam bukunya yang berjudul "Mengatasi Rengekan dan Perilaku Buruk Anak" mengatakan, tindakan yang perlu dilakukan adalah : tatap matanya, dan nyatakan dengan tegas bahkan kita sebagai orang tua, tidak ingin dirinya melakukan hal-hal yang kita larang, yang membahayakan dirinya, dan yang bisa membuat kita marah.

 

Setelah itu, berikan anak pelukan penuh kehangatan, usap air matanya (jika menangis), dan sampaikan alasan kenapa kita menegurnya (karena kita menyayanginya, kita tidak ingin dirinya terluka, kita tidak ingin dirinya melakukan perbuatan-perbuatan yang salah) dengan bahasa penuh kasih serta mimik wajah tersenyum.

 

Menurut Cynthia, bahasa nasehat yang penuh kasih, masih lebih efektif untuk mengarahkan anak untuk tidak melakukan hal-hal yang kita larang atau hal-hal tidak boleh mereka nyatakan.

 

Akan ada penerimaan yang berbeda dari anak jika kita menyampaikan suatu pengarahan dengan menggunakan bahasa yang kasar, dalam kondisi marah, atau dengan hukuman. Tindakan tersebut tidak baik bagi perkembangan psikologi anak, sebab seorang anak (yang masih berusia balita dan usia sekolah SD) akan menerima didikan serta pengajaran yang kita berikan itu secara bulat-bulat.

 

Pada sisi yang lain, jangan pula segan-segan memuji anak, pada saat melakukan perbuatan yang benar atau yang sesuai dengan keinginan dan harapan orang tua. Adanya pujian dari orang tua, merupakan pola pendekatan emosional (rangsangan psikologi) positif, yang akan membuat seorang anak, lebih memilih untuk terbiasa menjalani pola hidup benar, seperti yang diajarkan orang tuanya.

 

Dalam masa pertumbuhan, rasa ingin tahu anak memang sangat tinggi. Namun tidak demikian dengan kemampuan mereka dalam mencerna pengetahuan yang baru diterimanya. Oleh sebab itu, daya nalar serta pengetahuan anak, perlu terus dibangun dan diarahkan, sehingga anak dapat membedakan mana yang benar serta mana yang salah, mana yang membawa manfaat dan mana yang bisa menjerumuskannya ke dalam masalah, dan mana yang bisa membuat diri serta hati mereka bahagia atau terluka. 

 

Orang tua juga jangan selalu menuruti keinginan anak, karena hal itu akan membuat pribadi anak menjadi seorang anak yang manja, tidak termotifasi untuk tetap memanfaatkan yang sudah ada. Anak-anak juga perlu tahu dan diberi ketegasan, akan ada batasan-batasan yang membuat diri mereka tidak selalu bisa mendapatkan yang mereka inginkan.

 

Sekali lagi, lakukan hal itu dengan bahasa penuh kasih, bukan dengan ngomel-ngomel, apalagi kalau disertai dengan tindakan memukul, menjewer, atau mencubit bagian tubuh dari anak.  

 

Pola pembelajaran harus diberikan se-edukatif mungkin, dimana ada unsur tanya-jawab dan pelatihan / pengenalan akan sesuatu. Jangan ragu pula untuk bertanya kepada orang-orang yang sudah berpengalaman, atau memiliki latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan psikologi anak. 

 

Anak harus tetap diberikan kemerdekaan berekspresi, tapi jangan biarkan mereka berimajinasi sendiri. Anak harus tetap diberikan arahan, dimana proses pengenalan dan pembelajaran yang dilakukan, harus ada keseimbangan antara wacana dan praktek.

 

Pengawasan Adalah Bagian Dari Proses Pembentukan Karakter Anak

 

Orang tua merupakan sosok paling berpengaruh dalam membentuk perilaku anak. Karena kedekatan emosional, keberadaan orang tua menjadi amat berarti dalam kehidupan seorang anak. Segenap bentuk perhatian, cara merespons, dan sikap orang tua memberikan arahan atau menerima pandangan anak, akan sangat mempengaruhi pembentukan perilaku serta karakter seorang anak, apakah akan sesuai harapan orang tua, atau tidak.

 

Keberhasilan dalam mendidik anak, mungkin tidak ditemui hari ini. Namun segenap proses pembelajaran benar yang diajarkan kepada anak, kemungkinan besar akan menghasilkan pribadi-pribadi anak yang berkarakter kuat, mandiri, tidak minder, dan inspiratif. 

 

Potensi-potensi yang dimiliki seorang anak juga dapat terus ditumbuh kembangkan dengan pola pengawasan yang diterapkan orang tua, karena di dalam pengawasan, akan ada komunikasi saat berinteraksi, akan ada perlindungan dalam pencegahan, serta akan ada banyak ungkapan kasih yang bisa diuraikan.

 

Dalam hal ini, adanya suatu pola pengawasan anak-anak saat beraktifitas sejak usia dini, memiliki arti penting, yaitu dalam mengendalikan kualitas kepribadian yang dibentuk orang tua, sejak dilahirkan.

 

Hidup adalah proses. Dan proses itu telah dimulai sejak seseorang masih berusia balita. Awasi anak-anak balita pada saat beraktifitas, agar proses yang terus berjalan dari hari ke hari, dapat sesuai dengan harapan, dimana seorang anak dapat hidup berhasil berkat pola pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan orang tuanya.

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

Salah satu topik yang paling sering diangkat sebagai berita utama pemberitaan media massa (baik media cetak maupun media elektronik) nasional beberapa waktu belakangan ini, adalah mengenai sikap pejabat dan sebagian wakil rakyat kita di DPR yang senang sekali melakukan kebohongan publik.

 

Catat, tidak sekedar menyampaikan kebohongan yang diucapkan dengan wajah tersenyum di hadapan media massa, akan tetapi sekarang, mereka sudah tenang-tenang saja berbohong meskipun sedang berada dibawah sumpah, baik sumpah jabatan, maupun sumpah yang di lafalkan sebelum menyampaikan kesaksian di pengadilan. Sungguh amat ironis memang.

 

Banyak orang mengatakan, kalau seseorang ingin berkarir sebagai seorang politisi ataupun pejabat negara, maka orang itu harus berani berkata bohong.

 

Itu sama artinya, kepada para calon PNS dan calon wakil rakyat, mulailah membiasakan diri untuk sesekali berbohong serta mendengarkan kata-kata penuh kebohongan, supaya tidak jengah lagi untuk melakukannya saat sudah diangkat menjadi PNS atau anggota dewan.

 

Kenapa berani berkata bohong menjadi “syarat tak tertulis” untuk menjadi PNS atau sebagai anggota dewan?


Alasannya sederhana saja. Sebagai penentu kebijakan publik (minimal, mempunyai peranan atas adanya suatu kebijakan publik), white lies dapat dilakukan apabila tindakan itu bertujuan untuk menjaga stabilitas politik, keamanan dan perekonomian, agar tetap berjalan baik.

 

Dalam hal ini, kebohongan publik dinyatakan untuk menciptakan suasana kondusif. Pada keadaan atau situasi tertentu, terkadang masyarakat tidak perlu diberitahu tentang kondisi real gar tidak terjadi kepanikkan yang berdampak pada terganggunya stabilitas politik, keamanan, dan ekonomi.

 

Namun itu bukanlah berarti, sebuah keputusan yang diambil untuk mencegah munculnya ketegangan sosial ditengah-tengah masyarakat, dijadikan alasan untuk melegalkan berkata bohong kepada masyarakat. Cukup tidak diucapkan, bukan dibohongi.

 

Menyampaikan kebohongan publik sering dilakukan pejabat pemerintah atau wakil rakyat karena mereka tidak ingin kehilangan integritas mereka di mata rakyat.

 

Namun tidak sedikit pula yang melakukan kebohongan publik karena para penguasa ingin mengamankan kursi kekuasaannya, atau dalam rangka mencari dukungan masyarakat untuk menjalankan suatu niatan dan rencana aksi besar mereka.

 

"No Matter How Big The Lie is, People Will Believe It If You Repeat It Enough” merupakan salah satu model kebohongan publik yang di kemas Nazi Jerman sebagai alat propaganda, untuk membangun kebencian masyarakat Jerman atas kaum Yahudi.

 

Ditengarai pula kalau Presiden Amerika Serikat, George Bush Jr, mengawali aksi invasi ke Irak, setelah terlebih dahulu menghadirkan kebohongan publik untuk membenarkan langkah yang diambilnya dalam menjatuhkan Presiden Saddam Husein. Invasi pasukan Amerika ke Irak dilakukan dengan alasan negara tersebut telah memproduksi / memiliki senjata nuklir.

 

Sedangkan di Indonesia, menyampaikan kebohongan publik merupakan kebiasaan baru di kalangan pejabat atau wakil rakyat kita.

 

Namun, aksi kebohongan publik yang dilakukan oleh sejumlah pejabat maupun wakil rakyat di negara kita ini, tidak dilafalkan dalam rangka menjaga keutuhan stabilitas nasional, akan tetapi dalam rangka “pasang badan” (demi kepentingan yang lebih besar) atas suatu perkara yang sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan masyarakat.

 

Aksi “pasang badan” ditempatkan sebagai pilihan sikap untuk melindungi kelanggengan arus kepentingan tertentu yang selama ini sudah dimainkan atau diketahuinya. 


Oleh karena itulah, mereka terlihat canggung saat harus menentukan sikap dengan menggunakan hati nurani dan dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran.

 

Pertanyaan sekarang, apakah kebohongan publik memang merupakan sebuah tindakan bijak, sehingga dianggap sah-sah saja untuk dilakukan demi lahirnya suatu kebijakan publik (public policy) yang dapat mengayomi seluruh anggota masyarakat yang dipimpinnya?

 

Fakta yang ada, tidak berkata demikian... Suasana kondusif mungkin tetap terjaga. Namun kebohongan publik yang dilakukan pejabat atau wakil rakyat, mendorong kehancuran moral dan sendi-sendi kehidupan anak-anak bangsa yang dipimpin atau diwakilinya di DPR.

 

Hidup masyarakat akan semakin susah dan berat untuk dijalani, karena pemimpin yang suka menyampaikan kebohongan publik, adalah pemimpin yang tidak sepenuh hati memegang dan memperhatikan amanat penderitaan rakyat. Mereka termasuk golongan pemimpin yang tidak berpihak kepada rakyat.

 

Apabila seorang pemimpin melakukan kebohongan publik, itu sama artinya, pemimpin itu bukanlah seorang pemimpin yang ksatria, tidak berani melihat realitas, karena memilih untuk menutup-nutupi kesalahan dibandingkan mempertanggung-jawabkannya.

 

Kebohongan tetaplah kebohongan. Pesan yang ingin ditaruhkan hanyalah sebuah upaya untuk mencari pembenaran, bukan meletakkan kebenaran sebagai dasar dalam membuat kebijakan.

 

Tidak ada satu pun model pendekatan pemikiran positif yang dapat dikembangkan atasnya. Dalam hal ini, segala bentuk perbuatan yang dilandasi oleh pola pemikiran yang salah, tidak akan membawa banyak manfaat (berdaya guna besar), terutama bagi masyarakat luas.

 

Jika dikatakan 1 + 1 = 2, maka ada 2 pihak yang dibohongi : orang lain, dan dirinya sendiri. It means, berbohong itu tidak hanya menyusahkan orang lain, tapi juga merugikan diri sendiri.

 

Sekali kita berbohong, maka satu saat nanti, kita akan kembali berkata berbohong (membuat kebohongan yang lain) untuk menutupi kebohongan yang telah kita nyatakan sebelumnya. Artinya, kebohongan itu bisa berlanjut, apabila kita sendiri tidak berhenti berbohong. Tentu amat menakutkan kalau hal itu dilakukan oleh para pemimpin dan wakil rakyat kita.

 

Pemimpin seharusnya bisa menjadi tokoh panutan, contoh dan suri tauladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Keberadaannya di barisan terdepan, adalah sebuah kehormatan, karena tidak semua orang bisa jadi pemimpin. Jadi bersikaplah seperti seorang pemimpin.

 

Bagaimana bisa menjadi panutan atau teladan yang baik apabila kebohongan publik masih ditempatkan sebagai aral dalam kehidupannya sebagai seorang pemimpin?

 

Figur pemimpin yang baik akan berlaku elegan saat harus menentukan sikap. Namun berlaku elegan tidak harus diwujudkan dengan mengumbar kebohongan publik, akan tetapi memilih bersikap jujur karena berani berlaku jujur merupakan nilai lebih yang menunjukkan kualitas kepemimpinan seseorang.

 

Memang dibutuhkan keberanian untuk berlaku jujur, terutama saat langkah-langkah dalam mengambil keputusan, harus menghadapi benturan kepentingan dengan sejumlah pihak atau kelompok tertentu.

 

Adanya benturan kepentingan, sering kali menyudutkan posisi seorang pemimpin. Kuatnya desakan dari pihak-pihak tertentu, membuat kebijakan yang dikeluarkan seorang pemimpin, tidak lagi bersikap obyektif, dan tidak konsisten berdiri diatas semua kepentingan.

 

Kondisi ini terkadang mendorong seorang pemimpin mengeluarkan kebijakan non-populis, yaitu sebuah kebijakan yang tidak bersifat win-win solution, karena tujuan dari pembuatan kebijakan tersebut, sesungguhnya hanya untuk melindungi adanya kepentingan tertentu yang ingin diakomodasikan.

 

Terkadang pula, sebelum membuat atau menetapkan kebijakan, seorang pemimpin sengaja mendramatisir keadaan yang ada dengan menyampaikan kebohongan publik, agar memiliki alasan untuk membuat kebijakan non-populis. Dalam hal ini, kebohongan publik dinyatakan dengan memutar-balikkan fakta atau dengan tidak mengungkapkan keadaan yang sebenarnya.

 

Pemimpin yang menyampaikan kebohongan publik, adalah pemimpin yang secara sengaja mendegradasikan konsep pemikiran benar yang seharusnya dipergunakan sebagai landasan pemikiran dalam membuat kebijakan atau mengarahkan opini publik.

 

Seorang pemimpin yang baik tidak akan menginspirasi masyarakat yang dipimpinnya dengan menghadirkan friksi lewat kebohongan publik, karena dirinya tahu dan menyadari, kalau pilihan sikap seperti itu, hanya akan mencoreng wibawanya di mata masyarakat.

 

Dalam hal ini, pilihan sikap yang diambil dalam membuat keputusan atau kebijakan oleh seorang pemimpin yang baik, akan selalu dilandasi oleh kebenaran dan kejujuran.

 

Mengembangkan pola komunikasi publik dengan menghadirkan kebohongan, bukanlah suatu pola pendekatan yang mengilhami masyarakat untuk hidup tertib, akan tetapi menimbulkan kegamangan dan sikap pesimistik, karena melihat pemimpinnya memiliki mindset yang salah dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

 

Pada akhirnya, kebenaran mungkin dapat ditutup-tutupi oleh aneka kebohongan. Akan tetapi, kebohongan tidak akan pernah bisa dipertahankan dalam rentang waktu lama. Suatu saat nanti, kebenaran tidak akan bisa ditutup-tutupi lagi.

 

 

 

Sarlen Julfree Manurung -

My Mind

Lebih dari seminggu lamanya, kesaksian yang disampaikan Angie (panggilan akrab dari Angelina Sondakh) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai media dan tengah-tengah masyarakat.

 

Banyak anggota masyarakat yang "kagum" atas sikap tenang dan konsisten yang ditunjukkan Angie pada saat bersaksi. Namun, banyak pula anggota masyarakat yang mencemooh pilihan sikap yang diambil Angie waktu itu. Pada dasarnya, mayoritas anggota masyarakat menilai, kalau Angie tidak berkata jujur.

 

Tentu saja, adanya penilaian negatif masyarakat tersebut, menghadirkan citra tersendiri atas diri Angie. Padahal sebelum memberikan kesaksian, banyak yang berharap Angie, “buka suara” saat bersaksi di persidangan, sehingga persidangan kasus suap yang menempatkan Muhammad Nazaruddin (mantan Bendahara Umum Partai Demokrat) sebagai tersangka, menjadi terang benderang.

 

Nyata-nyatanya, hal itu sama sekali tidak terjadi. Angie memilih untuk tidak menjawab sejumlah pertanyaan penting yang disampaikan oleh anggota majelis hakim, jaksa penuntut umum, maupun para penasehat hukum dari Muhammad Nazaruddin. Padahal, sejumlah pertanyaan itu, adalah pertanyaan yang ingin mempertegas nilai-nilai kebenaran dari sebuah fakta.

 

Drama persidangan yang menghadirkan Angie sebagai saksi dalam sidang kasus suap Wisma Athlet SEA GAMES Palembang pada hari itu, berakhir dengan anti-klimaks.


Terlepas dari "strategi" yang diterapkan Angie dalam menjawab sejumlah pertanyaan, banyak pula anggota masyarakat yang menghadirkan suatu anggapan, kalau para penasehat hukum Muhammad Nazaruddin, kurang kuat menekan dan mendesak Angie untuk menyampaikan kesaksian yang sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya.


Materi pertanyaan yang mereka ajukan, cenderung tidak terlalu mendalam. Bisa dibilang, tidak banyak pertanyaan bersifat taktis maupun bermakna strategis, yang disampaikan para penasehat hukum Muhammad Nazaruddin kepada Angie. Mereka juga tidak mendalami sejumlah jawaban Angie selama bersaksi di persidangan.

 

Elza Syarief, Hotman Paris Hutapea, Junimart Girsang dan Rufinus Hutauruk, seakan tidak mampu berbuat banyak saat Angie hanya bersikap pasif dan menyampaikan jawaban “tidak tahu” atau “tidak merasa Yang Mulia”.

 

Entah karena terpukau, karena merasa dilecehkan, atau karena memang sudah mati akal, para penasehat hukum papan atas di Indonesia itu justru terlihat bingung dan kesal karena tidak ada hal penting yang bisa mereka peroleh dari Angie.

 

Kebingungan mengemuka karena mereka terpengaruh oleh gaya tenang Angie pada saat bersaksi. Sedangkan rasa kesal mereka mengemuka karena Angie telah membuat mereka terlihat tidak cerdas. 

 

Semuanya itu tidak perlu terjadi apabila sejumlah pengacara handal itu tidak terlalu percaya diri, kalau Angie akan mengakui banyak hal dalam kesaksiannya, sehingga akhirnya mereka sendiri menjadi tidak salah kaprah dan tidak mampu dengan cepat menghadirkan serangkaian pertanyaan berbobot yang membuat Angie tidak bisa lagi berkelit dengan hanya menjawab "tidak tahu" atau "tidak merasa Yang Mulia" saja.

 

Hotman Paris Hutapea sebenarnya sempat membuat pertanyaan cerdas saat mengkaitkan 5 fakta kehidupan Angie yang memiliki kesamaan dengan isi transkrip pembicaraan BBM yang diambil dari Blackberry milik Mindo Rosalina Manulang.

 

Sayangnya, Hotman Paris Hutapea dan para pengacara Muhammad Nazaruddin lainnya, tidak siap dengan banyak konsep pertanyaan cerdas lain yang membuat Angie tidak lagi bisa menghindar untuk berkata jujur dan sesuai fakta yang ada.

 

Tidak terlihat pula adanya suatu upaya untuk membangun pengkondisian suatu alur kesaksian yang terarah dan terkonsep dari para pengacara papan atas di Indonesia itu. 


Hal ini bisa terjadi karena mereka terlalu emosional melihat sikap Angie yang tidak kooperatif dalam bersaksi. Padahal, keadaan yang seharusnya terjadi, adalah : mereka tampil lebih tenang, bahkan “lebih dingin” dari sikap yang ditunjukkan Angie selama memberikan kesaksian di persidangan.

 

Amat disayangkan pula, mereka malah terlihat "frustasi" dalam menghadapi Angie, dengan menyampaikan permohonan kepada majelis hakim agar majelis hakim bisa menentukan sikap tentang siapa yang menyampaikan kesaksian benar di persidangan, yaitu antara kesaksian Angie, Mindo Rosalina Manullang atau Yulianis.

 

Konsistensi sikap Angie, membuat posisinya tetap berada "diatas angin". Apalagi sikap ketua majelis hakim yang memimpin jalannya persidangan, ada kesan "melindungi" Angie dari tekanan yang dihadirkan para pengacara.

 

Belajar dari gaya bertanya Hotman Paris Hutapea, seharusnya ada banyak cara bertanya yang bisa dinyatakan untuk membuat Angie buka suara.

 

Sekarang Angie menjadi primadona pemberitaan media massa. Gagalnya upaya konfrontasi kesaksian Angie dengan Mindo Rosalina Manulang, membuat Angie dapat sedikit bernafas lega.


Angie memang bukanlah tokoh berpengaruh besar di negeri ini. Namun Angie telah berhasil membangun suatu citra penuh fenomena, karena “sikap lugunya” saat menyampaikan kesaksian di Pengadilan Tipikor Jakarta, berhasil menyedot perhatian masyarakat.

 

Unsur melindungi kepentingan yang lebih besar, nampak terlihat dalam kesaksian yang disampaikan Angie. Wajar saja hal itu terjadi, karena selain Angie sendiri mempunyai peranan didalamnya, Angie juga tidak ingin menjadi bulan-bulanan "para penguasa" pada saat dirinya telah duduk di kursi terdakwa atas kasus hukum yang berbeda.

 

Jalannya persidangan kasus suap Wisma Athlet SEA GAMES Palembang, memang belum usai. Agenda persidangan masih diisi dengan mendengarkan kesaksian sejumlah saksi lainnya. Ketajaman pedang keadilan semoga tidak menjadi tumpul karena kesaksian Angie.

 

Kesaksian Angie telah memperbesar gaung citra buruk ranah peradilan di negeri kita, yang memang tidak mengenal kata memaksa untuk berkata jujur dan sesuai fakta. Wibawa hukum seakan ditelikung karena adanya "pembiaran" atas bentuk kesaksian yang tidak memaparkan kebenaran secara apa adanya.


Apakah memang tidak ada lagi suatu keinginan hati untuk membebaskan palu keadilan dari cengkraman pengaruh "para penguasa" maupun pihak-pihak tertentu yang sedang berhadapan dengan hukum?


Gaya Angie dalam menyampaikan kesaksian, merupakan contoh buruk bagi bangsa ini. Kecerdasannya justru dipakai untuk mensiasati keadaan, dan bukan untuk menyampaikan yang benar, secara tegas dan terhormat.


Sungguh ironis rasanya, karena Angie memanfaatkan kepintarannya untuk mengakali dan mencari selamat. Amat jauh berbeda dari pesona citra seorang mantan putri yang sempat membanggakan bangsa.

 

Kini Angie sedang gencar-gencarnya membentuk pencitraan diri. Angie sedang mencoba mencari simpati masyarakat dengan menampilkan sosok seorang ibu yang ingin menjaga dan melindungi perasaan anak-anaknya.


Nampaknya, Angie sadar, bahwa dirinya telah menghadirkan contoh perbuatan yang tidak selayaknya mengilhami benak pikiran anak-anaknya. 

 

Well, waktu yang akan menjawab, apakah Angie benar-benar "tidak tahu" dan "tidak merasa" mempunyai andil dalam kasus hukum yang ikut menciptakan sikap apatis masyarakat pada dunia politik kita, terlebih lagi, kepada pemerintah dibawah komando Presiden SBY. 


Kebohongan mungkin bisa menutupi kebenaran. Namun kebenaran tak akan bisa selamanya bisa dibungkam. Semua akan ada waktunya untuk dipaparkan dan diakui.

 

 


.Sarlen Julfree Manurung 

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

Terhitung lebih dari 10 hari lamanya, aku tidak banyak melakukan aktifitas. Bukan karena aku sedang malas atau sedang tidak ada kerjaan, akan tetapi karena aku jatuh sakit. 


Dokter Erlia Sinta yang memeriksa kesehatanku mengatakan, aku terserang gastritis. Masyarakat mengenal gastritis sebagai sakit maag.

 

Masyarakat awam sendiri mengenal gastritis sebagai sakit maag. Namun, derita sakit maag yang aku alami bukanlah derita sakit maag biasa, yang dapat disembuhkan dengan meminum obat maag yang dijual bebas.

 

Secara umum, gastritis adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena adanya peningkatan kadar asam lambung hingga melebihi batas normal. Tingginya kadar asam dalam lambung, menimbulkan rasa mual, keringat dingin, dan mencret pada saat buang air besar.

 

Kalau tidak mampu menahan rasa mual, penderita akan mengalami muntah-muntah, dimana muntahannya itu mengandung cairan asam berwarna kuning. 

 

Derita sakit yang kualami, berawal dari kondisi mual yang tiba-tiba aku rasakan saat tidur, pada hari Sabtu (11/02/2012), menjelang subuh. Pada dinihari itu, tiba-tiba aku merasakan mual yang teramat sangat, hingga akhirnya aku jackpot (muntah-muntah). Waktu itu aku hanya bisa menduga-duga, kalau diriku sedang “masuk angin” biasa.

 

Aku mencoba menyikapinya dengan mengkonsumsi obat maag dan mengoleskan minyak medicated oil dibagian perut serta punggung.

 

Gejolak di perut aku ternyata tidak berhenti. Hingga menjelang jam 7 pagi, aku sudah 2 kali muntah. Keadaan ini coba aku sikapi dengan mengatur pola makan, dan beristirahat.

 

Namun ternyata, hingga menjelang sore hari, kondisi kesehatan aku tidak juga membaik. Saat itu aku sudah 5 kali muntah.

 

Meskipun semakin lemas karena terlalu banyak mengeluarkan cairan (muntah, keringat, dan saat buang air), saat itu aku masih belum berpikir untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Aku baru ke dokter pada hari Senin sore.

 

Lho, kok, kenapa lama sekali baru ke dokter?

 

Jujur saja, keinginan untuk ke dokter sebenarnya sudah ada sejak hari Sabtu. Akan tetapi aku tetap berkeyakinan kalau aku hanya “masuk angin” biasa.

 

Sempat pula berpikir untuk ke dokter  pada hari Minggu. Masalahnya, aku sudah tidak kuat lagi untuk jalan sendiri karena lemas sekali. Padahal, sampai dengan hari Minggu, aku sudah 15 kali muntah.

 

Aku sempat pula berharap ada orang rumah ku yang mau mengantarkanku ke dokter. Namun tidak ada yang bisa melakukannya karena pada sibuk dengan aktifitas akhir pekan masing-masing.

 

Dalam rentang waktu 2 hari, aku benar-benar survival. Kalau aku jackpot, aku segera minum teh manis hangat atau minum air yang berisikan larutan garam-gula, untuk mengembalikan cairan tubuh dan makanan yang keluar dalam bentuk muntah, keringat, dan mencret saat buang air besar.

 

Okey. Lalu, bagaimana caranya hingga akhirnya bisa ke dokter?

 

Well, reaksi spontan (sikap empati) seseorang untuk membantu, tidak selalu muncul dengan sendirinya. Ada banyak orang yang baru memberikan pertolongan setelah mereka melihat dengan mata kepala sendiri, baru tergerak untuk memberikan bantuan.

 

Berawal dari kejenuhan aku alami karena sudah 2 hari kerjaanku hanya berbaring di kamar. Sore itu, aku memilih untuk turun ke bawah. Niatnya, mau nonton teve sambil rebahan di sofa bedyang ada di ruang keluarga rumahku. Saat itu, kebetulan ada Bapak aku yang sedang menonton pertandingan sepak bola.

 

Saat mulai asyik menonton teve, tiba-tiba rasa mual yang teramat sangat kembali bergejolak di perutku. Waktu itu, aku yakin masih bisa menahan rasa mual agar tidak menjadi jackpot. Akan tetapi, baru sempat berdiri dan berjalan 2 - 3 langkah menuju kamar mandi, aku sudah tak bisa lagi menahannya. 

 

Aku jackpot besar. Sebagian lantai ruang tengah rumahku dipenuhi oleh muntah. Ceceran muntahan aku, mengotori pula baju dan celanaku. Waktu itu, aku sempat minta maaf sama Bapak karena harus melihat pemandangan “tidak menyenangkan” itu.

 

Usai membersihkan diri, aku membersihkan pula bekas muntahanku yang berserakan, bahkan sempat pula mengepel lantai dengan anti septik. Lalu aku ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah salinan, aku kembali turun ke bawah untuk membuat teh manis hangat.

 

Mungkin, karena melihat langsung kondisiku yang sudah kepayahan, orang tua aku akhirnya memutuskan untuk mengantar aku ke dokter. Akhirnyaaa...

 

Aku memang hanya ingin diantarkan ke dokter karena sudah tidak kuat lagi untuk berjalan atau mengemudikan mobil sendiri ke dokter. I really-really need they simpathy.

 

Walaupun sudah pergi ke dokter dan mendapatkan obat, ternyata proses kesembuhan aku tidak berlangsung cepat. Aku merasa, Dokter Erlia Sinta tidak memberikan obat yang tepat, sebab aku masih “sakit” meskipun sudah 2 hari minum obat yang diresepkannya. Aku tetap saja merasa mual, sesekali jackpot, dan banyak mengeluarkan keringat dingin.

 

Keampuhan obat-obatan yang aku minum untuk bisa sesegera mungkin menyembuhkanku, ternyata tidak aku rasakan khasiatnya. Bahkan, sepertinya tidak ada pengaruhnya sama sekali. Aku seperti minum “obat KW-1” (harga tebusnya tidak sesuai dengan keampuhan penyembuhan yang seharusnya aku terima).

 

Jujur saja, aku sempat agak-agak frustasi karena belum juga menunjukkan tanda-tanda kesembuhan walau sudah minum obat. Kerisauan hati ini aku jawab dengan memutuskan untuk berobat kembali. Tujuannya, selain meminta agar obatnya diganti, aku juga untuk mengetahui informasi lebih jauh tentang gastritis.

 

Aku percaya, kalau kesembuhan itu ada dan nyata jika hati serta pikiran kita menyakininya. Proses kesembuhan juga akan cepat terjadi kalau kita juga percaya akan adanya kuasa urapan Illahi yang akan menyembuhkan sakit kita, dengan sepenuh iman kita.

 

Tidak ada orang yang ingin sakit, karena memang, tidak ada yang bisa dinikmati apabila kita sakit. Itu sebabnya, ketika kita sakit, kata sifat yang dicantumkan adalah "sedang menderita", bukan "sedang bersukacita".

 

Sepuluh hari lebih aku menderita. Indahnya suasana pada pagi, siang, dan malam hari, tidak dapat aku nikmati karena benak pikiranku dipenuhi oleh kerisauan akan munculnya rasa mual dan keinginan muntah yang tak dapat aku tahan. Semuanya terjadi begitu saja.

 

Gastritis membuat aku tak berdaya. Selama sakit, aku seperti orang yang dipaksa menunggu, datangnya keinginan untuk jackpot, tanpa aku sendiri (terkadang) tak pernah bisa menahan keinginan itu.

 

Kalau ditotal-total, ada lebih dari 25 kali aku jackpot. Berat badanku pun berkurang. Lebih dari seminggu lamanya, aku hanya bisa makan bubur dengan lauk lunak (telur, tahu-tempe, ikan). Semuanya tidak boleh terasa asin, asem, atau pedas, karena ketiganya akan mendorong munculnya rasa mual.

 

Semuanya ini bisa terjadi karena aku kurang menjaga kesehatan dengan baik. Pola makan ku amat tidak teratur. Aku juga pecandu kopi dan seorang perokok, 2 kebiasaan buruk yang bisa memicu sakit maag.

 

Jangan pernah menganggap sepele apabila terserang sakit maag. Derita sakit yang aku alami, memang berawal dari sakit maag (adanya peradangan pada lambung yang menyebabkan perut terasa kembung). Namun, apabila kita sendiri (tetap) tidak bisa menjalani pola hidup sehat, kondisi yang akan muncul selanjutnya adalah luka pada lambung, dimana proses penyembuhannya, selain tidak sebentar, akan dilalui dengan penuh penderitaan.

 

Saat ini aku belum benar-benar sembuh. Aku masih suka limbung kalau terlambat makan. Keringat dingin juga masih suka keluar apabila aku terlalu banyak bergerak / beraktifitas. Tapi aku yakin prensentase kesembuhan akan mencapai 100 % karena aku yakin, jika aku berserah pada Tuhan, maka Tuhan pasti menjawab doaku.

 

Tulisan ini aku buat agar teman-teman dan orang lain yang membaca artikelku ini, tidak ada yang terkena gastritis, dengan tetap membangun sikap perduli pada kesehatan.

 

Guys, jagalah kesehatan sebab sehat itu teramat mahal harganya.

 

 

.Sarlen Julfree Manurung