My Mind
Judul tulisan saya kali ini merupakan thema yang diangkat dalam sesi perbincangan di Radio HardRock FM Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Perbincangan tersebut menarik untuk disimak, selain karena dipandu oleh 2 orang penyiar Radio HardRock FM Jakarta, Ayu Dewi dan Iweth Ramadhan, topik tersebut dibahas oleh Rene Suhardono, seorang CareeCoach, trainer dan penulis buku-buku best seller, yang karya tulisannya banyak mengangkat sisi humanisme serta upaya pengembangan karir.

Keberhasilan hidup dapat lebih cepat dicapai apabila setiap orang telah terlebih dahulu menentukan seperti apa tujuan hidup (purpose) yang ingin dicapai saat melangkah menapaki hari-hari kehidupan yang penuh tantangan.

Why we need to make a purpose in life?

Pada dasarnya, menetapkan tujuan hidup membuat kita memiliki konsep serta gambaran yang jelas, ingin dibawa ke mana hidup ini mau diarahkan. Harapannya, jalan hidup yang terkonsep, membuat kita tidak akan menyimpangkannya kekiri atau kekanan, atau dilalui dengan asal-asalan.

Dalam hal ini, seseorang yang memiliki tujuan hidup, akan lebih cepat menggapai cita-cita, karena seseorang yang telah menetapkan tujuan hidup, tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna atau membawa manfaat, sehingga upaya memenuhi target pencapaian tujuan hidup, dapat segera terealisasikan.

Arti penting lainnya, dengan menetapkan suatu tujuan hidup, kita telah mendorong agar hidup kita menjadi jauh lebih bermakna dan membawa arti, tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain.

Hidup yang memiliki arah akan membuat hari-hari kita penuh gairah (passion), yaitu adanya suatu keinginan, tekad, dan semangat agar segenap langkah yang kita tempuh, mengarah pada upaya mencapai tujuan hidup.

Setiap orang memiliki purpose-nya masing-masing. Purpose dari pendiri Microsoft adalah : setiap orang memiliki satu PC (personal computer). Purpose Barack Obama sebagai Presiden adalah : mengembalikan kejayaan Amerika Serikat. Sedangkan purpose Rene Suhardono, adalah : membantu banyak orang untuk menjadi diri sendiri, tampil lebih baik atau their ultimate-self.

How about aspiration?

Meskipun sama-sama merupakan bentuk "target" pencapaian jalan kehidupan, namun pada dasarnya, purpose memiliki alur (proses) yang lebih panjang dibandingkan dengan alur dari pencapaian aspiration (cita-cita).

Dalam hal ini, purpose bagaikan sebuah target pencapaian yang berlaku seumur hidup. Saat cita-cita telah diraih, sangatlah mungkin kalau purpose masih dalam proses pencapaian.

Kesamaan antara purpose dan aspiration, adalah keduanya sama-sama membutuhkan adanya passion yang berfungsi untuk memacu semangat agar pencapaian dapat seperti yang diinginkan.

Tanpa ada passion, usaha pencapaian purpose atau aspiration, hanya akan jalan di tempat. Selain itu, ketika keduanya telah tercapai, ada rasa bahagia yang melingkupi hati dan hidup ini.

Rene Suhardono mengatakan, ada 2 hal penting yang patut diberlakukan saat seseorang menentukan purpose-nya.
1. Mengetahui dengan baik seperti apakah purpose yang ingin dicapai.
2. Menjadikan purpose sebagai kunci dalam menjalani aktifitas kehidupan.

Warna kehidupan akan terasa lebih indah, apabila masing-masing kita menetapkan adanya purpose sebagai sebuah target yang akan kita jalani, sehingga hidup ini akan lebih memiliki arti dan manfaat, tidak hanya kepada diri sendiri, namun juga kepada orang lain.

So, what is you purpose? Did you already have it?



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

Dalam blog pribadinya, seorang teman saya menulis sebuah catatan kecil yang menarik untuk disimak dan menjadi pembelajaran hidup bagi banyak orang, terutama dalam merangkai tali persahabatan dengan orang lain. Adapun catatan kecil teman saya itu, isinya :

Sahabat itu bukan berjalan seperti gunting

meski lurus tapi memisahkan yang menyatu

tapi sahabat itu berjalan seperti jarum beserta untaian benangnya

meski menusuk & menyakitkan

tapi menyatukan yang terpisah

Kalau dipikir-pikir, benar juga kata-kata teman saya dalam catatan kecilnya itu. Fungsi gunting memang untuk memotong. Semua benda yang tadinya menyatu, bisa terpisah-pisah menjadi bentuk potongan setelah dipotong dengan menggunakan gunting.

Bagaimana dengan jarum?

Meskipun kecil, apabila terkena kulit, ujung sebuah jarum bisa membuat luka atau menimbulkan rasa sakit. Namun, ketika sebuah jarum disatukan dengan seuntai benang, jarum itu justru bisa kita pakai untuk menyatukan benda-benda yang terpisah atau robek.

Dalam lingkup pergaulan, selayaknya kita menjadi pribadi yang dapat menyatukan, bukan memisahkan. Seorang sahabat seharusnya menciptakan harmoni dalam dinamika kehidupan pergaulan, dan bukannya menjadi sumber perpecahan, permusuhan, atau pihak yang membakar sekam ditengah-tengah keriuhan sebuah peristiwa.

Sahabat yang baik, adalah pribadi yang perduli dengan kekisruhan suasana hati sahabatnya, dimana sikap perduli ditunjukkan dengan upaya membangkitkan gairah hidup, bukan menciptakan bara dalam hati sahabat yang sedang gundah.

Ketika sedang memasuki ruang gelap, seorang sahabat hadir membawakan pelita agar sahabatnya tidak tersesat atau tersandung benda yang tergeletak di lantai.

Nasehat seorang sahabat dinyatakan sebagai tanda kasih, bukan untuk menjerumuskan atau membuat sahabatnya semakin tertekan oleh masalah, atau bahkan mendapatkan masalah baru.

Ada banyak rangkaian kata-kata yang bisa dibuat untuk mendefinisikan arti persahabatan, bagaimana persahabatan bisa membawa arti dan serupa sebongkah rona sukacita dalam kebersamaan.

Dinamika kehidupan dalam persahabatan sejati, memang tidak selalu dilalui dalam suasana harmonis. Ada kalanya menjengkelkan, ada saatnya menyebalkan. Tak jarang pula, seorang sahabat lancar mengucapkan kata-kata yang menyakitkan untuk maksud menyadarkan.

Amarah juga dapat timbul. Namun itu semua tidak untuk menghadirkan satu keinginan, yaitu menghancurkan hidup sahabatnya.

Seperti halnya jarum dan benang, seorang sahabat selayaknya merangkai kembali lembar-lembar yang terpisah atau robek hingga menyatu kembali, sehingga terbentuk sebuah lembar baru dalam kesatuan utuh.

Haruskah kita bersikap layaknya fungsi sebuah gunting dalam persahabatan, yang memisahkan dan bukan menyatukan?

Mungkin akan ada yang berteriak : "Terkadang seorang sahabat perlu bersikap sebagai gunting bagi sahabatnya agar sahabatnya itu tidak terjerembab pada masalah besar".

Ya, memang benar, tapi hanya saat sahabatnya sedang menghadapi masalah yang bisa membuatnya jatuh dalam lembah kenistaan atau dosa. Saat itulah seorang sahabat bisa bertindak sebagai gunting dalam tali persahabatan dengan sahabatnya.

Selain itu, janganlah kita berperilaku sebagai gunting, sebab seorang sahabat hadir : bukan untuk menghancurkan, bukan untuk menyesatkan ataupun memecah rasa hingga menjadi semakin bimbang.

Kesetiaan seorang sahabat akan terlihat ketika sahabatnya sedang memiliki masalah. Apakah dirinya akan turut merasakan kepenatan dan rasa bimbang sahabatnya, atau malah menjadi benalu yang ingin merusak?

Jadilah sahabat yang bisa merangkum kembali lembar-lembar yang terpisah dalam hati sahabatnya, seperti halnya fungsi jarum dan benang. Hindari diri untuk memilih menjadi gunting, sebab pilihan sikap itu, tidak akan melanggengkan persahabatan.

Sekali lagi, jadilah sahabat yang baik.

 

.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan, termasuk, seorang balita. Lho, kenapa anak balita termasuk didalamnya? Karena anak balita juga pernah gagal (baca : sering tak berhasil) merayu orang tua untuk dapat memenuhi keinginan mereka, walau sudah menangis dengan disertai jeritan keras.

Bisa dikatakan, yang membedakan kegagalan dari setiap orang adalah tingkat intensitas (seberapa sering mengalami kegagalan) dan bagaimana kegagalan (dampak) bisa mempengaruhi alur kehidupan.

Jadi, jangankan sekedar "merasakan" kegagalan, semua orang di dunia ini pasti pernah mengalami kegagalan. Masalahnya, tidak semua orang siap menghadapi kegagalan.

Anthony J. D'Angelo mengatakan : "In order to succeed you must fail, so that you know what not to do the next time."

Sebuah keberhasilan dapat diraih apabila seseorang terlebih dahulu pernah mengalami kegagalan sehingga dirinya tahu apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang agar tidak lagi gagal, terutama apabila kita menempatkan kegagalan yang sudah pernah kita alami menjadi point of value yang akan membuat kita lebih mempersiapkan diri agar bisa tampil lebih baik (alias, tidak gagal lagi).

Keberhasilan yang diraih setelah mengalami kegagalan, terjadi apabila kita sendiri mau belajar dari kegagalan itu sendiri. Dalam hal ini, kita tidak membiarkan rasa kecewa atau perasaan tertekan karena pernah gagal, tetap bernaung dalam diri kita. Oleh karena kegagalan yang pernah kita alami, kita seharusnya lebih memacu diri untuk dapat menghasilkan yang terbaik atau benar, dengan tidak mengulangi lagi hal-hal yang telah membuat diri kita gagal.

 

Kenapa bisa terjadi kegagalan?

Kegagalan terjadi karena : kita tidak secara konsistensi untuk bisa menjaga / menerapkan segenap langkah, rencana, atau aturan main yang ada, agar tetap berada pada rel-nya.

Sebuah kegagalan juga bisa terjadi karena kita tidak menerapkan prinsip-prinsip yang benar karena bertindak lalai, ada rasa ragu atau kurang percaya diri saat berupaya menemukan jalan keluar penyelesaian masalah.

Dalam kondisi tertentu, kegagalan juga dapat terjadi karena seseorang tidak siap untuk menghadapi atau mengantisipasi adanya suatu kondisi maupun hal-hal tertentu yang tidak dibayangkan sebelumnya, sehingga akhirnya menyebut tindakan tidak siap dan tidak antisipatif yang membuat dirinya harus mengalami kerugian tersebut sebagai sebuah kegagalan. Selain itu, kegagalan juga bisa terjadi karena kita tidak cermat (kurang hati-hati) dalam bertindak.

 

Apakah kita harus mengalami kegagalan?

Tentu saja tidak. Namun terkadang, meskipun kita telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, atau berusaha untuk bisa mengantisipasi serta memperhatikan hal-hal yang mungkin saja bisa membuat diri kita mengalami kegagalan, kegagalan bisa saja terjadi, karena tidak semua hal bisa kita antisipasi.

Langkah yang bisa kita tempuh, bersikaplah hati-hati, tidak gegabah, dan berusahalah untuk pro-aktif mencapai puncak keberhasilan seperti yang kita inginkan, serta bijaksanalah dalam bertindak dan dalam membuat keputusan.

Pernah gagal itu bukanlah sebuah kesalahan. Namun ada baiknya lagi kalau kita berusaha agar tidak pernah mengalami kegagalan, atau bahkan berulang kali mengalami kegagalan dalam hidup ini. Positive thinking ajah.

Oleh sebab itu, kegagalan yang pernah terjadi, sebaiknya hanya diposisikan sebagai sebuah peristiwa yang berlaku situasional semata, dan tidak dibiarkan terpendam menjadi "mimpi buruk" yang terus membayangi alur perjalanan hidup.

Kegagalan dalam hidup memang merupakan sebuah kondisi dan konsekuensi yang tidak ingin kita temui dalam kehidupan kita. Akan tetapi, kita jangan memandang kegagalan sebagai sebuah kondisi kalah yang tak mungkin membuat kita menang di kemudian hari.

Jangan pernah takut gagal, karena kegagalan merupakan salah satu bentuk pelajaran berharga untuk kita bisa meraih kesuksesan / bersinar terang di masa datang, dengan memperbaiki segenap kesalahan, dan sebisa mungkin, tidak mengulangi lagi kesalahan yang pernah terjadi. Belajarlah kepada para penemu.

 

Bagaimana dengan : gagal dalam hubungan cinta kasih?

Sama seperti kegagalan dalam berusaha atau menyelesaikan suatu pekerjaan, dalam jalinan hubungan cinta kasih, juga bisa terjadi kegagalan. Penyebabnya : hilangnya kepercayaan, kurang komunikasi, dan adanya sifat / sikap yang kurang berkenan di hati.

Prinsip untuk menjaga hati, pikiran dan juga sikap, bukanlah sebuah pilihan dalam membina hubungan cinta kasih, akan tetapi bagian dari ketentuan dasar dalam menjalani kehidupan, karena apa yang kita inginkan di dasar hati, apa yang kita pikirkan dalam benak pikiran kita, serta apa yang kita lakukan selama terikat hubungan kasih dengan orang lain, tidak menjadi batu sandungan bagi kelanggengan hubungan, dimana kegagalan kita dalam menjaga hati, pikiran, dan hati kita, akan membuat kita gagal menjaga hubungan cinta kasih yang ada serta telah terbina.

 

So, what is the last statement?

Kehidupan memang penuh dengan pernak-pernik, salah satunya, kegagalan dalam hidup. Tak dapat dipungkiri, kegagalan merupakan bagian dari realita kehidupan. Akan tetapi, itu semua hanyalah bagian dari kisah hidup, bukan alur hidup, asalkan kita mau belajar dari kegagalan yang pernah kita alami.

Paculah diri untuk memperbaiki keadaan, dan jangan hanya meratapinya saja. Akan ada pintu gerbang yang terbuka untuk kita lalui, meninggalkan segenap kegagalan di belakang sana, berganti dengan keberhasilan hidup, karena keberhasilan hidup bukanlah mimpi setelah kita pernah gagal.

Sebuah kegagalan, mungkin atau boleh-boleh saja terjadi. Namun akan lebih baik lagi kalau tidak pernah terjadi. Kalau pun pernah terjadi, janganlah kita menjadi lemah, karena masa depan tetap ada dan tidak akan punah, meskipun kita pernah gagal.

 

Have a nice day.

 

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

Buku “Gak Ada Perempuan Yang Jelek” merupakan sebuah buku yang penuh dengan inspirasi bagi kaum perempuan, dimana uraian serta ulasan dalam buku ini, membuat kata “cantik” benar-benar ditempatkan sebagai sesuatu hal yang obyektif, dan bukan secara subyektif.

Obyektifitas ditunjukkan dengan menghadirkan dimensi pemikiran yang luas terhadap definisi atau arti kata cantik secara umum, karena sosok pribadi perempuan yang cantik, tidak hanya dipandang dari sisi penampilan fisik (body image) semata, akan tetapi terkait pula dengan sisi kepribadian (inner beauty) dan memperhatikan pula kapasitas diri yang bisa dihadirkan oleh seorang perempuan.

Dalam hal ini, memandang sisi kecantikan seorang perempuan dari penampilannya saja, hanya akan mendorong kaum perempuan untuk “memoles” diri mereka dari sisi penampilan semata, sedangkan upaya menonjolkan citra diri, kurang mendapatkan perhatian.

Memandang kecantikan hanya dari sisi penampilan, lebih banyak menimbulkan pandangan negatif dibandingkan sisi positifnya. Selain itu, penampilan yang cantik, cenderung mengorbankan perasaan banyak kaum perempuan yang tidak bisa dinilai cantik, karena bentuk tubuhnya yang dianggap tidak ideal, atau kaum perempuan yang tidak dapat mempercantik diri karena keterbatasan kemampuan ekonomi mereka.

Kaum pria juga banyak yang menjadi korban karena mereka hanya memandang keberadaan sosok perempuan dari cantik penampilannya saja. Saat ini, ada banyak perempuan berpenampilan cantik, yang menjadi penghuni rumah-rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan, karena mereka telah melakukan tindak kejahatan dengan mengandalkan kecantikan diri. That is a fact.

Sekedar bisa berdandan agar dapat tampil cantik, mungkin, semua perempuan bisa melakukannya. Namun tidak semua perempuan dapat mengekplorasi dirinya agar bisa tampil menarik, percaya diri, matang, serta berwawasan, sehingga sesuai dengan deskripsi tentang perempuan yang cantik, yaitu cantik diluar dan didalam diri. Cantik dalam arti yang sesungguhnya. Cantik selamanya.

Artis komedian Kim Coles menyebutnya dengan : “Perempuan harus berkilau setiap saat.”

Berdandan itu perlu. Karena berdandan merupakan kodrat kaum perempuan. Namun berdandan tidak ditempatkan sebagai kegiatan paling pokok dalam menghadirkan kecantikan pada diri seorang perempuan. Hanya terfokus pada berdandan, hanya akan membuat perempuan kehilangan banyak kesempatan untuk melakukan hal-hal positif lainnya.

Informasi dalam buku ini tidak mengarahkan perempuan agar tergila-gila kepada kecantikan, yang didefinisikan sebagai berupaya terlihat tampil cantik hanya dengan mengandalkan fungsi berbagai alat-alat kosmestika untuk merubah penampilan. Terlalu sempit alam pemikiran kita memiliki cara pandang demikian.

Penulis buku ini, Dian Manginta (Br. Manurung), owner dari www.cantikselamanya.com, menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh kaum perempuan : santai, ringan, dan diungkapkan secara sederhana. Memang ada banyak ungkapan-ungkapan dalam bahasa Inggris. Namun ungkapan tersebut justru memperkuat penyampaian pokok pemikiran yang ingin disampaikan dalam tulisannya.

Konsepsi pemikiran yang dituangkan dalam buku ini, memang bersifat inspiratif. Hal ini dinyatakan oleh Ibu Atika Rahmat, wartawati majalah Kartini, yang juga seorang Penulis dan Pemerhati Masalah Perempuan, dalam statement Beliau tentang buku ini. “Buku ini merupakan bacaan yang enak dan perlu bagi perempuan manapun yang ingin cantik dan bahagia selamanya”.

Dian Manginta memang memaparkan banyak hal dalam sejumlah artikel tulisan di dalam buku yang diterbitkannya. Bahkan sejumlah artikel tulisan membahas hal-hal yang dianggap tabu oleh banyak kaum perempuan, seperti : seks.

Ruang lingkup berpikir Dian Manginta yang teramat luas, membuat kata cantik menjadi bermakna lebih transparan dan mendalam, tidak sebatas menjaga performa penampilan semata. Perempuan yang telah berkarir lebih dari 20 tahun di sejumlah perusahaan minyak dunia, memang memiliki pola pemikiran yang dinamis.

Tema-tema yang diangkat, membuat tidak hanya kaum perempuan saja yang akhirnya dapat pula berpandangan fleksibel dalam menilai kecantikan seorang perempuan. Kaum pria bisa menjadi lebih memahami kaum perempuan, terutama saat kaum perempuan menunjukkan kecantikan diri mereka yang sesungguhnya.

Memang benar adanya. Dian Manginta berhasil dengan baik mematahkan adanya stigma dan pola pemikiran sempit (khususnya dari kaum laki-laki), yang hanya memandang serta mengarahkan nilai “cantik” dari seorang perempuan hanya dari sudut pandang jasmaniah semata, karena kecantikan adalah masalah dimana perempuan dapat menampilkan citra diri serta kepribadiannya dengan baik, tidak hanya sebatas tampilan fisik semata.

Buku setebal 106 halaman ini dijual dengan harga Rp. 53.000,- secara online (diluar ongkos kirim), dengan menulis pesan pemesanan ke :

1.  http://www.cantikselamanya.com/gapyj2011.html.

2. melalui inbox facebook Ira Rupina.

3. melalui inbox facebook Juvee Manroe.

Mungkin ada yang menilai harga jual buku ini terlalu mahal. Namun apabila melihat banyaknya nilai kehidupan yang bisa diperoleh, maka harga tersebut amat sebanding dengan besarnya manfaat serta faedah motivasi diri yang akan didapatkan.

Selain buku, www.cantikselamanya.com juga memproduksi kaos sebagai citra identitas kaum perempuan yang energik dan percaya diri, yang dapat dimiliki dengan harga Rp. 75.000,- per-kaos (diluar ongkos kirim). Pemesanan kaos juga bisa dilakukan secara online. Contoh kaos bisa dilihat dengan membuka link berikut :

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=174009542648518&set=a.174009359315203.35288.100001184216117


Untuk sementara ini hanya tersedia kaos berwarna pink.

 

Kaum perempuan Indonesia, perlu membaca buku ini.

My Mind

"Mitos kecantikan perempuan telah memposisikan perempuan yang overweight, chubby, chunky, heavy, dan too fat, memiliki nilai standar yang rendah.” 

(Peach, Lucinda Joy  - Women in Culture, A Women’s Studies Anthology, Blackwell Publishers Inc., 1998 – halaman 177)


Entah sejak kapan mulanya, ada suatu mainstream ditengah-tengah masyarakat, tentang kecantikan seorang perempuan, yang penilaiannya didasarkan pada tampilan atau bentuk tubuh yang ideal, karena dianggap sebagai sesuatu hal yang dilihat pertama kali oleh mata.

Memperhatikan pernyataan diatas, bisa dikatakan, apabila seorang perempuan membiarkan adanya tumpukan lemak “bermukim”  di badannya, maka dirinya bukanlah sumber inspirasi ataupun model yang tepat untuk menggambarkan seperti apa sosok seorang perempuan yang cantik.

Tentu saja, adanya konsepsi penilaian seperti itu, tidak fair bagi para perempuan berbadan montok, atau bagi perempuan yang memiliki tampilan fisik bagaikan kulkas berjalan, tinggi dan besar. 

Mainstream seperti ini telah memperkecil peluang dan kesempatan bagi para chubby girls serta fatty woman untuk bisa mengabdi atau mengeksploitasi segenap kemampuan diri mereka, dibandingkan dengan peluang serta kesempatan yang dimiliki para perempuan berbadan ramping atau sedang, karena tampilan fisik yang ideal, ditempatkan sebagai salah satu syarat untuk dapat melamar dan mengisi lowongan pekerjaan yang ada.

Sejumlah institusi dan pihak-pihak tertentu menganggap, tubuh perempuan gemuk tidaklah sesuai dengan brand image dari produk yang ingin dipasarkan, atau mewakili image dari suatu tim kerja yang sedang ingin dibentuk.

Perlakuan diskriminatif atas body image negative pada diri mereka, sering kali dialami pula oleh para perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, saat mereka memanfaatkan fasilitas umum dan juga moda transportasi, dimana medianya menggunakan ukuran standar, tidak ukuran yang fleksibel.

Dalam lingkungan pergaulan, keberadaan mereka sering kali ditempatkan sebagai obyek penderita. Banyak pula orang yang melecehkan, mencemooh, menghina, atau memperolok-olok, saat melihat sosok diri mereka melintas di depan mata para pemerhatinya.

Berbagai sebutan unique, nyeleneh, serta diluar batas kewajaran, sering kali dialamatkan kepada diri mereka. Ada pula orang yang merendahkan harkat dan martabat mereka, melalui pandangan mata yang “menelanjangi” dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.

Sejumlah orang bahkan menyebut perempuan-perempuan berbadan gemuk ataupun tinggi besar, identik dengan orang-orang pemalas. Bahkan ada pula yang menyebut mereka sebagai bagian dari sampah masyarakat.

Hidup orang-orang berbadan gemuk atau tinggi besar, seakan penuh dilema. Banyak dari antaranya menjadi pribadi yang minderan, kurang percaya diri, dan penyendiri, karena terlalu sering menerima sugesti negatif dari orang lain. Mereka takut melihat kenyataan, meskipun kenyataan itu tidak akan terlihat buruk jika mereka dapat menampilkan citra diri mereka.

Rasa minder membuat mereka tidak mudah untuk menunjukkan perasaan suka kepada lawan jenis. Mereka tidak ingin mengalami penolakan, kecuali pria yang disukai, lebih dahulu mengungkapkan perasaan suka pada mereka.

Banyak perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar yang takut untuk jatuh cinta. Tidak sedikit pria yang menyatakan rasa suka, ternyata hanya ingin melampiaskan nafsu birahi, dengan memanfaatkan kedalaman rasa cinta kekasihnya yang berbadan gemuk atau tinggi besar. Atas nama cinta, mereka dipaksa untuk melepaskan sesuatu yang berharga dari diri mereka.

Sungguh sebuah peristiwa kejahatan terhadap kemanusiaan...

Tubuh yang gemuk memang membawa banyak problema. Padahal, tidak sedikit dari antara mereka yang memiliki bentuk tubuh teramat montok karena faktor keturunan atau genetis.

Mengubah cara pandang masyarakat yang menempatkan perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar pada posisi rendah, bukanlah perkara mudah. Rasa-rasanya, lebih mudah mematahkan kursi kayu yang mereka duduki dibandingkan mematahkan opini yang tidak memberikan mereka peluang untuk menunjukkan kemampuan, bakat serta daya tarik mereka yang lainnya. (just joke, yaaa...)

Langkah-langkah praktis untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, memang bisa dilakukan secara medis (melalui operasi, sedot lemak, terapi akupuntur), atau melalui eating disorders.

Akan tetapi, banyak peristiwa menunjukkan, upaya-upaya tersebut diatas hanya berlaku sementara saja, terutama apabila upaya untuk dapat tampil cantik, tidak diikuti dengan adanya suatu keinginan kuat untuk mendisiplinkan diri dalam menjaga stabilitas berat badan.

Jika demikian, munculnya pandangan-pandangan yang mendiskreditkan posisi perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, perlu disikapi dengan bijaksana. Kalau bukan mereka sendiri yang berupaya memperbaiki image dihadapan orang lain, lalu siapa lagi yang akan melakukannya? So, what they can do?

Para perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, harus bekerja keras untuk memperbaiki kualitas diri dan pola hidup mereka, sehingga mereka dapat pula menampilkan citra diri mereka tanpa harus diliputi perasaan takut diperolok-olok atau ditertawakan orang lain karena bentuk tubuh mereka.

Awali dengan membangun rasa percaya diri. Yakinkan diri kalau bentuk tubuh, bukanlah penghalang untuk dapat

mewujudkan impian. Mereka juga bisa menggapai cita-cita, karena Tuhan memberikan akal pikiran serta kemampuan diri untuk berbuat sesuatu dan menghasilkan banyak hal.

Tanpa rasa percaya diri, seseorang seakan tidak mempunyai energi untuk mengeksplorasi segenap kemampuan serta pesona diri. Kalau memiliki rasa percaya diri, benak pikiran mereka tidak lagi diisi oleh perasaan malu, takut, atau minder.

Singkirkan semua bentuk pemikiran yang bisa mematahkan semangat atau membatasi alur langkah  untuk dapat berprestasi dan menatap masa depan yang gemilang. Caranya, tetap produktif dan tidak tenggelam dalam keraguan diri untuk menampilkan citra diri mereka ditengah-tengah masyarakat.

Letakkan semua bentuk kata-kata hinaan atau kata-kata yang merendahkan diri mereka, sebagai alat untuk memacu diri.

Harus diakui, sejumlah ungkapan yang isinya menyakitkan dan merendahkan diri itu, ada benarnya. Akan tetapi, jika hanya memikirkan ucapan orang yang “nggak penting” saja, kapan lagi mereka bisa mengekspresikan diri? Lakukan yang benar, buang jauh-jauh sikap yang salah.

Miliki citra rasa terhadap pemilihan dan penggunaan busana (baik untuk pakaian sehari-hari, pakaian kerja, atau untuk acara formal), merupakan hal penting kedua yang perlu dihadirkan dalam benak pikiran para perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar agar bisa menampilkan citra diri mereka. Jangan malah cuek saja dalam berbusana.

Oprah Winfrey merupakan salah seorang perempuan berpengaruh di dunia. Bisa dibilang, tubuhnya tergolong gemuk dan mudah mengembang. Namun Oprah Winfrey selalu terlihat tampil percaya diri ketika membawakan acara karena dirinya memiliki citra rasa yang baik dalam pemilihan busana.  

Memang bukan perkara mudah untuk mendapatkan model-model busana yang sesuai dengan size tubuh para perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar. Akan tetapi, kondisi ini bukanlah berarti membuat mereka hanya bisa berkhayal untuk bisa tampil cantik, menarik, serta fresh.

Ambil sisi positifnya saja. Misalnya : sebagai ajang mengembangkan bakat serta kreatifitas diri dalam merancang busana dan tata rias wajah sendiri.

Kondisi yang serba terbatas seharusnya membuat diri seseorang menjadi lebih kreatif serta inovatif. Jika tidak ingin mengalami kesulitan untuk mendapatkan busana, tidak ada pilihan lain kecuali mulai berolahraga dan mengatur pola makan agar dapat sedikit lebih ramping.

Intinya, para perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, juga bisa mengekspresikan diri melalui tampilan busana serta tata rias seperti yang mereka inginkan. Hadirkan penghargaan diri terhadap tubuh dengan mengenakan busana yang bisa membuat diri sendiri selalu tampil always looking good, tidak hanya sebatas good looking saja.

Like a model? Why not.

Fakta menunjukkan, adanya berat badan yang berlebihan, bukanlah sebuah keadaan yang tidak bisa dikendalikan. Dalam hal ini, hadirkan tingkat kesadaran diri untuk berani tampil cantik serta menarik, karena kecantikan seorang perempuan, berawal dari hati dan pikirannya. Syukuri anugerah Tuhan, dengan menghargai tubuh sendiri. Mulailah berolahraga, jaga pola makan makanan dalam takaran yang sewajarnya.

Para perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, haruslah menjadi pribadi yang perduli terhadap kesehatan. Badan yang mengembang di banyak tempat, amat ringkih terhadap penyakit, terutama yang ditimbulkan oleh pola makan makanan yang tidak baik serta berlebihan.

Belajarlah mengendalikan emosi, dengan melatih kesabaran. Rasa-rasanya, tidak mudah untuk bisa mengendalikan mulut semua orang agar tidak mengeluarkan kata-kata hinaan atau cemooh, agar mereka tidak mengolok-olok dan bersikap diskriminatif. Kesabaran hati membuat kehidupan dapat dijalani dengan penuh keikhlasan serta kedamaian.

Whatever the problem is, you must know how to deal with it.

Mendamaian hati ini akan lebih bermanfaat dari pada berusaha sekuat tenaga mendamaikan pikiran orang lain. Harapannya, orang lain dapat bercermin pada sikap hidup kita.

Pada dasarnya, orang berbadan gemuk atau tinggi besar, memiliki masalah yang kompleks, terutama terhadap penilaian dan penerimaan masyarakat atas keberadaan mereka dengan bentuk tubuh yang gembul atau bagaikan raksasa. Namun kondisi tersebut bukan berarti tidak dapat dieliminir.

Tampil cerdas menjadi salah satu kata kunci yang bisa menempatkan seorang perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang selayaknya mereka dapatkan, menggantikan kata-kata kasar atau cemooh yang selama ini mereka terima. 

Yakinkan diri kalau orang gemuk juga bisa menciptakan nilai ekonomis, mampu menghasilkan ragam karya yang spektakuler, seseorang yang penuh dengan ide-ide, inspirasi serta konsep pemikiran yang briliant, dan tahu menangani persoalan secara tepat guna serta tepat sasaran. Semuanya itu bisa dicapai dengan mengandalkan kecerdasan otak serta akal pikiran.

Singkat kata, orang gemuk harus bisa selangkah lebih maju dari orang lain. Tubuh gemuk serta lebih berbobot, bukan berarti mereka tidak berdaya namun seharusnya aktif memberdayakan diri, karena berbadan gemuk hanyalah keadaan diri, sehingga selayaknya tidak menjadi penghalang untuk berprestasi.

Apabila dapat tampil cerdas dan menunjukkan kualitas terbaik diri, orang lain juga akan segan serta emoh untuk menghina tampilan fisik kita.

Dalam hal ini, orang-orang yang berpikiran cerdas adalah orang yang tahu bagaimana cara menyikapi beragam kendala serta permasalahan yang ada, yaitu secara sehat dan juga terhormat. Orang cerdas tidak akan terpengaruh oleh hal-hal yang nggak penting. 

Berbadan gemuk bukan berarti can’t do something atau menjadi penghalang seorang perempuan dengan tubuh montok untuk kreatif, tampil cerdas, dan bisa menunjukkan segenap potensi dirinya. Orang gemuk juga bisa menghadirkan sesuatu hal yang bermanfaat bagi orang lain.

Memang tidak langsung mengubah cara pandang orang lain. Butuh proses waktu agar segenap daya dan usaha yang dilakukan, bisa membentuk karakteristik baru, yang lebih percaya diri, tidak minder, serta berani tampil cantik, untuk menampilkan citra diri dihadapan orang lain. Perlahan, tapi pasti.

Perbedaan dengan perempuan bertubuh ramping hanyalah pada bentuk tubuh, lebih dari itu, tidak ada hal lain yang membuat perempuan berbadan gemuk atau tinggi besar, tampil berbeda. Tuhan juga kasih akal pikiran sehingga setiap orang bisa survival serta merepresentasikan diri. 

Semua tinggal bagaimana kemauan hati untuk membangun image positive terhadap diri sendiri, yaitu dengan memperkuat rasa percaya diri, dan berupaya agar hati serta pikiran tidak mudah goyah karena adanya sugesti negatif yang disampaikan orang lain. Pe-de aja laahhhh...

Tampil cantik? Siapa takuttt...

Sometimes, is not easy. But, you must set your mind free from yesterday and for every words that put it you on crazy situation... it is time for you to make it all dreams come true right now. You can do it.

Be yourself. Starting now. Tunjukkan, siapa dirimu yang sebenarnya. Jangan pernah takut bersaing (secara sehat, tentunya) GBU ALL.

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

Laki-laki dan perempuan, merupakan makhluk hidup karya cipta Tuhan yang paling sempurna. Tuhan  menciptakan dalam derajat yang sama, dimana keberadaan perempuan, untuk melengkapi hidup laki-laki, sedangkan kehidupan seorang perempuan, akan lebih mengalir apabila ada seorang laki-laki yang mengayomi serta mendampingi, disampingnya.

Seiring perjalanan waktu, kehidupan menghadirkan suatu pola pemikiran, yang berkembang sebagai budaya peradaban manusia, dimana prinsip budaya tersebut, tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, dimana perempuan diposisikan tidak lagi sepadan harkat dan martabatnya dengan laki-laki.

Banyak laki-laki, pada akhirnya, memandang rendah keberadaan perempuan dalam kehidupan. Alur selanjutnya, kehidupan telah menempatkan perempuan sebagai instrumen laki-laki untuk mencapai kebahagiaan atau kesempurnaan hidup (Mary Wollstonecraft - A Vindication of Rights of Woman).

Nilai-nilai budaya masyarakat yang merendahkan dimensi kehidupan yang dapat dilalui perempuan, dapat dilihat dari pembatasan hak-hak perempuan untuk bisa menjalani kehidupan secara layak. 

Perilaku diskriminatif ini, membuat kehidupan banyak perempuan berada dalam tekanan, sehingga mereka tidak dapat menunjukkan kemampuan serta potensi diri mereka secara bebas, berekspresi tanpa ada batasan, sama seperti halnya dengan kebebasan yang dimiliki laki-laki.

Indikasi adanya perubahan cara pandang budaya masyarakat, baru dapat dirasakan ketika kehidupan mulai memasuki era modernisasi. Kemajuan hidup yang berjalan seiringan dengan perkembangan jaman, telah menghadirkan cara pandang serta pola pemikiran baru, yang lebih bersahabat kepada perempuan, sehingga perempuan dapat menampilkan citra dirinya ditengah-tengah masyarakat.

 

Citra Diri Perempuan    

“A person’s view toward self appears to be a powerful determinant of behavior, personal decision making, and aspirations for the future”.   (Einsberg dan Delaney - 1977)

Sejatinya, setiap orang memiliki citra diri. Namun, ada satu hal mendasar yang membedakan antara citra diri pada sosok seorang perempuan dengan citra diri yang melekat pada sosok seorang laki-laki. Pembedanya adalah : citra diri diri pada sosok seorang perempuan, telah nampak semenjak berusia kanak-kanak, sebagai suatu gambaran yang muncul atas penilaian orang lain.

Because how she appears to others, and ultimately how she appears to men, is of crucial importance for what is normally, thought of as the success in her life.  (John Berger)

Mungkin, karena itulah perempuan lebih memperhatikan penampilan dirinya dibandingkan laki-laki. Seorang perempuan akan segera mengkoreksi penampilannya, apabila ada orang yang memberikan penilaian, kalau penampilan dirinya tidak sesuai dengan citra dirinya.

Citra diri memang berkaitan dengan penampilan. Oleh sebab itulah, penampilan amat penting bagi perempuan. Quality of life seorang perempuan seakan-akan mundur satu langkah apabila dirasakan penampilan dirinya tidak mencerminkan siapa dirinya. Adanya pemikiran seperti itu, bisa membuat seorang perempuan kehilangan rasa percaya diri.  

Orang banyak lebih mengartikulasikan baiknya penampilan seorang perempuan sebagai kecantikkan diri seorang perempuan. Daya tarik akan muncul dengan sendirinya apabila perempuan dapat tampil cantik secara proporsional, meskipun secara fisik, jauh dari “bentuk” ideal.

Laki-laki melihat perempuan dari penampilan fisiknya, karena memang, bentuk fisik merupakan hal pertama yang mengimajinasi pemikiran seseorang, sesaat setelah sosok diri ditangkap oleh mata. Definisi kata cantik akan semakin meluas ketika komunikasi sudah mulai terjalin.

Hasil sebuah jejak pendapat yang dilakukan di Inggris menyebutkan, ada begitu banyak perempuan menderita karena sering kali bersikap latah dengan beragam pesona visualisasi dari kesempurnaan berpenampilan, yang dihadirkan melalui gaya berbusana serta trend tata rias dunia, padahal mereka tahu dan menyadari, tidak semuanya cocok untuk diri mereka.

Banyaknya pilihan yang bisa dipadu-padankan, mendorong perempuan tak pernah berhenti untuk berimajinasi agar dapat tampil sesempurna mungkin. Padahal, selain bisa dipadu-padankan, hal lain yang dibutuhkan untuk mempercantik diri lewat penampilan, adalah : nyaman digunakan dan punya cita selera baik, sehingga bisa mendukung adanya citra diri. Impresi orang lain akan berbeda apabila perempuan bisa memaknai cita rasa sebagai wujud yang mendukung hadirnya citra diri.  

Jadi, dapat menampilkan sosok pribadi yang cantik, merupakan nilai penting yang perlu dihadirkan oleh setiap perempuan sebelum menunjukkan seluruh kualitas dirinya dihadapan orang lain, dimana tidak hanya cantik dari sisi penampilan, namun juga kepribadiannya. Oleh sebab itulah, perempuan harus meyakini bahwa dirinya cantik. Perempuan harus berani tampil cantik.

Seorang perempuan tidak bisa terlihat cantik kalau dirinya tidak percaya diri. Mungkin banyak orang yang tidak tahu kalau ada banyak perempuan yang merasa dirinya cantik, akan tetapi menganggap dirinya memiliki banyak kekurangan sebab dirinya tidak percaya diri.

Adanya perasaan inferior seperti itu membuat banyak perempuan lemah pada sisi self esteem-nya. Padahal, budaya masyarakat dan adanya cara pandang yang sempit dari banyak orang untuk melihat sisi cantik dalam diri seorang perempuan, membuat perempuan yang tidak memiliki rasa percaya diri, kesulitan untuk menemukan citra dirinya. 

Perempuan yang percaya diri memancarkan keindahan sejati dari dalam hatinya sehingga dirinya menjadi enak dilihat (orang-orang menyebutnya sebagai "good looking").   (Dian Manginta)

"Rasa percaya diri membuat pikiran saya terbuka (lebih open minded), dan saya juga lebih mandiri.”

(Chairani Jusuf Kalla – putri bungsu mantan Wapres Jusuf Kalla)  

Faktanya memang demikian. Rasa percaya diri bisa membuat seseorang menatap masa depan jauh lebih baik dibandingkan orang yang menikmati alur hidup dibawah bayang-bayang sikap tidak pe-de.

Sedangkan hal lain yang bisa membuat seorang perempuan tampil cantik, adalah apabila perempuan dapat hadir sebagai pribadi yang cerdas.

Perempuan yang cantik akan respect pada keadaan dirinya, namun juga dapat mengapresiasi dengan baik untuk setiap bentuk harapan yang diarahkan kepadanya. Semuanya itu dapat dihadirkan apabila seorang perempuan menunjukkan kecerdasan pola pemikiran dan kemampuan intelektualnya. Arti kecantikkan diri, juga mengemuka pada sikap cerdas yang ditunjukkan seorang perempuan.

Kalau mau bicara jujur, hanya sedikit orang yang berani mengatakan kalau pembawa acara talk show terkenal, Oprah Winfrey, cantik. Berbadan gemuk, tulang pipinya menonjol, kulitnya cukup legam, dan dengan bibir yang agak tebal. Dimana sisi cantiknya?

Akan tetapi, kejujuran penilaian banyak orang akan mengemuka ketika mereka memandang Oprah Winfrey secara utuh sebagai pribadi, dan tidak sebatas secara fisik semata : bahwa Oprah Winfrey memang merupakan seorang perempuan yang cantik.

Why? Karena Oprah Winfrey selalu berusaha tampil menarik serta dapat menampilkan kecantikkan dari dalam dirinya. You will see a different opinion from that.

 

Gak Ada Perempuan Yang Jelek

Dinamika kehidupan telah menampilkan sejumlah pandangan atau mitos yang menempatkan nilai kecantikan perempuan, bagaikan dua sisi mata uang : cantik dan jelek.

Padahal, apabila menyimak kembali isi Firman Tuhan secara mendalam, tidak pernah ada disebutkan kalau hasil karya cipta Tuhan itu, ada yang jelek. Jika memandang sisi kehidupan manusia, hanya ada satu yang bisa dikatakan jelek : adanya sikap atau perilaku yang jelek. Just that.

Oleh sebab itu, perempuan harus berani tampil cantik, dengan tidak membiarkan adanya pandangan atau pola pemikiran yang ingin memposisikan perempuan sebagai insan lemah, yang menerima saja adanya ungkapan yang menjustifikasi dirinya sebagai seseorang yang tidak menarik, dan tidak layak tampil bagaikan bidadari atau putri dari penguasa negeri.

Setiap perempuan harus berani menyangkal dalam hatinya, apabila ada pola pemikiran yang ingin membiaskan segenap harapan dan mimpi mereka, untuk dihargai serta mendapat perhatian orang lain, dengan mengatakan dirinya jelek. Anggap saja mereka sedang bercanda atau takut tersaingi.

Akan tetapi, perempuan harus mau menerima adanya pemikiran-pemikiran korektif yang ditujukan pada mereka. Sebab pada dasarnya, citra diri seorang perempuan, merupakan hasil dari kesadaran dan upaya diri untuk tidak mengacuhkan begitu saja, adanya pandangan-pandangan miris orang lain terhadap penampilan, sikap, serta gaya hidupnya.

Fakta menunjukkan, seorang perempuan yang selalu memiliki hasrat untuk bisa menampilkan citra dirinya, adalah perempuan yang telah siap untuk menggapai masa depan yang gemilang, siap untuk menghadapi persaingan, serta siap untuk bersosialisasi dengan berbagai kalangan.

Citra diri merupakan penilaian akumulasi. Adanya citra diri yang baik bisa diperoleh apabila setiap perempuan dapat tampil dengan penuh percaya diri, karena seseorang yang percaya diri, tidak akan merasa terbeban untuk menampilkan hal-hal menarik dari dalam dirinya, sehingga pandangan dan penilaian orang lain, tidak tertuju pada kekurangan diri yang ada pada mereka.

So, apabila ingin citra diri seorang perempuan dapat memikat perhatian (to be good inspiration for others) serta menghadirkan apresiasi dari orang lain, semuanya itu berasal dari ada atau tidaknya keinginan dan kemauan diri untuk berani tampil cantik, lebih percaya diri serta dapat menampilkan kemampuan intelektual dirinya.  

Girls, you can do that. Be yourself.

Jika semua perempuan dapat menampilkan citra diri mereka, maka seluruh mitos dan pernyataan bersifat diskriminatif yang ingin menghadirkan wacana adanya perempuan yang jelek, hanyalah pepesan kosong belaka.


 

.Sarlen Julfree Manurung

 

 

 

Note :

 

Tulisan artikel ini terinspirasi dari buku yang berjudul : GAK ADA PEREMPUAN YANG JELEK, karya DIAN MANGINTA (wanita karir, aktifis perempuan, dan owner dari www.cantikselamanya.com).

Literatur lainnya, mengambil referensi dari buku  berjudul : OPRAH WINFREY, karya AMELITA LUSIA (penulis buku dan artikel, mantan Redaktur Pelaksana majalah femina dan Matra)

My Mind

Beberapa waktu belakangan ini, banyak sekali status dan tulisan note (catatan) dari sejumlah orang teman di facebook, yang isinya bertutur tentang kegundahan hati yang menyangsikan serta memudarkan kebesaran makna arti cinta.

Pendek kata : cinta mereka sedang bermasalah atau sedang ada masalah. Energi mereka seakan terkuras untuk mendalami dan memahami kembali, keindahan cinta yang seharusnya selalu bersemi dalam hati mereka.

Sepanjang rentang waktu perjalanan hidup kita, sulit rasanya untuk menghindari adanya masalah agar tidak menaungi diri kita. Padahal, ketika masalah mulai memecah perhatian kita, tidak mudah bagi hati serta pikiran kita untuk segera mendamaikan diri dengan suasana tidak nyaman yang tercipta.

Adanya permasalahan, membuat cinta sulit dicurahkan sepenuh hati, karena terganjal oleh adanya masalah yang menjadi "batu ujian" dalam hubungan cinta kasih dengan kekasih tercinta. Masalah membuat gelora cinta dianggap sebagai perusak harmoni kehidupan.

Cinta yang seharusnya mencerahkan suasana hati dan wajah kita sepanjang hari, kini berganti dengan : rasa kesal, amarah, gelisah, sedih, seungkap rasa kecewa, dan rasa penat. Ada yang hanya tersirat di wajah, namun tidak sedikit orang yang mengekspresikannya dengan berbagai rupa tindakan.

Haruskah kondisi itu terjadi? Masalah ada untuk diselesaikan, bukan untuk didiamkan atau untuk dinikmati.

Kalau ada masalah, bicarakanlah baik-baik, karena sebuah titik temu (kesepakatan untuk saling mengerti, memahami, dan menghargai), tidak akan pernah tercipta kalau dialog tidak ditempatkan sebagai media untuk memecahkan masalah. Cobalah untuk berkompromi, jangan bersikap egois.

Yup, sikap egois adalah musuh terbesar dari hubungan cinta kasih yang sedang dibina. Ketika sikap egois mengemuka, maka diri ini hanya ingin menguasai, bukan menerima adanya kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita.

Satu kesalahan kecil jangan pula dibesar-besarkan kalau kita tidak ingin masalah kecil itu justru membuat hati dan pikiran kita dipenuhi oleh kesan-kesan buruk atau pola pandangan negatif, yang berkecamuk karena telah tercipta suasana yang penuh dengan ketidak-pastian, hingga akhirnya berkembang menjadi cerita kehidupan yang tidak ingin kita lalui atau hadapi.

Sebisa mungkin, jangan biarkan diri kita ini mudah untuk mengucapkan kata-kata kecaman, kata-kata yang merendahkan, atau kata-kata hinaan. Kendalikan mulut kita, dan jangan membiasakan diri untuk menyerang pribadi seseorang karena itu sama artinya menambah besar ranah permasalahan.

Ingatlah.. Sebuah kata kecaman atau hinaan, pada dasarnya bisa menimbulkan perasaan ditolak atau dipersalahkan, bukan mengayomi, menghibur atau mendukung. 

Mengedepankan sikap emosional, tidak akan pernah berhasil menyelesaikan masalah. Demikian pula saat hubungan cinta kasih sedang ada masalah, emosi bukanlah pilihan tepat untuk mendamaikan suasana hati.

Oleh sebab itu, ungkapkanlah segala sesuatunya, khususnya untuk hal-hal yang menjadi uneg-uneg atau kecurigaan kita akan sesuatu, dengan baik-baik, tanpa harus mengecam, tanpa harus menghina, atau mengeluarkan kata-kata mengumpat.

Pada situasi atau kondisi tertentu, kesalahan memang sangat mungkin saja terjadi. Tapi itu bukan berarti, kita dapat dengan bebas menyatakan bahwa kesempurnaan dan nilai-nilai kebenaran itu seutuhnya ada pada diri kita

Kita harus menyadari, bahwa setiap hubungan cinta kasih yang mengalami keretakan dan berakhir dengan putusnya hubungan cinta kasih, selalu diawali oleh adanya suatu masalah, suatu perbuatan curang (selingkuh) atau adanya suatu pola pemikiran yang tidak lagi sejalan, dimana semua keadaan itu, tidak lagi dapat dikomunikasikan secara baik-baik dengan kekasih.

Artinya, selain diputuskan oleh kematian, tidak ada satu pun cerita putus hubungan cinta kasih yang terjadi secara baik-baik. Semua peristiwa putus hubungan pacaran (atau kisah hubungan suami-isteri) pasti karena ada penyebabnya. Oleh sebab itu, kedewasaan sikap diantara masing-masing pihak yang menjalin hubungan cinta kasih, perlu terus dijaga.

Apabila memiliki rasa tidak puas, buatlah diri pasangan kekasih hati kita untuk memahami dengan cara-cara yang sederhana, bahwa kita tidak puas dengan sikapnya. Jangan pernah menjadi "buas" karena ada rasa tidak puas pada sikap atau dalam diri pasangan kita.

Well, cinta mungkin juga bermasalah. Apabila itu terjadi, kita tidak memiliki pilihan yang lain, selain merundingkan jalan terbaik atas kondisi itu, agar tidak ada upaya untuk menyakiti, tentunya, dengan mengatasnamakan cinta. Berhenti sejenak... pikirkan masak-masak... dan nyatakan dengan bijak.

Ingatlah selalu, bahwa tiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan pada saat ada masalah menaungi cinta. Dalam kelebihan yang kita miliki, pasti kita memiliki kekurangan. Oleh karena cinta, kekurangan itu dapat tertutupi dengan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kekasih hati kita. Gunakan itu untuk tampil lebih baik, bukan untuk menekan lebih keras. 

Memang, segala sesuatunya itu, ada saatnya. Namun, ketika cinta adalah dasarnya, kita bisa menjadi bintang ditengah gelapnya malam, apabila kita biarkan cinta itu menjadi "malaikat" yang menyejukkan setiap kasih yang melingkupi diri dan hati kita.

So, jangan biarkan masalah menyandung adanya cinta didalam hati dan diri kita. Lakukan segala sesuatunya dengan didasari oleh cinta.

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

TAK INGIN HATI INI TERLUKA

Oleh :  Sarlen Julfree Manurung

 

 

Hati ini terluka,

Sukma ini seakan berdarah-darah...

 

Semburat kepedihan mengalir sudah

Ada sebongkah gelisah menyesakkan dada

Ciptakan lebam hati, luruhkan raga dalam pasrah

Hingga sejenak tak mampu membasuh asa,

Dan mulut ini hanya bisa terkatup tanpa suara,

Tak mampu berkata-kata...

Tak siap merangkum ucapan dalam rasa...

 

Telinga ini melepuh memerah...

Kepala ini berputar berdentak, tak tentu arah

Saat raga ini hanya bisa mengaduh,

Saat diri ini tak lagi bisa bersandar pada pundaknya

Dirinya menjauh, entah kenapa...

 

Kepedihan yang menerjang,

Hembuskan aroma tajam laksana lada

Tak ingin diri ini menyangsi,

Namun tak ingin pula dihempaskan...

Dilepaskan pelan-pelan,

Digoreskan kepenatan teramat dalam,

Hingga tercabik-cabik... Mengguncang lara... Penuh guratan kelam...

 

Dalam keheningan,

Diantara gundah gelisah penantian

Berharap ada semburat kebahagiaan yang menyapa...

Menyejukkan suasana hati,

Meredakan keresahan...

Sembuhkan duka nestapa,

Hadirkan lagi pesona pelangi,

Agar tak ada lagi derai air mata...

 

Pintaku,

Jangan biarkan dirimu menjauh...

Jangan biarkan hati ini melemah dan merapuh

Walau gelora cinta tak lagi seindah yang dahulu

Dan segenap hasrat, tak mungkin lagi berlabuh

Biarlah... biarlah itu semua larung bersama sang waktu

Karena bagiku,

Kebisuan sikapmu, menyiksa relung kalbuku...

 

Biarlah, sudahlah...

Biarlah semuanya berlalu

Sudahi saja kisah temaram kasih yang pernah kita rajut

Jika itu memang mau mu...

Meski kesedihan ini, bukan anganku...

 

Pergilah, jika itu membahagiakan dirimu...

Tapi tolong,

Jangan sakiti hati ku... lagi

 

 

 

Jakarta, 27 Januari 2011

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

D O A

By  :  Sarlen Julfree

 

 

Dalam resah dan gundah,

Raga ini bersimpuh

Di sudut ruangan, menghadap hadirat Tuhan

 

Menundukkan wajah, tak mampu menatap langit

Diam sejenak, menangis kemudian...

Berucap dengan suara parau bergetar

Takut salah, malu pada Tuhan

 

Perlahan dan teramat pelan,

Bait-bait kata terucap

Mengaku dan mengaduh...

Mengungkap segenap bilur-bilur kesalahan,

Antara kekotoran kata-kata, dan joroknya alam pikiran...

Tak terbilang pula rupa tindakan bodoh yang pernah dilakukan,

Sungguh, tiada lagi terhitung jumlahnya...

 

Kata-kata yang mengalir,

Seakan terpahat tanpa ada kata akhir

Memohon dengan memelas,

Menyesal dalam sesegukan tangis,

Merindu untuk diampuni, dihampiri dengan penuh kasih

Berharap Tuhan tak mengingat-ingatnya lagi...

Hingga noda hilang, kembalikan keceriaan

 

Lamat-lamat,

Sebongkah harapan semakin kencang dicurahkan

Tak ingin hati ini lama meredam penat

Karena t'lah lelah memendam gundah...

Hingga terpuruk jiwa luluh ke tanah

Tak kuat menanggung beban...

Tak kuasa merapati kebodohan...

Sebuah derita kalbu, sukma yang mengaku

 

Berserah sudah...

Merendah dalam pasrah...

Berharap, semua sesak segera usai

Saat barisan kata-kata doa, dinaikkan

Dalam ketegaran, hati ini percaya :

Tuhan tak akan pernah menjauh,

Tuhan tak pernah tidur

'tuk dengarkan segenap pinta,

Hingga sungguh, mukjizat itu nyata...

Ketika masalah diserahkan

Dalam rengkuhan kasih, urapan tanganNya

 

Tuhan... Tuhan... Ya Tuhanku...

Ini aku anakMu...

Tilik hatiku, kasihanilah aku,

Pegang tanganku erat-erat...

Dekap aku dalam hangat KasihMu...

Dengarlah pintaku...

Jangan biarkan aku terjatuh,

Semakin lemah karena dosa-dosaku...

 

 

 

Jakarta, 15 Desember 2007

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

Pada dasarnya, saya senang bernyanyi. Selain untuk mengekspresikan diri, bernyanyi juga menjadi media saya dalam menginspirasi sesuatu.

Menyanyi merupakan bagian dari kesenangan keluarga saya. Semua orang di rumah saya (termasuk bayi Pepita dan pembantu rumah tangga di rumah saya), senang menyanyi.

Tapi saya bukanlah seorang penyanyi. Saya bukan anggota dari suatu kelompok vokal (duet, trio, boy band, dsb.) atau anggota kelompok paduan suara dari komunitas mana pun. Buat saya, kehidupan sebagai seorang penyanyi, belum menjadi “panggilan jiwa” saya.

Saya lebih senang menyanyikan satu atau sejumlah buah lagu, pada saat saya sedang seorang diri. Bukannya saya kurang suka bernyanyi bersama-sama dengan orang lain, tapi saya sendiri merasa lebih enjoy untuk bernyany, pada saat sendiri saja.

Mungkin karena saya tergolong orang yang serius dan senang dengan keheningan suasana, makanya saya jarang terlihat bernyanyi bersama orang lain.

Bernyanyi bersama orang lain, cenderung saya lakukan ketika saya menghadiri suatu acara tertentu (misalnya : saat mengikuti ibadah di Gereja, saat nongkrong bersama para sahabat, dll.), dimana ada acara bernyanyinya, atau secara spontan kami bernyanyi.

Suasana kebersamaan membuat saya ikut bernyanyi. namun terkadang, jika lagunya tidak saya hafal, saya hanya bergumam kecil, atau bernyanyi dengan “setengah suara”, menyanyikan bait-bait lagu yang benar-benar saya hafal saja.

Bisa dikatakan, saya bernyanyi apabila saya ingin bernyanyi (terutama, saat ingin mencari inspirasi, atau saat saya ingin melepas kepenatan / rasa jengkel). Jika sedang tidak ingin bernyanyi, saya lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai, membaca buku, atau... tidur.  

 

Kurang Mengikuti Perkembangan

Pengetahuan saya tentang lagu-lagu yang sedang telah lama populer atau yang sedang populer di kalangan pencinta musik tanah air, memang tidak seperti toko kaset berjalan. Kebetulan, saya juga bukanlah seorang pendengar radio sejati.

Saya juga tidak sering menyaksikan beragam program acara musik di stasiun televisi, dimana ada tayangan video clip dan penampilan live performa dari para penyanyi / grup band yang menyanyikan lagu-lagu andalan mereka diatas panggung.

Jadi wajar saja kalau dikatakan, saya kurang up-date informasi tentang perkembangan lagu terbaru yang sedang memasuki pasaran industri musik di negara kita, dan benar-benar kurang mengikuti, bagaimana perkembangan tren musik nasional atau dunia saat ini.

Walaupun di komputer PC atau laptop saya ada puluhan hingga ratusan lagu yang saya sukai dalam format MP3, namun saya tidak terlalu sering memutar lagu-lagu yang ada di folder lagu di komputer atau laptop saya itu.

Saya memang bukan pekerja yang biasa bekerja sambil mendengarkan musik, atau seorang pekerja yang suka memanfaatkan musik sebagai alat kamuflase untuk menutupi pembicaraan telefon saya dengan rekanan kerja saya.

 

Sulit Menghafal Lyric Lagu

Minimnya pengetahuan saya tentang lagu, membuat saya kurang memiliki rasa percaya diri besar, terutama untuk berani tampil bernyanyi sendirian dihadapan atau diantara orang banyak, kecuali untuk ber-karaoke ria. Keadaan ini membuat saya tidak hafal lyric dari hampir semua lagu yang saat ini sedang populer ditengah-tengah masyarakat.

Kalau sebuah lagu (menurut saya) enak untuk didengar, mempunyai kedalaman arti pada bagian lyric, atau cocok dengan karakter diri serta suara saya, saya pasti menyenangi lagu itu (tapi belum tentu saya hafal lyric lagunya). Sama seperti kebanyakkan orang deehhh...

Meskipun sebuah lagu sering diperdengarkan di stasiun radio kesayangan saya, atau berulang kali saya menyaksikan tayangan video clip / live performa dari grup band atau seorang penyanyi terkenal di suatu program acara musik yang ditayangkan suatu stasiun televisi swasta, belum tentu saya hafal seluruh bait lyric lagu yang dinyanyikan oleh sang vokalis atau penyanyinya.

Well, saya memang tidak begitu antusias untuk menghafal sebuah lagu kalau saya sendiri merasa tidak benar-benar suka dengan lagunya. Itu sebabnya, saya tidak memiliki pengetahuan baik tentang lagu-lagu yang beredar di pasaran, baik lagu-lagu memori maupun lagu-lagu baru yang belum lama di launching penyanyinya.

Itulah sebabnya saya menganggap, menyanyi hanya menjadi sebuah kesenangan sesaat belaka, tidak mendefinisikan sesuatu atau memiliki makna luar biasa.

Apalagi saya sendiri tidak memiliki cita-cita atau resolusi hidup untuk menjadi seorang penyanyi. Saya memang tidak memiliki komitmen pribadi untuk punya karir sebagai seorang penyanyi, karena saya hanya senang bernyanyi saja.

Kalau ingin dikaitkan dengan aktifitas di dunia tarik suara, saya sendiri merasa lebih cocok kalau diposisikan sebagai kritikus performa seorang penyanyi, dibandingkan sebagai seorang penyanyi.

 

Belajar Menyanyi

If you want to sing the song perfectly, you must practice continously. Seseorang dikatakan sebagai seorang penyanyi apabila memiliki pengetahuan baik tentang bagaimana cara bernyanyi yang baik, serta bagaimana cara menyanyikan sebuah lagu dengan benar. Saya tidak memilikinya.

Banyak orang yang bisa bernyanyi, tapi mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya caranya bernyanyi dengan baik. Nada dan irama dinyanyikan suka-suka. Like what i did when i sing a song.

Padahal sebuah lagu diciptakan penciptanya, dengan tempo, ketukan birama, serta artikulasi dalam pengucapan tertentu, sehingga sebuah lagu dapat benar-benar dapat dinikmati.

Kelihatannya mudah, padahal butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menjadi seorang penyanyi, dengan kemampuan olah vokal dan teknik bernyanyi yang baik.  

Prosesnya semakin cepat kalau seseorang memiliki bakat. Namun bakat saja tidak cukup kalau tidak diikuti dengan proses pembelajaran dengan baik dan berkesinambungan, sehingga bisa memiliki nilai tambah di kemudian hari.

Bergabung sebagai murid di suatu tempat belajar olah vokal, memiliki guru vokal sendiri, atau belajar sendiri secara otodidak, merupakan proses pembelajaran yang bisa dilakukan apabila ingin menjadi seorang penyanyi.

 

Penyanyi yang Bernyanyi

Bernyanyi memang merupakan sebuah media bagi seseorang untuk mengekspresikan diri. Namun, kalau sudah dijadikan lahan mata pencaharian, maka dibutuhkan komitmen untuk menjalaninya.

Why? Saat seseorang penyanyi bernyanyi, lagu yang dinyanyikannya memang tidak harus membawa sebuah pesan, akan tetapi selayaknya memiliki arti, pesona, serta kesan mendalam, minimal, dapat menciptakan suasana yang seharusnya dihadirkan saat itu.

Untuk bisa melakukannya, seseorang perlu melatih dan mengasah kemampuan bernyanyinya, agar mampu membawakan lagu dengan penuh penjiwaan, menghayati makna yang terkandung didalam lagu, sehingga dapat menyanyikan lagu dengan benar, seperti yang dikehendaki oleh pencipta lagu.

Adanya talenta yang diasah untuk menghasilkan kemampuan bernyanyi dengan baik, memang bisa dikomersilkan, menjadi pemasukan keuangan atas pundi-pundi penghasilan seseorang.

Oleh sebab itu, pada saat seseorang sedang bernyanyi, maka ada 2 nilai yang bisa dihadirkan : antara nilai-nilai ekonomis dan nilai-nilai emosional.

Proyeksi pemenuhan nilai-nilai ekonomis, selain dapat dilihat dari upaya seseorang yang memilih berkarir di dunia tarik suara dan musik, juga terlihat jelas pada diri seseorang yang memanfaatkan “ketenaran” dirinya untuk turut mengambil tempat dalam ranah dunia tarik suara profesional secara aji mumpung.

Sedangkan pemenuhan nilai-nilai emosional, selain dapat ditemukan dalam diri seorang penyanyi solo, dapat pula dilihat dalam diri seseorang yang bergabung dalam kelompok paduan suara.


Bernyanyi adalah Soal Rasa dan Ekspresi Diri

Pada dasarnya, kita dapat mengetahui bagaimana suasana hati seseorang melalui dendang lagu yang dinyanyikannya.

Hal ini bisa kita lihat dari lagu-lagu yang dinyanyikan oleh seseorang yang senang bernyanyi sambil mandi. Jika sedang senang, lagu-lagu ceria yang akan dinyanyikan. Saat sedang kasmaran, lagu-lagu romantis atau berthema cinta yang diperdengarkan.

Ketika merasa ingin lebih dekat pada Tuhan, lagu-lagu rohani yang disenandungkan. Dan saat dirinya sedang bersedih atau sedang gundah, maka lagu-lagu mellow akan keluar dari mulutnya.

Dendang sebuah lagu memang bisa menggugah rasa, mengilhami diri, mengubah suasana hati, dan menjadi bagian dari ekspresi diri, karena seseorang yang bernyanyi, ikut larung dalam suasana yang dihadirkan oleh sebuah lagu.

Irama dan lyric sebuah lagu memang bisa menggetarkan jiwa. Bila sedang penat, bila sedang diliputi rasa bahagia, atau bila sedang bersedih... bernyanyilah ! Ketika mulut seseorang mulai bernyanyi, dapat dirasakan perubahan suasana hati dan emosi diri oleh karenanya.  

Tidak salah kalau kemudian dikatakan, bernyanyi bisa menjadi media terapi bagi diri seseorang, yaitu untuk membantu seseorang agar bisa mengungkapkan emosi / perasaan yang ada didalam dirinya.

Lewat bernyanyi, ketenangan hati bisa diperoleh tanpa harus menghadirkan suatu tindak kekerasan (penyerangan secara fisik), tanpa harus mengucapkan kata-kata kasar pada orang lain, atau bahkan, tanpa harus minum obat-obatan anti-depresan.

Enjoy your life with singing.

 

 

.Sarlen Julfree Manurung

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

Beberapa bulan yang lalu, seorang teman mengisi kolom status facebook miliknya dengan kata-kata berikut :

"Mendengar, mencerna kata demi kata, merenung dan berpikir, hingga mendapatkan kesimpulan... lalu menindaklanjuti... naaaah... yang terakhir ini yang paling susah..."

 

Yaa... bicara teori saja, memang mudah. Lancar-lancar saja mulut kita bicara. Namun tidak demikian halnya dengan mengupayakan adanya suatu formulasi jawaban yang tepat guna serta tepat sasaran, terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Kita cenderung mati gaya, bahkan mungkin diam saja, karena tidak mampu berbuat apa-apa.

Sering kali, kita menganggap memecahkan suatu masalah, bukanlah perkara mudah. Kenapa bisa ada pemikiran seperti itu ya?

Karena, pada saat kita merenung, kita malah larung dalam tangis, meratapi adanya masalah sebagai nasib yang membuat kita susah, bukannya berusaha mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi.

Inisiatif diri seakan tidak ada, karena belum apa-apa sudah mengatakan tidak siap, padahal belum “mencoba melangkah” untuk menemukan jalan pemecahan masalah. Alasannya, tidak percaya diri, atau takut mendapat malu. Takut salah.

Ada sederetan nada-nada sumbang yang bergetar namun tak mampu terucapkan. Demikian pula dengan sikap kita, nyaris tak bergeming, seperti sudah mati rasa. Jangankan mengambil tindakan, bahasa tubuh kita saja sudah menunjukkan sikap orang yang pesimistik dan penuh dengan keraguan, seperti sikap orang yang tidak siap menerima tantangan.

Perlahan-lahan mundur sebelum bertempur. Tak punya nyali atau keberanian diri mengambil sikap. Kita seperti orang “bermasalah” karena tidak mampu keluar dari masalah kita sendiri.

Dalam kesempatan berbeda, menasehati orang lain, kita jagonya. Akan tetapi, kita justru mengalami kesulitan saat harus menjalankan suatu rencana aksi, sebagai upaya nyata dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Bisanya meminta / menanti bantuan orang lain saja.

Ragam persoalan di dalam hidup ini, baik susah atau mudah, terkadang membuat kita seakan berada dibawah bayang-bayang ketakutan tak mampu untuk berbuat sesuatu. Padahal, kita sendiri belum melakukan apa-apa (mencoba berbuat sesuatu), kita sendiri belum menyampaikan pandangan kita.

Terkadang, meskipun sudah mencoba berbuat sesuatu seatraktif mungkin, dan sudah pula mencoba untuk mengkomparasi sejumlah teori pemecahan masalah (katanya, biar tidak salah membuat dasar pertimbangan), akan tetapi tetap saja kita merasa terintimidasi oleh keadaan, bingung atau merasa tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri.

Alasannya, karena kita tidak tahu aral mana yang akan dipilih untuk dijalani, meskipun semua arah pemecahan masalah yang kita bangun, sudahlah tepat.    

Beberapa orang bahkan sampai jatuh sakit atau mengalami stress berat, karena tak kunjung berhasil keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Karakter dan perilaku seseorang memang bisa berubah apabila terlalu lama berada dalam tekanan. Minimal, ritme kehidupan tak lagi sama.

Tersesat dalam kebimbangan, membuat peluang untuk kembali menjadi orang yang merdeka dari masalah, terhenti seketika. Seakan ada yang mengganjal dan membuat langkah terhenti, utamanya, kalau masalah yang sedang dihadapi, bertutur tentang : masa depan, hubungan asmara dengan orang lain, atau kemampuan dan kesanggupan diri untuk dapat survival dalam hidup ini.

Hidup penuh dengan masalah, memang bukanlah impian. Namun hidup tanpa ada masalah, adalah keadaan yang tidak membuat kita belajar, mengetahui cara menyikapi atau menyelesaikan masalah dalam hidup ini.

Pada dasarnya, masalah merupakan “model” pembelajaran hidup terbaik, jika kita ingin melihat dan mengetahui bagaimana realita kehidupan dan tatanan / perspektif keadaan yang tidak terbayangkan sebelumnya, atau ketika kesalahan harus segera ditangani agar tidak menimbulkan dilematika baru di kemudian hari.

Apalagi kalau seseorang telah menghadirkan anggapan : tidak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan mudah, dan tidak semua upaya penyelesaian masalah, bisa dilakukan secara tuntas.

Oleh sebab itu, setiap permasalahan harus segera diselesaikan agar tidak menjadi lebih complicated atau menghadirkan masalah baru. Jadi, jangan pernah kita membiarkan masalah berlarut-larut tidak terselesaikan, dan menghantui benak pikiran kita. Diam itu, tidaklah emas.

Sebuah pepatah lama mengatakan : Manusia bisa karena biasa. Mungkin kalau ingin diterjemahkan secara bebas, pepatah itu bisa diartikan, sebagai : pengalaman merupakan guru yang berharga.

Demikian pula halnya dengan adanya keberanian mengemukakan pendapat atau pandangan, yang dinyatakan sebagai upaya memecahkan masalah. Jika kita tidak pernah ragu untuk menyampaikan pendapat atau pandangan, maka semakin cepat pula kemampuan daya nalar kita untuk mencari, menemukan, dan memformulasikan jawaban dari sebuah pemecahan masalah.

Sedangkan pada sisi yang lain, terlalu sering seseorang mengatakan tidak mampu, tidak berani, atau tidak siap, selain bisa menimbulkan stigma negatif orang lain, juga bisa mempengaruhi sikap agresif seseorang untuk dapat cepat bertindak menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Merendah boleh-boleh saja, tapi membodohi diri sendiri, sebaiknya jangan.

Oleh sebab itu, menghadirkan pola berpikir kritis, merupakan sebuah kebutuhan, karena sikap kritis akan membuat perhatian seseorang, sepenuhnya tertuju pada upaya penyelesaian masalah secara tuntas.

Selain itu, kita juga harus menumbuhkan keberanian diri untuk menghadapi problema kehidupan, dengan menyampaikan opini, saran dan masukan, pandangan, atau bahkan, sebuah konsep pemecahan masalah.

Sebuah keberanian untuk menjawab permasalahan yang sedang dihadapi, harus kita hadirkan. Manfaatnya, keberanian akan mendorong diri kita untuk bisa menunjukkan segenap potensi yang kita miliki, dengan mengeksplorasi segenap pengetahuan dan kemampuan diri, pada saat berada diantara kuatnya tekanan permasalahan yang sedang kita hadapi.

Selain untuk menunjukkan kualitas diri kita, juga untuk menguji kemampuan kita dalam mengurai dan memecahkan masalah, dengan mengeksplorasi segenap pengetahuan dan peningkatan kinerja kita.

Apabila kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik, sama artinya kita tidak membiarkan adanya tekanan yang datang dan menghantui diri serta pikiran kita. Sebuah tekanan yang justru membuat kita lemah dan terlihat lemah, yang datangnya dari cibiran mulut orang lain atau dari bayang-bayang perasaan yang tak menentu.

Ketika sebuah keberhasilan berhasil kita capai, akan menghadirkan kebanggaan pada diri sendiri. Dan ketika kita bisa menunjukkan diri, mampu menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi, maka keberhasilan itu akan memberikan nilai tambah bagi diri kita sendiri di mata orang lain.

Jadi, tidak akan ada kebuntuan suasana dan hati yang nelangsa karena masalah yang menggantung, sebagai akibat dari berlarut-larutnya upaya penyelesaian masalah karena kita memilih diam seribu bahasa. Kita harus bisa bersikap fleksibel, tidak hanya terpaku. Ada kegairahan dan daya upaya untuk membuat diri kita terbebas dari masalah.

Well, berdiam diri saja, tidak membuat kita bisa memecahkan masalah.

God give us a smart brain, two ears, and one mouth. With all of that, you can do something, before you talk too much. Inspiring and motivating yourself with some of good idea’s, not to be silent. Make  your body move. Be agressive.

After that, you must try, try again, try again, and again, and again. You must believe that you can make everything is gonna be alright (again). That is one of the key of a success (ada satu kemauan, ada kegigihan, ada rasa percaya diri, ada semangat tinggi serta ada keberanian... untuk bicara).

You must do something, karena tidak selamanya diam itu emas. Tidak selamanya...


 

.Sarlen Julfree Manurung

Labels: 0 comments | | edit post