My Mind
‎~ CARA-CARA MENCAPAI KERENDAHAN HATI ~


1. Berbicara sesedikit mungkin tentang diri dan keluarga sendiri.

2. Uruslah sendiri persoalan-persoalan pribadi.

3. Hindarilah rasa ingin tahu.

4. Janganlah mencampuri urusan orang lain.

5. Terimalah pertentangan dengan kegembiraan.

6. Mengalah terhadap kehendak orang lain.

7. Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walau Anda benar.

8. Jangan memusatkan perhatian kepada kesalahan orang lain.

9. Terimalah hinaan dan caci maki.

10. Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah.

11. Terimalah celaan walaupun Anda tak layak menerimanya.

12. Bersikap sopan dan peka sekalipun seseorang berusaha memancing amarah Anda.

13. Janganlah berusaha agar dikagumi dan dicintai.

14. Pilihlah selalu yang tersulit.


TUHAN YESUS Memberkati Anda..



From : PELAKU FIRMAN
My Mind

Mungkin, karena sudah cukup lama belum juga memiliki pekerjaan tetap atau mempunyai penghasilan tetap, saya sempat menjadi seseorang yang emosional karena suka kesal terhadap sikap orang-orang yang nampaknya sudah terbiasa mengeluarkan kata-kata cemooh ataupun hinaan, bagaikan orang-orang yang selalu punya hasrat untuk merendahkan dan menjatuhkan harkat, martabat, serta harga diri orang lain.

Namun, setelah melalui sebuah perenungan panjang, saya berpikir, untuk apa saya menjadi seseorang yang emosional? Apakah saya bisa merubah keadaan dengan marah-marah? Kesal karena kecewa sih, boleh-boleh aja, tapi kalo marah, sebaiknya jangan. Yup, sama sekali ga ada untungnya.

Setiap hari saya tidak pernah ongkang-ongkang kaki, seharian kerjanya duduk-duduk atau tidur-tidur saja di rumah. Walaupun saya tidak berkantor di salah satu gedung perkantoran yang ada di daerah Sudirman-Thamrin, namun saya tetap ada kegiatan dengan bekerja dari rumah. 

Bagi orang kantoran, hasilnya mungkin tidak seberapa. Lebih sering tidak berlimpah atau sama seperti saat saya bekerja sebagai staff perencanaan di sebuah kantor general contractor. Tapi kalo di total-total, nilainya bisa melebihi UMR di Jakarta. 

Setidaknya, saya tidak melakukan mark-up atas nilai project demi menjaga nama dan reputasi saya as a freelance. Saya masih bisa beli rokok saya sendiri, bisa sesekali membantu orang tua untuk nambahin uang belanja, serta bisa sesekali jajanin keponakan-keponakan saya.

Hingga hari ini, saya tidak merasa salah memilih kuliah di fakultas teknik jurusan arsitektur, karena ternyata, dunia para arsitek itu tidak hanya berisi mengkhayal...mengkhayal...dan mengkhayal. Akan tetapi kami juga belajar tentang banyak hakekat ilmu yang tidak diajari di jurusan lainnya.

Tentu saja, hidup yang berubah drastis, ada hikmahnya. Salah satunya, saya harus terbiasa dengan penghasilan yang apa adanya jika memang sedang tidak menangani proyek (no job).

Adanya perubahan atas kualitas kemampuan keuangan, memang sedikit merubah sikap saya. Dahulu, saya terbiasa menjadi pendengar paling setia kalau ada teman-teman yang ingin curhat sama saya. Kalau sekarang ini, saya memilih untuk terbiasa bertindak sebagai motivator bagi orang-orang yang tidak saya kenal dengan baik. Kenapa begitu?

Perubahan itu terjadi sewaktu saya sedang mengalami masalah keuangan beberapa waktu yang lalu. Waktu itu saya mendatangi mereka, berharap bisa dibantu dengan menceritakan masalah yang sedang saya hadapi. 

Apa lacur adanya, ternyata saya hanya mendapatkan punggung dari mereka saja. Menegur sapa tidak, memberikan respon juga tidak. Bahkan sekarang hilang dan pergi begitu saja. Yup, saya menjadi korban kerasnya kehidupan pergaulan, mau menerima, tapi enggan memberi.

Oleh sebab itulah, saya merasa, percuma saja selama ini telah menjadi pendengar setia bagi “suara jeritan hati” mereka, karena ternyata mereka sendiri emoh untuk juga mau menjadi pendengar suara hati saya.

I don’t know why, belakangan ini, sikap saya itu sudah menjadi kebiasaan. Kuantitas dari munculnya keinginan untuk menjadi pendengar bagi suara orang-orang yang merasa punya beban, agak saya kurangi. Mungkin, saya salah telah bersikap seperti itu. Akan tetapi, saya juga ingin mempunyai rasa nyaman dalam kehidupan pergaulan saya.

Faktanya, bekerja dari rumah bukan berarti saya tidak memiliki masalah dan banyak kendala. Aneka problematika kehidupan pribadi, tetap datang silih berganti. Bekerja di rumah juga berarti, saya harus membiasakan diri dengan keruwetan masalah yang ada di rumah.

Kondisi terberat adalah saat orang tua saya harus mudik sebulan lamanya untuk nostalgia, dan saat setelah Lebaran ini, karena pembantu serta baby sitter para keponakan saya, tidak balik lagi. 

Sungguh, kerepotan demi kerepotan menyita waktu saya. Apalagi sewaktu ponakan saya Pepita sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Semenjak jam 6 pagi saya sudah sibuk membantu Ibu saya mengurusi adiknya Pepita, Abby, karena orang tuanya menemani Pepita di Rumah Sakit. Praktis, saya baru tidur jam 3 subuh setiap harinya karena Abby sering kali rewel banget karena kangen sama Orang tua dan Kakaknya. 

Berbagai bentuk kerepotan membuat saya mengalami kesulitan untuk bisa mengatur waktu menjalani kehidupan sosialita saya. Gak ada waktu untuk mengais rupiah karena badan ini sudah capek sekali. 

Untuk menghibur diri, saya menonton OVJ dan bermain game Social City di facebook. Just that.

Ada begitu banyak permintaan untuk menjadi pengabdi nan setia. Bahkan terkadang, harus dimulai dengan penyampaian kata-kata yang benar-benar “tidak menganggap” keberadaan saya yang juga memiliki aktifitas pribadi. Sering kali, saya merasa sakit hati, tapi saya hanya bisa ngedumel dalam hati.

Untung saja, saya bukanlah tipikal orang yang temperamental, yang suka melampiaskan rasa amarah serta rasa kesal dengan menyakiti ragawi orang lain. Puji Tuhan... hingga kini, saya masih dapat mengendalikan diri. Saya berharap, sampai kapan pun, saya tidak berubah menjadi orang yang mampu menahan emosi diri.

Tentu saja, menjadi seseorang yang emosional, bukanlah sebentuk perubahan perilaku yang saya inginkan agar menjadi bagian dari kepribadian saya. Sekali-kali tersinggung, pernahlah. Saya masih manusia biasa yang punya perasaan. But, being emotional people?

Nop. that is not my type. Till now, i’m not like that. Saya sangat-sangat tidak menginginkan menjadi seorang pemarah. Saya tidak ingin, marah-marah menjadi kebiasaan hidup, menjadi cara saya untuk mengekspresikan rasa tidak senang saya.

Beraneka ragam tekanan, boleh-boleh saja didatangkan. Aneka rupa cemooh dan kata-kata hinaan yang menyakitkan hati, boleh-boleh saja sering dialamatkan. Aneka bentuk tindakan tidak menyenangkan lagi merendahkan, silahkan saja untuk dirupakan sekehendak hati. Tapi saya tidak mau terpengaruh oleh karenanya.

Hidup ini terasa menakutkan jika saya menikmati tekanan-tekanan yang menghampiri. Akan ada berjuta-juta kebencian yang bergemuruh dan ingin dilampiaskan. Tentu saja, itu bukan sebuah kondisi yang baik untuk dijalani.

Dalam tayangan acara Just Alvin, Sophia Latjuba sempat mengatakan : happy is a strong word. Saya sependapat dengannya. Pada satu sisi, saya sudah sangat terbiasa untuk menghadapi banyak kesusahan. But, saya juga ingin menikmati hidup ini, bukan menikmati segenap kesusahan yang datang menghampiri.

Saya mungkin sudah terbiasa menghadapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi, saya tidak ingin untuk terbiasa menjadi orang yang memiliki kebiasaan melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan. Itu sebabnya, belakangan ini, saya lebih banyak diam dari pada muncul keinginan untuk balik menyakiti hati dan perasaan orang lain.

Jika saya menginginkan gaya berpikir saya ini bisa pula menjadi bagian dari gaya berpikir dari orang-orang di sekitar saya, itu karena saya meyakini, pilihan sikap seperti itu, perlu ada di dalam benak pikiran dan jalan kehidupan semua orang. Hidup kita haruslah berkelimpahan dengan perbuatan baik, bukan keinginan untuk menyakiti.

Terbiasa melakukan beragam perbuatan baik, akan membuat hidup kita menjadi luar biasa. Cukup banyak rupa perbuatan baik yang bisa kita jadikan kebiasaan dalam gaya hidup kita. Show that to the peoples kalo kita biasa berbuat baik.

Percaya deh, walaupun hidup kita tidak dipenuhi oleh beragam kesenangan duniawi atau berkelimpahan harta, namun hati serta pikiran kita, akan dipenuhi oleh rasa sukacita, jika kita punya kebiasaan-kebiasaan baik, biasa berbuat baik, serta sudah terbiasa untuk setiap saat berbuat baik.


.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

"Yaahhh... Kalah lagi, kalah lagi... Kapan nih, tim nasional sepak bola Indonesia menang lagiii...?"

Pernyataan itu keluar dari mulut seorang bapak, yang tak sempat menonton pertandingan sepakbola Pra Piala Dunia 2014 (PPD 2014) antara tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia melawan timnas Bahrain, gara-gara terjebak kemacetan lalu lintas di ibukota setelah lembur bekerja di kantor.

Berawal dari kekalahan 0 – 1 saat melakukan pertandingan persahabatan dengan timnas Yordania di Solo beberapa waktu yang lalu, derita kekalahan kembali dialami timnas kita, setelah dipecundangi timnas Iran 0 - 3 dalam pertandingan pertama babak ketiga Group E kualifikasi Piala Dunia zona Asia.

Timnas kita harus kembali menelan kekalahan, setelah pada tanggal 6 September 2011 lalu, dipaksa menyerah kalah 0 – 2 atas timnas Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan – Jakarta.

Kegigihan dan kerja sama antar pemain timnas Indonesia pada saat perebutan Piala AFF tahun 2010 lalu, tidak begitu nampak dalam ke-3 pertandingan itu. 

Penyebab Kekalahan : Faktor Non-Teknis

Tidak ada satu pun tim, regu, ataupun atlet perseorangan yang menginginkan, menderita kekalahan pada saat bertanding, apalagi harus mengalami kekalahan secara berturut-turut. Hasil yang ingin diperoleh adalah kemenangan, minimal bisa bermain imbang atau seri.

Setiap tim, regu, atau seorang atlet, pasti menginginkan hasil yang terbaik, apalagi kalau bisa mengalahkan tim, regu, atau atlet lawan yang tergolong kuat atau lebih diunggulkan.

Banyak anggota masyarakat kita yang angkat bicara untuk menyampaikan opini mereka terkait dengan kekalahan berturut-turut yang dialami oleh timnas kita. Ada seberkas nada kecewa, dan ada pula nada tak ingin kehilangan kebanggaan terhadap timnas kita, yang sempat menorehkan harapan, akan bangkitnya dunia persepakbolaan tanah air.

Sejumlah anggota masyarakat kita berpendapat, penyebab kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita beberapa waktu belakangan ini, karena para pemain terlalu tegang pada saat bertanding. Mental mereka sudah lebih dahulu tergerus oleh karena beratnya beban yang ditaruhkan, meraih kemenangan di setiap pertandingan, khususnya, pada saat bertanding di kandang sendiri. 

Beberapa anggota masyarakat lainnya berpendapat, penyebab kekalahan itu bisa terjadi karena para pemain timnas kita tidak memiliki stamina yang cukup baik untuk menghadapi pertandingan 2 x 45 menit, utamanya, saat timnas kita bertanding menghadapi timnas Bahrain di Stadion GBK, Senayan. 

Pada saat menghadapi timnas Bahrain, terlihat jelas kalau sebagian besar pemain timnas kita masih kelelahan. Saat itu, praktis para pemain timnas kita hanya memiliki waktu efektif 1 hari untuk dapat mengembalikan kebugaran stamina mereka, setelah melakukan 9 jam penerbangan ke Jakarta dari Teheran, Iran, usai bertanding melawan timnas Iran, disana.

Ada pula anggota masyarakat lainnya (dengan nada menghibur) yang mengatakan, kalau timnas kita masih kurang luck (beruntung) saja (terutama ketika timnas kita bertanding menghadapi timnas Yordania), sehingga harus mengalami kekalahan demi kekalahan.

Namun, pendapat masyarakat yang paling menarik, adalah kalau penyebab dari kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita, terjadi karena para pemain merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan program latihan dan strategi permainan yang dikembangkan Wim Rijsbergen.

Pendapat ini mengemuka setelah merebaknya issue yang mengatakan, 7 orang pemain (yang selama ini memperkuat timnas) tidak bersedia untuk bergabung kembali ke dalam timnas, apabila jabatan pelatih timnas masih dipegang oleh Wim Rijsbergen.

Issue ini muncul ke permukaan, setelah diketahui, ke-7 orang pemain timnas tersebut, melakukan pertemuan dengan Alfred Rield, mantan pelatih timnas yang dipecat PSSI, di suatu tempat. Ada kesan, kalau Alfred Rield telah menghasut sejumlah pemain itu untuk memboikot kepemimpinan pelatih Wim Rijsbergen dalam timnas. Namun, berita yang tersebar ditengah-tengah masyarakat, tidak sampai sedemikian kerasnya.

Faktor Teknis

Ketua Umum PSSI, Djohan Arifin Husin, mengatakan, kalau kekalahan berturut-turut yang dialami timnas kita, lebih dikarenakan faktor non-teknis.

Pendapat atau pandangan dari Ketua Umum PSSI itu, memang ada benarnya. Namun, kita juga harus ingat, kekalahan yang dialami suatu tim, regu, atau seorang atlet, bisa juga dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu faktor kemampuan dan kesiapan tim, regu, atau atlet itu sendiri.

Wim Rijsbergen mengatakan, salah satu masalah terbesar dalam timnas kita adalah soal konsentrasi pemain. Bentuk permainan yang ditampilkan para pemain timnas Yordania, Iran, dan juga Bahrain, sebenarnya tidak istimewa. Akan tetapi, oleh karena para pemain timnas kita tidak konsentrasi saat bertanding, mereka akhirnya tidak bisa memetik point kemenangan dari timnas lawan.

Karena kurang konsentrasi, para pemain timnas kita sering kali membuat kesalahan. Para pemain timnas kita banyak sekali membuang peluang-peluang emas untuk menciptakan gol, karena mereka tidak tenang dalam penyelesaian akhir, atau karena mereka salah dalam memberikan umpan kepada kawan.

Sikap tidak tenang para pemain timnas kita, membuat para pemain timnas lawan berulang kali berhasil memotong tendangan umpan-umpan pendek para pemain timnas kita kepada kawan. Dalam banyak kesempatan, mereka bahkan dapat dengan mudah mencuri bola yang sedang dalam penguasaan kaki para pemain timnas kita.

Nampaknya, kurang konsentrasi dan kurang tenang, memang merupakan kekurangan mendasar dari para pemain timnas kita, sebab, kesalahan-kesalahan yang sama masih dilakukan oleh para pemain pada saat melakukan pertandingan persahabatan menghadapi timnas Arab Saudi, pada hari Jum’at (07/10/2011) kemarin, di Stadion Shah Kuala, Kuala Lumpur - Malaysia.

Pada pertandingan itu, para pemain timnas kita masih suka berlaku ceroboh dan kurang berhati-hati. Untung saja, tidak ada satu gol yang disarangkan para pemain timnas Arab Saudi ke gawang kita. 

Oleh karena tidak tenang, sering bertindak ceroboh dan kurang hati-hati, membuat timnas kita hanya mampu 4 kali melakukan tendangan langsung kearah gawang lawan. Pemain timnas Arab Saudi sendiri, melakukannya hingga 8 kali.   .

Minimnya jumlah serangan berbahaya ke gawang lawan yang dilancarkan para pemain timnas kita, menandakan kalau timnas kita masih belum memiliki konsep matang dalam membangun serangan, bahkan konsep bertanding secara tim.

Penerapan strategi permainan cepat dan menyerang, seperti yang telah diisyaratkan oleh Wim Rijsbergen sebelum pertandingan dilangsungkan, tidak nampak dipertontonkan para pemain timnas kita sepanjang pertandingan 2 x 45 menit.

Strategi permainan cepat hanya diperagakan pada babak pertama, sedangkan pada babak kedua, hampir semua pemain timnas kita, lebih sering berada di daerah pertahanan sendiri untuk memperkuat barisan pertahanan, yang sedikit kewalahan menghadapi gelombang serangan para pemain timnas Arab Saudi.

Nampaknya, timnas kita memang masih belum memiliki konsep bertanding yang tepat, terutama, pada saat melakukan serangan balik dengan cepat, atau sewaktu merapatkan kembali barisan pertahanan pada saat menghadapi serangan dari pemain lawan. 

Para pemain timnas kita juga terlihat tidak mampu menjaga dan mengatur dengan baik, tempo serta irama permainan. Hal ini dapat tergambar dari gaya permainan para pemain yang terlihat tidak mempunyai inisiatif dalam pergerakan atau penempatan posisi.  

Wim Rijsbergen mengatakan, cara bermain para pemain timnas kita, sama sekali tidak menggambarkan kualitas dari pemain sepak bola profesional. Buruk dalam penguasaan bola, tidak tepat dalam memberi umpan pada kawan, dan tidak baik dalam penyelesaian akhir.   

Memaksimalkan Kekuatan Untuk Menang Lawan Qatar

Ketenangan para pemain memiliki nilai penting, karena berpengaruh pula pada kesiapan dalam menerapkan strategi permainan, dalam menghadirkan peluang-peluang emas yang bisa menghasilkan gol kemenangan, dan mengantisipasi serangan balik lawan.  

Oleh sebab itu, Wim Rijsbergen harus pandai-pandai dalam memotivasi para pemain, agar mereka dapat lebih fokus dan lebih berhati-hati pada saat menguasai bola, memberikan umpan, dan dalam mengeksekusi bola ke gawang lawan, baik secara individual, maupun secara tim.

Motivasi dapat dibangun dengan memberikan kepercayaan kepada masing-masing pemain dalam menjalankan tugas dan perannya, sehingga mereka mempunyai motif untuk dapat memenangkan pertandingan melawan timnas Qatar pada hari Selasa (11/10/2011) esok.

Hal yang tidak kalah pentingnya, adalah meningkatkan daya tahan stamina para pemain, sehingga mereka dapat menampilkan karakter permainan cepat dan menyerang secara prima, dari awal pertandingan hingga wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. 

Dalam menghadapi timnas Qatar, Wim Rijsbergen nampaknya akan menurunkan para pemain yang diturunkan sebagai starter dalam pertandingan persahabatan melawan timnas Arab Saudi kemarin. Wim Rijsbergen dapat pula membuat kombinasi yang berbeda, selama strategi permainan cepat dan menyerang dapat diterapkan. Ada banyak pilihan pemain yang bisa diturunkan.

Keputusan Wim Rijsbergen memasukkan Yongki Aribowo, Syamsul Arif, serta Zulham Zamrun, (kemungkinan masih ditambah dengan Boaz Salosa dan Ricardo Salompessy) ke dalam tim, merupakan sebuah keputusan yang diambil agar timnas kita dapat memiliki daya serang yang lebih kuat dan lebih optimal lagi.

Saat menghadapi Timnas Qatar hari Selasa (11/10/2011) nanti, Wim Rijsbergen akan menggunakan formasi 4-3-3. Dalam formasi tersebut, Wim Rijsbergen menempatkan 3 pemain striker, tidak hanya 1 orang striker, yang selama ini menjadi formasi permainan timnas kita.

Wim Rijsbergen juga harus memberikan perhatian pada barisan pertahanan kita, terutama, strategi dalam mengawal pemain lawan yang memiliki tinggi badan lebih tinggi dari para pemain bertahan kita. 

Peluang Itu Masih Ada

Langkah selanjutnya tinggal, bagaimana strategi permainan dapat konsisten dimainkan para pemain timnas kita. Kesempatan bagi timnas kita untuk menang, tetap terbuka lebar, apalagi pertandingan dilangsungkan di Senayan.

Tentu saja, perjuangan para pemain timnas kita, membutuhkan kehadiran ribuan penonton fanatik untuk memberi dukungan secara langsung, sehingga dapat memacu semangat para pemain agar bisa meraih kemenangan.

Peluang kita belum tertutup. Jika dalam pertandingan menghadapi timnas Qatar nanti timnas kita dapat memetik point penuh, maka hasil tersebut akan menjadi modal dasar untuk memacu semangat para pemain timnas, agar bisa memenangkan pertandingan lain yang masih tersisa.

Memang masih terjadi sejumlah tindakan ceroboh serta kesalahan yang dilakukan oleh para pemain timnas kita. Akan tetapi, kemampuan timnas kita untuk dapat menahan imbang timnas Arab Saudi, merupakan sebuah gambaran, adanya upaya untuk mencapai hasil terbaik, pada saat menghadapi tim-tim kuat dari negara lain.

Ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kekalahan berturut-turut yang telah dialami sebelumnya. Seharusnya, para pemain timnas kita, memiliki keinginan kuat agar kekalahan demi kekalahan, tidak terulang kembali.

Kita pasti menang... Kita pasti bisa mengalahkan lawan. Harapan masih ada. Marilah kita sama-sama kita mendoakan dan mendukung keberhasilan timnas kita, untuk bisa meraih kemenangan dalam 4 pertandingan yang masih tersisa. 

Garuda di dadaku.. Merah putih warna benderaku. Jayalah selalu timnas Indonesia ku.  

 

.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

Selama ini, adanya gangguan penglihatan pada mata kita, sering kali dikaitkan dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyebabnya, karena kita terlalu lama menatap televisi, layar monitor komputer atau tablet, serta ponsel jenis smartphone (Blackberry serta ponsel android).

Ternyata, penggunaan perangkat teknologi dalam jangka waktu cukup lama dalam sehari (khususnya dalam menggunakan laptop, tablet, dan ponsel smartphone), juga bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan pada leher yang disebut dengan “text neck”.

Gangguan ini disebabkan oleh peregangan otot leher kita karena terlalu lama menundukkan kepala untuk memperhatikan layar monitor laptop, tablet atau ponsel smartphone, sehingga dapat memicu terjadinya peradangan sendi secara permanen apabila tidak segera mendapat penanganan medis.

Para ahli menyebutkan, semakin populernya penggunaan laptop, tablet, serta ponsel smartphone ditengah-tengah masyarakat, membuat kasus-kasus cedera pada otot leher akibat regangan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Apabila sudah dalam kondisi parah, sendi-sendi pada leher nantinya dapat terasa nyeri pada saat tertekuk, sehingga menyakitkan jika akan diluruskan ke posisi yang benar.

Hal ini bisa terjadi karena sendi-sendi dan jaringan yang ada di leher, tidak dibangun untuk mampu menahan posisi tertekuk dalam jangka waktu lama, sehingga sendi leher yang terlalu tertekuk, akan menerima banyak tekanan, sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Parahnya lagi, kondisi ini juga bisa menyebar, sehingga dapat menimbulkan sakit kepala, nyeri pada bahu, dan nyeri pada bagian lengan serta pergelangan tangan.

"Bayangkan jika Anda duduk dengan kaki disilangkan dalam jangka waktu lama, maka akan terasa kaku dan sakit apabila akan dikembalikan pada posisi normal. Itu juga yang terjadi di leher kita," ujar Rachael Lancaster, chiropractor dari Freedom Back Clinics di Leeds, seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (7/10/2011).

Jika seseorang terus menerus berada dalam kondisi seperti itu, maka tubuh secara bertahap akan beradaptasi dengan tekanan tersebut sehingga menyebabkan bertambah parahnya peradangan, yang mungkin tidak kita sadari  keadaannya.

Rachael menambahkan, posisi kepala dan leher yang salah (terlalu menekuk) dalam jangka waktu cukup lama, dapat menyebabkan kelengkungan alami dari leher, sulit untuk dikembalikan pada posisi semula, sehingga berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Sementara itu, Tim Hutchful dari British Chiropractic Association menuturkan, anak-anak balita lebih berisiko mengalami gangguan karena berat kepalanya lebih besar dibanding tubuhnya. Ketika kepala ditundukkan ke depan maka semakin banyak otot yang dipakai.

Meskipun demikian, kondisi ini dapat dihindari apabila kita dapat mengambil jeda istirahat setiap 10 menit, dengan mengambil posisi duduk tegak lurus ke depan. Selain itu, ada baiknya saat memegang ponsel atau tablet, memiliki sudut kemiringain yang sedikit lebih tinggi sehingga posisi sejajar mata. Lakukan pula olahraga secara teratur serta tidak mengabaikan nyeri yang timbul.


From : Saw's House

My Mind

Hari Selasa kemarin (4/10/11), seluruh anggota keluarga saya memenuhi undangan pihak Kelurahan Pondok Kelapa, untuk mengikuti proses pendataan ulang administrasi kependudukan warga, terkait dengan pelaksanaan KTP elektronik (lebih populer dengan sebutan e-KTP) bagi seluruh warga negara Indonesia. Kami datang secara bergantian sambil membawa surat undangan yang telah kami terima 1 minggu sebelumnya.

Berdasarkan catatan yang ada, hingga pukul 21.00 WIB, warga yang ikut mengantri untuk di data hari Selasa kemarin, mencapai 248 orang. Proses pendataan itu sendiri bertempat di Lantai 2 Kantor Kelurahan Pondok Kelapa, dilaksanakan oleh 2 orang petugas operator komputer, 1 orang petugas penerima, dan 1 orang petugas pemanggil.

Para petugas itu, bukanlah pegawai Kelurahan, melainkan orang-orang yang sengaja di rekrut untuk menjadi petugas pelaksana di lapangan. Mereka mendapat tugas untuk mendata seluruh warga di 14 RW yang bermukim dan memiliki KTP warga Kelurahan Pondok Kelapa.

Mereka ramah serta bersikap simpatik kepada setiap warga yang datang. Padahal, jam kerja mereka cukup panjang (dimulai jam 09.00 pagi hingga jam 17.00, dilanjutkan kembali jam 18.30 hingga 21.00, atau hingga tidak ada lagi warga yang datang).

Sikap mereka ini berbanding terbalik dengan sikap petugas Kelurahan di loket pengurusan KTP, yang kerap kali menunjukkan sikap arogan serta kasar kepada warga yang ingin mengurus KTP (membuat baru, mengganti yang hilang, atau perpanjangan). Bisa dibilang, petugas di loket ini tidak melayani warga dengan baik. 

Cara kerja petugas di loket pengurusan KTP ini (di Kelurahan Pondok Kelapa, ada di loket 3), sangat lambat serta tidak teratur. Berkas warga berserakan di mejanya. Tidak aneh kalau beberapa kali ada berkas warga yang hilang karena tercecer entah kemana.

Apabila dirinya sedang sibuk, petugas ini bahkan membiarkan warga mencari sendiri KTP yang sudah selesai (tinggal diambil atau yang belum ditandatangani Pak Lurah).

Pada saat ada masalah dengan alat yang digunakan untuk memproses pencetakan KTP (atau karena hal-hal lainnya), petugas ini bukannya meminta maaf, malah menyuruh warga untuk datang kembali pada sore harinya (biasanya, diminta datang lagi pada jam 3 sore).

Masalahnya, jika ternyata belum bisa diatasi juga hingga waktu yang dikatakannya, dengan teramat ringan petugas ini mengatakan agar warga datang kembali keesokkan harinya. Tentu saja, sikap dari petugas ini, sangat menyepelekan waktu warga yang datang ke Kelurahan untuk mengurus identitas kewargaannya.

Dalam sejumlah kesempatan, petugas ini bahkan menantang warga untuk melapor pada atasannya, apabila mengeluh karena KTP-nya belum juga selesai, walau sudah beberapa hari “menduduki” kursi tunggu yang ada di depan loket. Pokoknya, benar-benar tidak menunjukkan sikap seorang pegawai pemerintahan yang melayani masyarakat.

Padahal, pekerjaan mereka hanya menerima berkas yang dibawa warga. Jumlah warga yang datang untuk membuat KTP baru, mengganti KTP yang hilang atau perpanjangan, rata-rata tidak sampai 50 orang warga setiap hari. Bandingkan dengan tugas yang harus dijalani oleh petugas pendataan ulang untuk e-KTP itu. Jumlah warga yang dilayani antara 200 – 300 orang per-hari.

Ada lebih dari 11 ribu warga Kelurahan Pondok Kelapa yang harus mereka layani dalam jangka waktu tertentu. Bahkan mereka juga bekerja pada hari Sabtu dan Minggu, untuk melayani warga yang tidak bisa datang ke Kelurahan karena bekerja.  

Mereka benar-benar bekerja keras untuk memenuhi target penyelesaian pendataan seluruh warga hingga batas waktu tertentu, seperti yang telah ditetapkan Departemen Dalam Negeri.

Banyaknya warga yang harus di data, membuat pelayanan pembuatan e-KTP berjalan agak lambat. Rata-rata 1 orang warga dilayani 5 – 10 menit. Kegiatan yang dilakukan, dimulai dengan menjawab sejumlah pertanyaan (golongan darah, pekerjaan sekarang, dll), pengambilan foto dan tanda tangan, serta pengambilan sidik jari dan identifikasi retina mata dengan menggunakan iris mata.

Proses pendataan yang dilakukan, memang ada kemiripan dengan proses identifikasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian apabila kita ingin membuat SKCK. Bedanya, dalam pembuatan SKCK, ada kolom isian tentang tinggi dan berat badan. Dalam pembuatan e-KTP ini, tinggi serta berat badan, tidak ada ditanyakan (termasuk dalam data yang dicatat).

Adanya proses identifikasi terhadap retina mata, cukup menarik perhatian saya. Buat saya, proses identifikasi atas retina mata untuk KTP, bukanlah sesuatu hal yang biasa selama ini.

Saat ditanya, apa sebenarnya tujuan dari proses identifikasi terhadap mata warga tersebut, petugas operator memberikan jawaban, kalau hal itu dilakukan untuk mengetahui, apakah warga memiliki penyakit katarak atau tidak.

Jawaban yang diberikan oleh petugas operator itu, sebenarnya cukup logis, tapi tidak memuaskan rasa ingin tahu saya. Sepertinya, itu bukanlah jawaban yang sesungguhnya. Akan tetapi saya memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Hal lain yang menarik perhatian saya terkait pembuata e-KTP ini, adalah belum adanya waktu yang pasti, kapan e-KTP itu selesai dan diberikan kepada warga. Tidak adanya kepastian waktu tentang kapan dilakukan penukaran KTP lama dengan e-KTP, menunjukkan kalau program pembuatan e-KTP yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia, tidak dipersiapkan secara matang.

Beberapa orang pegawai Kelurahan yang saya tanya soal kapan waktu penukaran KTP lama dengan e-KTP, juga tidak mengetahui dengan pasti, kapan e-KTP dapat ditukarkan dengan KTP format lama.

Ternyata tidak hanya itu saja. Sejumlah pegawai Kelurahan Pondok Kelapa yang saya tanya juga tidak mengetahui, apakah nantinya, e-KTP akan berlaku “abadi” atau akan ada batasan masa berlaku. Mereka bilang, hingga kini belum mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengetahui hal itu.

Masih belum jelasnya konsep pelaksanaan dalam program pembuatan e-KTP ini, menimbulkan kesan kalau pemerintah memiliki tujuan tertentu lainnya, diluar 4 manfaat e-KTP seperti yang tercantum dalam lembar informasi tentang e-KTP yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.

Adapun ke-4 manfaat e-KTP tersebut : untuk menghindari adanya KTP ganda, untuk mewujudkan adanya database kependudukan yang akurat, sebagai upaya meningkatkan keamanan negara, serta mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari Lembaga atau Instansi Pemerintah maupun swasta (untuk pengurusan pasport, asuransi, dll.) karena bersifat nasional.

Nampaknya ada manfaat lain yang bisa disebutkan, namun belum diungkapkan secara terbuka oleh pemerintah kita. Contohnya, beberapa waktu yang lalu pernah ada diberitakan, kalau e-KTP nantinya akan dipakai sebagai basic data dalam menyusun DPT (Daftar Pemilih Tetap) pelaksanaan Pemilu 2014 mendatang. Kabarnya, pelaksanaan pemilu 2014 akan dilakukan secara elektronik (e-Pemilu).

Sikap pemerintah terkait program pembuatan e-KTP ini, tidak sepenuhnya transparan. Keadaan ini menimbulkan kesan “ada batu dibalik udang” dalam pelaksanaannya. Kesan itu semakin mengemuka karena pemerintah mendahulukan proyek ini agar cepat selesai, seperti sedang mengejar satu target pencapaian tertentu untuk keperluan tertentu pula.

Menurut Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Reydonniyzar Moenek, proses pendataan seluruh warga harus bisa diselesaikan pada bulan Desember 2011 ini, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan layanan kepada masyarakat.

Sampai dengan tanggal 1 Oktober 2011 lalu, jumlah warga DKI Jakarta yang di data baru sebanyak 667.036 orang. Padahal jumlah warga yang harus di data lebih 7 juta orang warga. Bahkan sebagian besar warga di daerah Bantul dan di 8 kabupaten / kota di Sumatera Selatan, belum ada warga yang di data karena belum berfungsinya peralatan.

Bisa dibilang, perlakuan atas pelaksanaan program pembuatan e-KTP secara serentak, amat berbeda dengan pelaksanaan mega proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik yang akan menghasilkan 10.000 VA daya listrik, namun hingga kini, tidak ada kabar sudah sampai mana penyelesaiannya.

Program pembuatan e-KTP ini sendiri, merupakan salah satu mega proyek yang dikerjakan sepanjang masa pemerintahan Presiden SBY. Sebuah proyek ambisius karena program ini menghabiskan dana sebesar Rp. 5,8 trilyun. Kenyataan menunjukkan, sejumlah peralatan yang dipinjamkan di beberapa kelurahan di wilayah DKI Jakarta, telah rusak, padahal baru diserahkan bulan September 2011 lalu.

Semenjak awal program ini dicetuskan untuk dilaksanakan, sudah banyak pihak yang menduga kalau program ini akan menghadapi banyak kendala. Jika hingga hari ini masih banyak wilayah kabupaten / kota yang belum melakukan pendataan karena peralatan belum tiba, belum terinstal, atau karena peralatan mengalami kerusakan, bagaimana bisa selesai pada bulan Desember 2011 mendatang?

Apabila melihat kembali manfaatnya, selain masyarakat akan memperoleh sejumlah kemudahan, pemerintah juga akan memiliki informasi yang lebih akurat atas data kependudukan, dimana akurasi data kependudukan, akan banyak membantu pemerintah dalam menyusun program pembangunan yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.  

Kiranya pelaksanaan proses pendataan warga dalam program pembuatan e-KTP ini dapat dipertanggungjawabkan pemerintah, yaitu dipakai untuk tujuan yang benar, dan tidak dimanfaatkan untuk mempertahankan kursi kekuasaan. 


.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

Intisari dari pemecahan masalah yang sedang kita hadapi, ada pada diri kita sendiri. Orang lain hanyalah membantu...

Permasalahan yang mudah dan bisa dengan cepat diselesaikan, akan menjadi berat dan lambat terselesaikan, apabila kita sendiri tidak memandang masalah sebagai proses pembelajaran hidup yang bisa membuat kita memiliki perspektif pemikiran yang lebih luas serta multidimensi, dimana kemampuan kita untuk bisa memecahkan masalah sulit, berawal dari kemampuan kita untuk menyelesaikan masalah mudah.

Jika yang mudah saja kita buat atau kita anggap sulit, bagaimana kita nanti bisa memecahkan masalah yang benar-benar sulit?

Kita mungkin beralasan, "Orang itu yang membuat sulit..!"

--> ini merupakan gaya berpikir yang salah, jika kita selalu membangun paradigma pemikiran seperti itu. Biarkan orang lain membuatnya menjadi sulit, tapi kita, dengan akal dan kecerdasan otak kita, harus mengembalikannya ke jalan pemecahan masalah yang mudah untuk dilalui.

--> dalam kekritisan kita dalam berpikir, tetaplah berpikir positif, biar kita dapat memilah-milah, mana yang baik, yang benar, dan bermanfaat untuk kita, dan mana yang tidak, secara jernih.

Berpikirlah secara cerdas. Buang ego jauh-jauh. Berlakulah bijaksana... sebab masalah ada untuk diselesaikan, bukan untuk dinikmati karena bisa mengintimidasi diri sendiri.

Berdoalah kepada Tuhan jika sedang menghadapi masalah. Jadikan Tuhan sebagai sumber inspirasi kita dalam memecahan masalah yang sedang kita hadapi, sebab bagi Tuhan, tidak ada sesuatu pun yang mustahil.


.Sarlen Julfree Manurung

 

My Mind

Cinta adalah kekuatan hati yang menyatukan... Oleh karena cinta, hubungan yang retak (karena suatu permasalahan) diantara pasangan yang saling mencintai, dapat diperdamaikan kembali, dengan atau tanpa mengucapkan kata... maaf.

 

"Atas nama rasa, aku memilih untuk mengalah..."

 

Ada pepatah mengatakan : mengalah untuk menang. Dalam perdamaian yang terjadi pada pasangan yang mengalami keretakkan hubungan, kata "menang" disini diartikan sebagai : membaiknya kembali hubungan yang selama ini dibina. Cinta membuat kita memilih jalan yang terbaik dengan mengalah...

 

Namun, kemenangan itu tidak terjadi dalam makna yang utuh, apabila dasar pemikiran yang dijadikan bahan pertimbangan untuk mengalah itu, hanya diwakili oleh kata : " BUTUH "...

--> Knapa butuh? karena takut kehilangan.

--> Landasan pemikiran yang diangkat : dengan mengatasnamakan CINTA / kebaikkan.

 

Padahal yang seharusnya terjadi, tindakan mengalah diikuti dengan upaya korektif melalui dialog untuk menemui kata temu... SALING MENGERTI.

--> mengerti kalau permasalahan itu ada karena salah paham.

--> mengerti kalau pertengkaran itu terjadi karena terlalu cepat terbawa emosi atau karena terlalu terbawa perasaan cemburu buta.

--> mengerti kalau sesuatu yang sepele itu, tidak perlu dibesar-besarkan.

--> mengerti, kalau gue egois, kita gak akan berhenti berantem.  

 

Pangkal permasalahan sering kali dibiarkan mengambang (beberapa diantaranya bahkan tanpa ada kata penyelesaian sama sekali), sehingga permasalahan yang sama, terkadang muncul kembali, dengan pola atau topik permasalahan yang identik sama atau hampir sama.

 

Kalau memang butuh, kenapa pertengkaran dengan penyebab yang hampir sama, dapat terulang kembali? 

 

Merasa butuh karena cinta, seharusnya diikuti kata mengerti, sebab didalam cinta, ada pengertian. Oleh karena CINTA, kita BUTUH  (menghargai, menghormati, mendengarkan, memperhatikan, menjaga, mengerti, menyadari). Bukan karena BUTUH makanya kita menghadirkan CINTA. 

 

Jangan pernah kehilangan cinta hanya karena kita tidak ingin menghargai, tidak ingin menghormati, tidak ingin mendengarkan, tidak ingin memperhatikan, tidak ingin menjaga, tidak ingin mengerti, dan tidak ingin menyadari. Bahwa pertengkaran hanya akan membuat hati kita gundah, itu bener bangettt...

 

Cinta adalah perasaan. Mengerti adalah logika. Dalam cinta, menyertakan pula logika. Dalam logika, hadirkan pula sejuta cinta didalamnya.

 

Yuukkkk... hadirkan harmoni dalam hubungan dengan kekasih hati.

 

 

.Sarlen J. Manurung

 

 

===

 

Note :

 

 Siapakah pihak yang biasanya mendahului untuk memilih mengalah? 

 

Ada kecenderungan, pilihan untuk mengalah diambil oleh pihak yang terlebih dahulu mencintai (orang yang menyatakan perasaannya) pada saat hubungan itu baru tercipta dan dibina. Hanya sebagian kecil saja pihak yang dicintai, memilih untuk mengalah sebagai jalan perdamaian. Kenapa begitu? Karena adanya perasaan takut kehilangan tadi.

My Mind

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu : Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.  (Lukas 11 : 9 – 10)

Semua anak-anak Tuhan di muka bumi ini, pasti sudah sangat familiar dengan isi kedua ayat Firman Tuhan diatas. Para Pendeta, Pastor, maupun Gembala Sidang Gereja, sering kali menggunakannya sebagai ayat penuntun atau bahan renungan saat menyampaikan khotbah.

Walau cukup panjang, anak-anak Tuhan juga dapat mengingat atau menghafal isi kedua ayat Firman Tuhan ini dengan mudah dan cepat, karena konsep pemikirannya amat sederhana (mewakili situasi serta kondisi yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari).

Oleh sebab itulah, makna hakiki yang dinyatakan dalam kedua ayat Firman Tuhan ini, dapat dengan mudah dicerna dan dimengerti, bahkan oleh logika pemikiran manusia paling sederhana sekalipun.

Tidaklah salah kiranya kalau kemudian, ada banyak anak-anak Tuhan yang menetapkan ayat Firman Tuhan ini, sebagai salah satu ayat favorite mereka.


I.      Agar Tetap Berharap Tuhan Menjawab Doa

Pada dasarnya, ruang lingkup pemikiran Firman Tuhan yang terdapat dalam kitab Lukas 11 : 9 – 10 tersebut diatas, memiliki daya tarik tersendiri. Apabila kita cermati lebih jauh, didalamnya akan kita jumpai : sebentuk ungkapan kasih Tuhan, yang dinyatakan untuk dapat meneguhkan kembali, iman percaya yang sempat mengendur, dari orang-orang yang sedang mengalami keriuhan suasana hati.

Daya tarik terbesar lainnya, terletak pada kuatnya pengharapan yang ditaruhkan. Kedua ayat Firman Tuhan tersebut, mendorong anak-anak Tuhan agar tidak cepat putus asa dan patah semangat, saat belum menemukan adanya kejelasan terhadap hal-hal yang ingin segera diperoleh atau didapatkan. 

Melalui FirmanNya ini, Tuhan menghendaki kita menjadi pribadi-pribadi yang sabar dalam bertekun, pribadi-pribadi yang tetap optimis dan menjaga sikap percaya, tidak terburu-buru negative thinking, tidak mudah ragu, serta mudah goyah dan menjadi pribadi yang pesimistik.

Aaahhhh.. Tuhan memang tidak menghendaki kita untuk mudah galau atau larut dalam kegalauan. Menanti memang pekerjaan yang membosankan. Namun Tuhan menghendaki, setiap anak-anakNya tidak menggalau kalau belum mendapatkan yang diinginkannya. Why? Karena ketika hati ini mulai galau, anak-anak Tuhan mudah tergoda untuk berbuat dosa.

Siapa sih orang yang gak galau kalau terlalu berlama-lama menantikan sesuatu, tanpa (sepertinya) pernah ada satu kepastian? As we know, menunggu merupakan pekerjaan yang bisa menggalau-kan suasana hati dengan cepat.

Penantian yang terlalu lama, membuat mereka menghadirkan suatu anggapan, kalau Tuhan terlalu tega membuat anak-anakNya menunggu dalam “ketidakpastian”, hingga akhirnya banyak yang tidak lagi sabar menanti, adanya jawaban doa dari Tuhan. Keinginan untuk terus-menerus “menagih janji” Tuhan dengan penuh pengharapan, perlahan-lahan mulai mengendur.

Terkait dengan besar dan kuatnya keinginan anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan jawaban atas doa permohonan yang mereka nyatakan kepada Tuhan, rasa galau mengemuka, karena mereka juga mengingat, akan adanya janji Tuhan yang mengatakan : Tuhan pasti memberikan jawaban terhadap doa permohonan mereka.  

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.  (Matius 21 : 22)

Perhatikan baik-baik bagian dari ayat Firman Tuhan didalam Matius 21 : 22. Disana ada disebutkan : “dengan penuh kepercayaan”. Kalimat dengan penuh kepercayaan tersebut berarti : selayaknya kita berdoa dengan penuh keyakinan (dan dilandasi oleh iman percaya) kalau Tuhan pasti merealisasikan adanya jawaban atas doa permohonan kita kepadaNya.

Kalimat “dengan penuh kepercayaan” diatas, memiliki satu energi yang teramat kuat, yaitu adanya keyakinan yang teguh, bahwa Tuhan akan menunjukkan kuasa kasihNya, apabila kita memintanya di dalam iman penuh percaya, serta menyerahkan segala sesuatunya (bentuk dari jawaban doa Tuhan, termasuk : kapan) ke dalam urapan tangan pengasihan Tuhan.

Jika dikaitkan dengan isi Firman Tuhan yang tertulis dalam kitab Lukas 11 : 9 – 10 diatas, kita tidak pernah mengendurkan semangat dan keyakinan hati kita untuk terus menantikan jawaban doa dari Tuhan, dengan tetap keukeuh meminta kepada Tuhan, dan tetap sabar menanti hingga Tuhan kelak merealisasikan suatu jawaban atas doa permohonan kita.

Apabila dirasakan perlu, kita justru menambah intensitas waktu kita dalam berdoa. Langkah ini perlu dilakukan, agar kita tidak menjadi bimbang, atau bahkan tidak lagi percaya.

Dengan kata lain, apabila kita semakin meneguhkan iman percaya kita dari hari ke hari, maka kita akan melihat serta merasakan, saat Tuhan merealisasikan janjiNya, menjawab doa permohonan kita. Oleh karena itu, jangan sekali-kali pun kita ragu, kalau Tuhan akan menjawab doa permohonan kita.

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikan.  (Roma 4 : 20 – 21)

Contoh dari sikap orang yang menjaga kepercayaan hati kalau Tuhan akan memberikan jawaban atas doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya, dapat kita temui pada kisah seorang perempuan kafir dari Kanaan, dalam Matius 15 : 21 - 28, serta kisah tentang kesembuhan pelayan seorang perwira Roma yang menemui Yesus di Kapernaum dalam Matius 8 : 5 – 13.

Kalau setiap hari Minggu hati dan mulut kita menyatakan percaya bahwa Tuhan adalah “Pribadi yang Empunya kuasa” (yaitu saat mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli), kenapa kemudian menjadi ragu, bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita karena lama direalisasikan?

Janganlah mulut kita memuji dan memuliakan nama Tuhan, namun hati kita tidak meyakini segenap kuasa Tuhan, termasuk diantaranya, berkuasa untuk menjawab doa permohonan kita.  

Sampai disini, kita sudah mendapatkan 2 point penting : meminta tanpa ada putus-putusnya, serta meminta dengan penuh rasa percaya kalau doa permohonan kita akan dijawab Tuhan.

II.    Ketika Doa Kita Lambat atau Tidak Dijawab Tuhan

Pada dasarnya, setiap orang memiliki satu atau sejumlah keinginan. Adapun sifat dari keinginan hati tersebut : dibutuhkan atau hanya sebatas ingin menyenangkan hati belaka. Apapun sifatnya, semua orang memiliki harapan yang sama : tidak ingin Tuhan lambat atau tidak menjawab doanya.

Namun, terkadang Tuhan mempunyai kehendak yang berbeda dengan keinginan hati manusia yang menyampaikan doa permohonan kepadaNya. Beberapa doa permohonan itu, ada yang tidak segera dijawab Tuhan, bahkan ada yang sama sekali tidak Tuhan realisasikan.

Apakah penyebabnya, sehingga Tuhan tidak segera memberikan jawaban, atau bahkan sama sekali tidak memberikan jawaban atas sejumlah doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya? Bukankah Tuhan telah berjanji akan mengabulkan setiap doa permohonan? 

Masih Melakukan Yang Salah

Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.  (Yesaya 59 : 1 – 2)

Firman Tuhan dalam Yesaya 59 : 1 – 2 dengan jelas menyatakan, penyebab doa kita lambat dijawab atau bahkan sama sekali tidak dijawab oleh Tuhan, karena kita masih melakukan dosa (atau berbuat kesalahan yang sama).

Misalnya : kita memohon kepada Tuhan agar diberikan penghasilan yang dapat mencukupi segenap kebutuhan hidup kita, akan tetapi kita sendiri masih suka berjudi, masih menjalani gaya hidup boros, atau masih suka menggelapkan uang yang dipercayakan pada kita, dll.

Jangan kita bertekun untuk meminta sesuatu pada Tuhan, akan tetapi kita masih mempertontonkan suatu sikap atau perilaku yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Oleh sebab itu, selayaknya pula kita mengintrospeksi diri kita sendiri, memperbaiki hal-hal yang dapat menghambat adanya realisasi janji Tuhan untuk menjawab doa permohonan yang kita sampaikan kepadaNya.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5 : 23 – 24)

Upaya kita dalam mengkoreksi sikap dan perilaku yang dirasakan masih belum berkenan dihadapan Tuhan, merupakan sikap aktif kita untuk mengenal dan mengetahui, apa saja yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, supaya Tuhan berkenan untuk menjawab doa permohonan kita.

Dalam hal ini, menghadirkan suatu perbuatan, pola sikap, serta perkataan yang benar, merupakan sebentuk inisiatif diri yang mengemuka oleh karena besarnya hasrat, keinginan dan harapan, kiranya Tuhan memperhatikan serta mempertimbangkan untuk segera mengabulkan doa permohonan kita.

Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.  (Roma 8 : 27)

Jadi, segenap harapan dan fokus perhatian kita, tidak hanya bertumpu pada besarnya keinginan agar Tuhan segera menjawab doa kita semata, akan tetapi diikuti pula dengan menghadirkan suatu sikap yang sesuai dengan kehendak Tuhan, agar doa kita dapat dikabulkan.

Kesalahan Dalam Motivasi dan Motif

Dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.  (Yohanes 2 : 25)

Ada banyak orang yang secara khusus meluangkan waktunya, untuk memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan. Hal ini mereka lakukan karena mereka meyakini, apabila mereka menyampaikannya secara khusus (apalagi dilakukan secara terus-menerus), doa mereka akan dikabulkan Tuhan. Salah satu bentuk permohonan khusus itu adalah : minta diberikan jodoh.  

Doa meminta jodoh, merupakan bagian dari cerita kehidupan yang bisa kita jumpai dalam kehidupan orang-orang yang usianya sudah cukup dewasa untuk menikah. Keinginan untuk mendapatkan jodoh dan segera menikah, seakan baru muncul, karena selama ini mereka sedang semangat-semangatnya mengejar karir dengan gaji besar.  

Lalu, apa yang salah sehingga muncul satu kesan, kalau Tuhan sepertinya lamban menjawab doa dari orang-orang dewasa muda yang meminta jodoh itu? Bukankah menikah memiliki tujuan yang mulia? Bukankah menikah sama artinya kita menjalankan perintah Tuhan agar manusia beranak-cucu?

Sebagian besar kesalahan, terletak pada motivasi dan motifnya. Pertama, mereka berdoa meminta jodoh oleh karena orang lain : karena teman atau orang-orang terdekatnya sudah menikah, karena desakan orang tua, atau karena tidak ingin menjadi bahan pembicaraan orang lain.

Ada kecenderungan, orang-orang muda yang berdoa meminta jodoh pada Tuhan, lebih didasari oleh karena munculnya satu keinginan untuk bisa sama seperti yang lain, atau untuk bisa menyenangkan hati orang lain. Beberapa orang lainnya bahkan berdoa minta jodoh karena tak ingin, status mereka yang belum menikah, menjadi hambatan atas kemajuan karir atau usahanya.   

Jadi, doa meminta jodoh kepada Tuhan dinyatakan karena sekedar menginginkannya, bukan karena mereka sendiri merasa benar-benar membutuhkannya. Padahal, prinsip dan hakekat yang benar itu, lebih ditekankan pada : karena kita membutuhkannya, bukan karena sekedar kita menginginkannya. Tentu saja, ini adalah sebuah motivasi serta motif yang salah.

Ingin saja tapi tidak merasa butuh, maka akan sia-sia atau tidak membawa manfaat dalam hidupnya. Beda halnya kalau butuh lalu menginginkannya. Sesuatu yang dibutuhkan, pasti diperlukan. Sesuatu yang diperlukan, sudah pasti akan bermanfaat atau membawa kemajuan hidup.

Kedua, motivasi yang salah juga ditunjukkan anak-anak Tuhan dengan : “mencoba mendikte Tuhan”, dengan berupaya menentukan, bagaimana atau seperti apa jawaban yang harus Tuhan berikan atas doa permohonan yang dinyatakan padaNya. Tentu saja, that is a wrong way.

“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”  (I Yohanes 5 : 14 – 15)

Otoritas dalam menjawab doa, sepenuhnya merupakan hak Tuhan. Berharap Tuhan menjawab doa kita agar sesuai dengan beragam kriteria seperti yang kita inginkan, boleh-boleh saja. Namun, jangan pernah membatasi rupa jawaban Tuhan atas doa kita dengan kata : “Harus seperti ini, harus seperti itu, ya, Tuhan,” dengan berbagai alasan yang “dianggap” logis.

Apabila kita berdoa untuk memohon sesuatu pada Tuhan, serahkan segala sesuatunya pada Tuhan, dengan merepresentasikan sebuah pernyataan pada bagian akhir doa kita : “Biarlah kehendak dan rencanaMu saja yang terjadi”.

Kita yang seharusnya menyamakan persepsi dengan kehendak Tuhan, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, apabila kita merasa Tuhan “agak lama” menjawab doa kita, ada baiknya kalau kita me-review lagi isi doa permohonan kita, mengkoreksi hal-hal yang dirasakan masih belum benar dinyatakan.

Tuhan Ingin Memberikan Yang Terbaik

Terkadang, jawaban Tuhan tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Dalam hal ini, Tuhan ingin supaya kita mengerti, arah dari hakekat jawaban Tuhan atas doa kita di kemudian hari, yaitu sebagai sebuah rancangan kehidupan yang terbaik bagi kita, sebab Tuhan tidak ingin mencelakakan anak-anakNya.

Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya : betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukannya bagi orang-orang kudus.  (Efesus 1 : 18)              

Dalam tulisan artikelnya yang berjudul BODY LOTION, Samuel Mulia – Pengasuh kolom PARODI di koran KOMPAS (dimuat pada tanggal 25 September 2011) – mengatakan, Tuhan tidak selalu berkata “YA” untuk jawaban doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya.

Realisasi dari jawaban doa yang Tuhan nyatakan kepada kita, juga bisa “TIDAK”, karena Tuhan ingin kita menerima dan menjalani suatu proses pembelajaran hidup yang sejalan serta seturut kehendak Tuhan, sehingga kita bisa “naik kelas” dan hidup kita menjadi lebih lengkap.

Jawaban yang Tuhan berikan, mungkin tidak seturut hati kita : membuat kita kehilangan kesempatan yang sudah ada di depan mata, membuat kita kehilangan banyak teman, membuat kita menangis, atau membuat kita tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang selama ini kita miliki.

Namun, adanya “pengalaman baru” tersebut (keadaan yang tercipta karena Tuhan tidak meluluskan doa kita –> menjalankan rencanaNya sendiri), akan membuat pribadi serta jalan hidup kita menjadi more better, karena kita akan menjadi lebih peka mendengar suara Tuhan.

Pada awal mulanya, mungkin terasa pahit. Namun, apabila kita mau memandang keadaan yang kita alami secara lebih bijaksana (dengan membebaskan alur pikiran kita dari sikap serta perilaku egois), kelak kita akan tahu, segenap rencana Tuhan atas jalan hidup kita itu, membawa banyak kebaikkan, dan bukan untuk mencelakakan.

Tuhan Ingin Menguji Kesungguhan Hati

Sebagian besar anak-anak Tuhan, memang lebih sigap untuk menyampaikan permintaan, akan tetapi tidak tanggap untuk memperhatikan, apa-apa saja yang seharusnya mereka tunjukkan atau perbuat supaya Tuhan menjawab doanya.

Ada banyak anak-anak Tuhan yang inginnya diperhatikan dan didengarkan, akan tetapi enggan atau tidak mau memperhatikan serta mendengarkan. Bisa dibilang, sikap ini membuat anak-anak Tuhan, lambat membaca isyarat Tuhan apabila kita ingin doa permohonan kita dikabulkanNya.

Keseriusan anak-anak Tuhan dalam menyampaikan doa permohonan, memang ikut menjadi pokok perhatian Tuhan, sebab ada banyak anak-anak Tuhan yang menyampaikan doa permohonan karena memang membutuhkannya, akan tetapi tidak tampak ada keseriusan agar dapat cepat terwujud. 

Contoh : kita berdoa kepada Tuhan agar diberikan pekerjaan karena sudah lama menganggur. Akan tetapi, bagaimana pekerjaan bisa kita dapatkan apabila kita sendiri tidak pernah mengirimkan surat lamaran, tidak mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan yang mengadakan walk in interview?

Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan uang apabila malas bekerja atau malas berusaha? Bagaimana kita bisa mendapat pacar (calon pasangan hidup) kalau kita sendiri tidak berusaha untuk mencarinya, atau kita tidak membuka hati untuk kehadiran seseorang yang kita kasihi? Bagaimana kita bisa naik kelas kalau belajar saja kita ogah-ogahan dan malas membuat PR?

Doa kita tidak akan dijawab Tuhan apabila kita sendiri tidak menghadirkan sikap yang menunjukkan kalau kita memang mempunyai hasrat agar doa kita terwujud. Firman Tuhan mengatakan :

Demikian jugalah Iman tanpa perbuatan adalah mati.  (Yakobus 2 : 26)

Jadi, kalau pun kita mengimani dengan sungguh-sungguh isi doa kita akan dijawab oleh Tuhan sama seperti yang kita kehendaki, akan tetapi kita sendiri tidak melakukan sesuatu agar keinginan kita itu bisa terwujud, maka itu sama aja bohong.

sedangkan pada sisi yang lain, apabila kekuatan iman tidak dipakai untuk memperteguh keyakinan dan membesarkan harapan, maka doa yang disampaikan kepada Tuhan, tidak dilandasi oleh adanya sikap percaya, kalau Tuhan akan menjawab doa kita.

Firman Tuhan berkata :  Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.  (Yakobus 1 : 6)

Belum Meminta Dengan Sungguh-Sungguh

Dalam banyak kesempatan, pada saat kita berdoa untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan, sesungguhnya kita hanya berkeluh-kesah saja, tanpa ada satu kejelasan penyampaian permohonan, hal-hal apa saja yang ingin segera mendapatkan jawaban dari Tuhan.

Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.  (Yohanes 16:23b–24)

Begitu hebatnya keluh-kesah yang kita disampaikan kepada Tuhan saat berdoa, sehingga kita sendiri lupa untuk menyampaikan permintaan kepada Tuhan. Kebesaran nama Tuhan memang nyata dalam salah satu ciri Pribadi Tuhan, sebagai Pribadi Yang Maha Tahu. Namun Tuhan juga ingin tahu dengan jelas serta benar, apa keinginan umatNya dalam doa.

III.   Jika Ingin Doa Kita Dijawab Tuhan

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.  (Efesus 3 : 20)

Tuhan punya banyak cara untuk merealisasikan jawaban doa yang kita sampaikan. Cara-cara Tuhan dalam menjawab doa kita, terkadang diawali dengan melihat keseriusan hati kita : apakah memang ada kesungguhan didalamnya, apakah dinyatakan dengan iman percaya, dan apakah kita akan tetap bertekun menantikan Tuhan merealisasikan jawaban doa permohonan kita.

Lalu, bagaimanakah agar permohonan yang kita sampaikan melalui doa, bisa segera mendapatkan jawaban dari Tuhan?

Pertama, pada saat kita berdoa kepada Tuhan, janganlah mendoakan bagaimana permasalahan yang sedang kita hadapi, akan tetapi berdoalah dengan penuh iman percaya, tentang segala sesuatu yang kita butuhkan, dan bukan berdasarkan apa yang kita inginkan.

Kedua, meyakini, bahwa segenap permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan, bukanlah sesuatu hal yang mustahil, karena memang, bagi Tuhan tidak ada satu pun yang tidak mungkin.

Ketiga, nyatakan pula, bagaimana janji-janji Tuhan kepada manusia akan digenapi, ketika kita datang menghampiri tahtaNya, saat kita berdoa.

Saat kita memvisualisasikan (segenap janji-janji, sifat, kuasa, dan kebaikkan Tuhan) didalam doa kita, iman serta keyakinan kita akan semakin kokoh. Demikian pula dengan rasa percaya kita, akan terus bertumbuh dengan sendirinya, sehingga kita tidak akan bimbang dan ragu lagi, akan besarnya kuat kuasa Tuhan dalam menjawab doa permohonan kita.

Keempat, tetapkan prioritas utama dalam doa permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan. Cara kita menetapkan prioritas, sangat tergantung pada seberapa besar waktu yang kita sediakan dalam berkomunikasi dengan Tuhan, untuk dapat memahami, bagaimana kehendak dan keinginan Tuhan, agar dapat merealisasikan adanya jawaban dari doa permohonan yang kita panjatkan.

Upaya menghadirkan waktu untuk aktif berkomunikasi dengan Tuhan, membuat kita dapat lebih jauh mengetahui, mengenal, dan juga melihat, dimensi terbesar serta lebih luas dalam segenap rencana, rancangan visi, dan juga penjelmaan kasih Tuhan kepada kita.

Pada dasarnya, doa merupakan sumber kekayaan serta kekuatan manusia, karena melalui doa, kita akan mengetahui bagaimana kehendak Allah terhadap kehidupan kita, dan itu semua akan langsung diungkapkan kepada kita.

Satu hal yang perlu kita ingat : Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.  (Matius 6 : 33)

Satu hal yang perlu kita ingat : Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.


Kiranya tulisan ini membawa banyak manfaat. GBU ALL.


.Sarlen Julfree Manurung

My Mind

Entah karena merasa dirinya “kurang kaya” atau karena memang dirinya telah menjadi seorang yang kemaruk (rakus) oleh harta, Gayus Tambunan, tersangka kasus penggelapan pajak, dikabarkan telah “membuang” uangnya sebesar Rp. 4 milyar (dalam bentuk dollar Singapura), karena (katanya) telah ditipu oleh rekan sesama tahanan yang mengaku bisa melipatgandakan uangnya.

Hingga kini, belum ada pihak yang dapat memastikan tentang kebenaran berita itu. Namun banyak anggota masyarakat yang menyangsikan kebenaran cerita yang dikemukakan Gayus kepada media.

Ada yang mengatakan, Gayus sedang mencari sensasi belaka, supaya para hakim yang mengadilinya, tidak memasukkan penyitaan atas harta kekayaannya, ke dalam amar putusan mereka. Lalu ada pula orang yang mengatakan, kalau Gayus sedang mencoba menarik simpati masyarakat, yaitu dengan membangun opini publik yang ingin mengatakan, kalau kini dirinya sudah jatuh miskin.

Tidak sedikit pula anggota masyarakat yang percaya, kalau uang sebanyak itu diperbolehkan petugas LP Cipinang untuk dibawa masuk ke dalam kamar selnya. Kecenderungan yang ada, uang sebanyak itu habis dipakai untuk menyuap petugas LP agar dirinya bisa pulang ke rumah untuk bertemu anak dan isterinya, atau agar dirinya bisa plesiran di luar LP, menikmati kebebasan tanpa pengawalan.    

Nampaknya, uang telah membutakan mata hati serta mata iman seorang Gayus Tambunan. Dirinya telah menjadi seorang anak manusia yang menghamba kepada uang (slave of money), sehingga tak lagi berpikir secara logis atau mempersoalkan, bagaimana caranya mendapatkan uang.

Uang juga membuat Gayus lupa, kalau Tuhan merupakan sumber karunia kehidupan, dimana dirinya lebih mempercayai, kalau rekannya satu sel itu, mempunyai kuasa yang sama dengan Tuhan, karena mengaku bisa menggandakan milyaran uang yang dimiliki Gayus, dalam waktu singkat, tanpa bekerja atau melakukan aktifitas investasi.

Fakta, memang seperti itulah sifat dari sebagian anak manusia di dunia ini. Mata manusia nyaris tak berkedip apabila ada yang menjanjikan, bisa memberikan keuntungan finansial berlipat ganda dalam waktu singkat (cepat kaya), tanpa harus capek-capek bekerja, tanpa harus merintis usaha terlebih dahulu, maupun melakukan investasi terlebih dahulu.

Setiap Orang Ingin Hidup Layak

Siapa sih orang yang tidak menginginkan, segenap mimpi, angan-angan maupun harapannya, dapat terwujud? Apalagi kalau terwujudnya mimpi, angan-angan, maupun harapan itu, bisa dicapai dalam waktu (relatif) singkat.

Demikian pula dengan Gayus Tambunan dan sejumlah pelaku tindak pidana korupsi. Mereka adalah orang-orang yang tak mampu menahan godaan untuk cepat kaya secara instan. Selain itu, sebagian dari mereka ingin melepaskan bayang-bayang kemiskinan yang membelenggu mereka selama ini.

Fakta, tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin tetap hidup miskin hingga hembusan nafas yang terakhir. Terlahir sebagai anak pertama dari orang tua tak mampu, membuat Gayus ingin menggapai hidup sejahtera. Namun sayangnya, Gayus memilih cara-cara instan untuk cepat kaya.

Aahhh... Coba uang Rp. 4 milyar itu, diberikan Gayus kepada orang-orang yang saat ini membutuhkan modal usaha. Mereka pasti senang apabila ada orang yang mau membantu mereka untuk bisa memperbaiki kualitas hidup mereka, yang penuh dengan derita : hidup segan, mati pun tak mau.

Fakta, ada jutaan orang masyarakat Indonesia, hidup dalam garis kemiskinan (bahkan dibawah garis kemiskinan). Mereka mengalami kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Ketika kemiskinan membelenggu, pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari sering kali sulit tercapai. Penyebabnya, karena penghasilan yang mereka peroleh, jauh dari kata mencukupi. Apabila hari ini bisa makan (walaupun ala kadarnya), belum tentu esok hari ada makanan yang bisa disantap. Perut kenyang karena makan angin doang...

Urusan mengisi perut, memang jadi prioritas utama. Meskipun penting, menyekolahkan anak-anak ditempatkan pada urutan ke sekian. Demikian pula dengan tempat tinggal yang layak huni atau baju yang layak pakai. Semua berlaku apa adanya saja.

Hal yang paling menyedihkan, orang miskin itu.. gak boleh sakit, karena mahalnya biaya pengobatan di negeri kita. Kalau sakit, antara berobat seadanya, atau pasrah saja. Ngenes banget...

Fakta, kemiskinan hanyalah berisikan derita. Antara derita yang satu, berpadu dengan derita yang lainnya. Itulah sebabnya, dapat menjalani kehidupan yang layak, merupakan kondisi atau keadaan yang diimpikan dan dicita-citakan semua orang.   

Berlimpah Perbuatan Baik Dalam Hidup Yang Berkecukupan

Bersyukurlah kepada Tuhan kalau saat ini Anda tidak hidup kekurangan. Seseorang yang tak pernah lupa mengucap syukur di dalam kehidupannya, adalah orang yang menyadari arti keberadaan Tuhan di dalam hidupnya.

Mungkin Anda tidak hidup dengan berkelimpahan harta. Namun Anda memiliki kemampuan untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup Anda sehari-hari. Setidaknya, Anda masih dapat makan 3x sehari, atau di saat perut Anda lapar.

Tentu saja, kondisi Anda lebih baik dibandingkan mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama dengan Anda. Oleh sebab itulah, di saat Tuhan memberkati Anda dengan hidup yang berkecukupan seperti sekarang ini, hadirkan suatu pola, sikap atau gaya hidup yang tidak berlebih-lebihan.

Lihatlah orang-orang miskin di sekitar Anda. Tidak ada seorang pun dari orang-orang miskin itu yang “menikmati” kemiskinan hidupnya. Mereka juga ingin merasakan kesenangan hidup seperti Anda : merasakan berbagai menu makanan enak, ingin tinggal di rumah yang nyaman walau tidak mewah, dapat pergi berwisata atau membeli barang-barang yang diinginkan, dan lain sebagainya.

Dalam realita kehidupan, kaya dan miskin merupakan keadaan yang terpisahkan oleh sebuah jurang lebar lagi dalam. Padahal, pemisahan selebar jurang itu, merupakan buah pola pemikiran manusia.

Adanya kesenjangan sosial ditengah-tengah masyarakat, terjadi karena orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi baik, menutup rapat-rapat pintu sikap empati mereka kepada sesama. Mereka cenderung menghindari, adanya persinggungan secara langsung dengan individu ataupun kelompok masyarakat ekonomi lemah.

Mereka berlaku diskriminatif dan senang menekan, bergaul dalam lingkup kelompok-kelompok kecil yang bersifat eksklusif, dan menerapkan prinsip-prinsip nepostisme sebagai langkah antisipatif untuk menjaga kenyamanan mereka beraktifitas agar tetap berada dalam lingkup yang terbatas.  

Bisa dibilang, sebagian besar orang kaya, cenderung berlaku protektif dan bersikap resisten terhadap kelompok masyarakat ekonomi lemah, yang dianggap bisa mengganggu ketenangan dan citra hidup mereka. Oleh sebab itulah, banyak dari antara mereka yang sengaja membangun “tembok pemisah” dari orang-orang yang dianggap bisa mengganggu ketenangan mereka.

Padahal, kondisinya akan terasa berbeda, apabila setiap orang yang hidupnya telah mencapai taraf berkecukupan, tidak ragu untuk berbagi kasih pada sesama, mengulurkan tangan bagi yang lemah, dan merangkul orang-orang yang masih hidup dalam kemiskinan, sehingga tidak akan ada lagi kisah kesenjangan yang membumi.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kemampuan dan kualitas hidup mereka di kemudian hari. Beberapa contoh diantaranya : memberikan mereka ketrampilan dasar, mengadakan pelatihan gratis, memberikan mereka modal usaha, membantu pendidikan anak-anak mereka, membantu mereka agar bisa menyalurkan bakat serta kemampuan mereka, atau membuka lapangan kerja (mencarikan mereka pekerjaan, memberikan mereka kesempatan untuk bekerja).

Semuanya itu, merupakan tindakan yang bisa dilakukan untuk bisa meningkatkan kapasitas maupun kualitas hidup orang-orang miskin, dengan cara-cara manusiawi, sehingga mereka mampu melewati rintangan hidup, menuju tingkat kehidupan yang lebih layak serta bermartabat.

Jika semuanya itu bisa dilakukan, niscaya tak akan banyak lagi orang miskin yang hidupnya berada di bawah bayang-bayang kesengsaraan dan tekanan hidup, karena diperlakukan sebagai sosok manusia seutuhnya.

Hidup Dengan Banyak Perbuatan Mulia, Untuk Menjadi Pewaris Di Sorga

Tidak ada satu pun pihak yang berhak melarang Anda, untuk dapat menyukakan hati Anda sendiri atau orang-orang disekitar Anda, dengan harta kekayaan yang Anda miliki. Namun bukan pula suatu kesalahan, apabila Anda juga memakainya untuk menghadirkan manfaat atau kemajuan hidup bagi orang lain.

Uang memang bisa membuat Anda menikmati beragam kesenangan yang ingin Anda rasakan. Akan tetapi, ingatlah pula kalau uang juga bisa menghancurkan hidup Anda, terutama apabila Anda tidak mampu lagi mengendalikan diri, untuk mendapatkannya secara berlimpah-limpah tapi mudah, atau dalam menghambur-hamburkannya.   

Ada tertulis : “Cinta uang, adalah sumber dari segala dosa”.

Oleh sebab itu, bagaimana hakekat mendapatkan uang dengan baik, serta bagaimana prinsip-prinsip menggunakan uang secara bijaksana, perlu terus ditanamkan dalam benak pikiran, untuk diingat dan dipergunakan sebagai cermin dalam mengendalikan diri, sehingga uang tidak menjadi sumber dosa bagi kehidupan Anda. Nyata, uang dapat pula melumpuhkan sendi-sendi kebebasan hidup Anda.

Segenap harta kekayaan itu merupakan titipan Tuhan, yang diberikanNya sebagai anugerah. Apabila Tuhan menghendaki, Tuhan juga bisa mengambilnya dari Anda, kapan saja.

Nyata, Anda tidak akan membawa segenap harta kekayaan Anda dalam alam kubur. Kekayaan yang Anda bawa, hanya risalah perbuatan-perbuatan baik yang telah Anda lakukan, dan bagaimana Anda menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup Anda. So, ingatlah selalu kalau Tuhan itu ada.

Apabila Anda sudah hidup berkecukupan, perkaya juga jalan hidup Anda dengan beragam perbuatan baik, yaitu perbuatan yang menyukakan hati Tuhan serta perbuatan yang membawa kebaikkan bagi kehidupan orang lain. Lakukan semua bentuk perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan.

Fakta, apabila Anda senang melakukan perbuatan baik, hati Anda akan dipenuhi oleh sukacita. Rasa sukacita Anda tidak akan pernah berakhir, karena Tuhan berkenan untuk menerima Anda menjadi warga Sorga, setelah melihat panjangnya daftar kekayaan perbuatan baik yang telah Anda lakukan. 

Apalah arti hidup seseorang yang berlimpah-limpah harta kekayaan dan bermandikan kesenangan, namun nanti Tuhan menganggapnya miskin dalam perbuatan baik?  

Beriringan jalan dengan perbuatan baik, jangan lupakan waktu untuk beribadah pada Tuhan. Jadilah orang yang tahu mengucap syukur pada Tuhan, jadilah orang yang selalu menyediakan waktu untuk mendekatkan diri pada Tuhan, dan jadilah orang yang menjalankan perintah-perintahNya dalam alur kehidupannya.

Orang-orang yang senang bergaul dengan Tuhan, adalah pribadi-pribadi manusia yang takut berbuat dosa. Sedangkan orang yang takut berbuat dosa, tidak akan mengilhami hati dan pikirannya untuk maruk harta, karena dirinya tahu, Tuhan akan melimpahi hidupnya dengan berkat-berkatNya. 

Fakta dan nyata, pernyataan diatas bukanlah omong kosong, sebab ada tertulis dalam FirmanNya : “Carilah Aku dan kebenaran di dalam namaKu, maka Aku pun akan memberkati hidupmu.”

Apabila Anda mampu menjaga sikap Anda dengan mengekspresikan beragam perbuatan baik, maka hati dan hidup Anda akan selalu diliputi rasa sukacita serta kebahagiaan. Dalam menjalani hidup ini... jangan hanya berpangku tangan, jangan hanya mencari aman.

You must out of the box. Make it your mind free  from fear of living poor. Why?

Pertama, karena kebahagiaan seseorang itu, tidak dinilai dari seberapa banyak uang maupun harta kekayaan yang dimilikinya. Uang memang diperlukan, namun uang bukanlah segala-galanya.

Kedua, kebahagiaan hidup akan Anda peroleh serta rasakan, apabila Anda mendekatkan diri kepada Tuhan, karena Tuhan adalah sumber berkat dan juga karunia. Cukup dengan taat menjalankan segenap perintah-perintahNya, maka IA akan memberkahi hidup Anda, IA akan mencukupi kebutuhan hidup Anda.

Jadilah bagian dari orang-orang yang senang berbuat baik. Jadilah orang yang namanya telah dicatat sebagai warga Sorga, oleh karena sikap, perbuatan, dan perilakunya, sesuai kehendak Tuhan.

Selamat berkarya di jalan Tuhan. Selamat beraktifitas. Tuhan memberkati Anda.

 

.Sarlen Julfree Manurung
Labels: 0 comments | | edit post