My Mind
Kala Empati Hilang



Ketika angin siklon bertekanan rendah dari dataran benua Australia bergerak kearah wilayah bertekanan panas yang ada dataran benua Asia, dimana pergerakkan angin tersebut melintasi wilayah Indonesia dengan membawa banyak kumpulan butiran air hujan, maka hampir seluruh kawasan di Indonesia harus mengalami hujan deras serta hembusan angin kencang.

Cuaca yang tidak bersahabat itu mengakibatkan banyak wilayah di seluruh penjuru tanah air turun hujan deras berhari-hari dan akhirnya tergenang banjir. Sedangkan di kawasan pesisir selatan Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia timur, tengah, dan pantai selatan Jawa, menerima terjangan angin kencang.

Pergerakkan angin siklon tersebut, menghadirkan pula ombak besar setinggi 2 hingga 5 meter yang menaungi seluruh perairan laut di Indonesia. Tingginya ombak tersebut, membuat aktifitas pelayaran di Indonesia, khususnya pelayaran penyebrangan kapal ferry serta nelayan tradisional, tidak dapat melakukan pelayaran.

Banjir yang datang membuat kegiatan perekonomian banyak wilayah kabupaten serta kotamadya, khususnya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, lumpuh. Tingginya intensitas curah hujan, juga membuat banyak daerah perbukitan mengalami longsor.

Tanah longsor membuat banyak perumahan penduduk dan fasilitas umum yang ada dibawah perlintasan tanah yang longsor, hancur dan mengalami kerusakkan. Korban jiwa tak dapat dihindari karena banyak peristiwa tanah longsor tersebut terjadi pada saat malam hari, dimana banyak penduduk yang sedang terlelap tidur.

Semua peristiwa bencana alam tersebut terjadi hanya dalam tempo waktu 1 bulan belakangan ini, terhitung semenjak awal bulan Desember tahun 2007. Belum dapat dipastikan, berapa besar kerugian materi yang ditimbulkan oleh bencana alam yang menimpa bangsa ini tersebut. Namun sudah dapat dipastikan, lebih dari 100 nyawa manusia melayang sia-sia oleh karenanya.

Kerugian yang dialami, tidak hanya berasal dari banyaknya kerusakkan-kerusakkan yang ditimbulkan kemudian, namun juga besarnya potensi kerugian yang diakibatkan oleh “mati surinya” perputaran roda perekonomian di wilayah-wilayah yang terkena bencana alam.

Distribusi barang, khususnya kebutuhan pokok dan juga bahan bakar minyak, tidak dapat dilakukan karena banjir serta tanah longsong mengakibatkan terputusnya jalur transportasi darat. Otomatis, harga-harga barang di wilayah yang terkena bencana dan wilayah-wilayah disekitarnya, mengalami kenaikkan karena terbatasnya stok barang. Jelas, keadaan ini membuat masyarakat semakin menderita.

Pemanasan global memang membawa pengaruh cukup besar terhadap perubahan pola iklim di Indonesia dan seluruh penjuru dunia. Jangankan mengembalikan ke keadaan seperti sedia kala, memperbaiki keadaan alam yang ada sekarang saja, berat rasanya untuk dilakukan.

Ego serta perilaku serakah, membuat manusia tidak memikirkan masa depan generasi mereka, yang harus menerima dampak lebih parah dari apa yang kita rasakan saat ini. Ketika alam semakin bertindak ekstrim kepada manusia, secara tidak langsung telah mempercepat proses kepunahan kehidupan manusia itu sendiri.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat mengunjungi korban banjir di kabupaten Wonogiri beberapa waktu yang lalu menyatakan, bahwa banyaknya peristiwa bencana alam banjir dan tanah longsor di berbagai daerah itu terjadi karena manusia telah lalai untuk melestarikan lingkungan setelah mengambil segenap potensi didalamnya.

Apa yang dinyatakan Bapak Presiden RI itu memiliki nilai kebenaran. Sesungguhnya  kerusakkan yang terjadi pada kawasan hutan dan vegetasi yang ada di lereng-lereng perbukitan, kawasan hutan tanaman bakau atau mangrove di kawasan pantai, serta tidak tertatanya kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), bisa terjadi karena dilakukan dengan disengaja. Unsur kesengajaan bukanlah bagian dari sebuah tindakan lalai.

Masalahnya sekarang, bencana sudah terjadi. Rakyat yang menderita karena bencana  harus segera mendapatkan ditolong. Namun upaya menolong rakyat yang tertimpa bencana tidak dapat segera dilakukan karena unsur pemerintah daerah tidak mampu melakukan upaya koordinasi dan konsilidasi dengan baik.

Kacaunya koordinasi yang dilakukan pemerintahan daerah memang dapat dikatakan menjadi penyebab utama lambatnya upaya pertolongan kepada masyarakat pada suatu wilayah yang terkena bencana banjir, tanah longsong, maupun bencana akibat tiupan angin kencang.

Institusi yang aktif bergerak dan terkoordinir dengan baik berasal dari aparat TNI dan juga sejumlah LSM.

Seharusnya itu tidak perlu terjadi. Setidaknya BMG telah mengeluarkan release berita kalau hampir seluruh wilayah Indonesia akan mengalami hujan lebat pada saat memasuki musim penghujan. Update info cuaca yang dikeluarkan BMG seharusnya diperhatikan dan segera ditindak-lanjuti dengan persiapan menghadapi situasi darurat atau yang biasa dikenal dengan Tanggap Darurat.

Banyak diantara penduduk yang tidak bisa bertindak apa-apa karena banjir yang mereka alami saat ini memang benar-benar diluar perkiraan mereka. Mereka memang benar-benar tidak siap menghadapi banjir yang melingkupi wilayah pemukiman mereka.

Rakyat di sejumlah wilayah menjadi tak berdaya arena tidak ada bantuan yang datang. Wilayah pemukiman yang terkepung banjir membuat mereka harus survival dengan apa yang mereka miliki untuk bisa hidup dalam kondisi seadanya.

Ketika bantuan sangat mereka harapkan, bantuan itu tidak datang-datang. Kebutuhan akan makanan, air bersih, selimut, pakaian bersih layak pakai, makanan untuk bayi (susu, biskuit, dll), dan juga "keperluan perempuan."

Sikap empati masyarakat luas juga tidak terlihat. Memang, bila ingin memberikan bantuan kemanusiaan, kita tak perlu gembar-gembor. Namun dari berita-berita yang ada, partisipasi masyarakat luas nampaknya sangat kurang. Beda halnya ketika Aceh dan Pulau Nias mengalami bencana gempa dan tsunami, bantuan datang dari mana-mana.

Dimanakah sikap kebersamaan bangsa Indonesia saat ini? Kenapa masyarakat Indonesia pada saat ini cenderung bersifat individual?

Dimanakah KASIH itu?

Dimanakah semangat kebangsaan kita setelah melihat penderitaan dan sulitnya kehidupan yang harus dilalui oleh mereka yang pada saat ini terjebak banjir selama berhari-hari atau bangunan rumah mereka hancur karena terjangan angin kencang atau tanah longsong?

Kehidupan masyarakat ini memang sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengang masa pemimpin bangsa ini, dari seluruh penjuru nusantara, berikrar untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nampaknya, semangat yang ada pada diri para pemimpin dan pendiri bangsa ini, telah banyak terkikis oleh perkembangan jaman, dimana keserakahan dan ego pribadi melingkupi dalam banyak pribadi-pribadi masyarakat Indonesia.

Satu hal yang patut diingat, apa yang terjadi pada mereka, bisa juga terjadi pada diri kita. Bukan maksud kita berharap balas jasa. Namun kita harus tahu, tanpa empati, KASIH yang Tuhan sampaikan agar kita lakukan, hanya akan terasa manis di bibir dan indah didalam benak pikiran semata.

Mari, kita bangun sikap KASIH kita, dengan menghadirkan empati dalam masing-masing hati dan pikiran kita semua.


Salam penuh KASIH dari saya,



.Sarlen Julfree Manurung



Jakarta, 07 Januari 2008

Labels: | edit post
3 Responses
  1. Ternyata masih ada aja orang yg "Ngeh" terhadap bangsa ini. Semoga dengan peristiwa yg terjadi belakang ini bangsa Indonesia makin kokoh Persatuan n Kesatuan nya...


  2. marga sinaga Says:

    Bangsa kita sekarang sedang sibuk selamatkan perut masing-masing kali mas.
    nyari minyak tanah aja mesti antri berjam-jam.
    menurut saya, yang harus paling dulu bergerak itu media.
    medialah yang seharusnya menjembatani.

    tapi saya rasa media sedang kewalahan juga nentukan topic priority
    semuanya bencana, ditambah jakarta pula.
    belum lagi ditambah sepak terjang para elit politik yang menarik perhatian media untuk meliput mereka.

    semua harus mulai dari diri sediri :)


  3. Ya, saya setuju, membangkitkan empati itu memang harus dari dalam diri kita sendiri.

    Media memang bisa membantu, tapi bukan berarti, media bisa selalu kita andalkan. Apakah untuk menghadirkan empati dalam diri masing-masing kita, harus orang lain yang menyadarkannya? Sebaiknya tidak.

    Sisi lainnya, media yang berpengaruh di Indonesia, jumlahnya tidak seberapa dan penyebarannya tidak merata hadir di seluruh tanah air. Efektifitasnya nggak bisa dirasakan atau didapatkan di seluruh penjuru tanah air apabila kita ingin membangkitkan empati pada seluruh masyarakat.

    Karena memang KASIH itu ada didalam hati setiap orang, KASIH itu tidak berwujud perkataan semata namun direfleksikan melalui ungkapan nyata dalam bentuk perbuatan. Jadi, sebaiknya itu berasal dari dalam diri, bukan ditentukan orang lain.

    Terima kasih untuk komentarnya yang menarik.

    Salam perkenalan dari saya, Sarlen Julfree Manurung.


Post a Comment