My Mind
KENDALIKAN AMARAHMU…!!!


Orang bijaksana tidak cepat marah; orang bodoh tidak dapat menahan dirinya.
(Amsal 14 : 29)


Dalam kehidupan pergaulan sehari-hari, terkadang sebuah perbedaan pendapat sulit untuk terhindari. Suatu pertentangan sikap dapat berubah menjadi sebuah perselisihan apabila masing-masing pihak tidak bisa mengendalikan emosinya.

Sebuah perselisihan atau bahkan permusuhan memang bisa terjadi apabila seseorang tidak mencoba untuk membangkit-bangkitkan kemarahan orang lain atau pada saat seseorang itu sulit untuk mengendalikan amarahnya.

Oleh karena itu bisa dikatakan, sebuah pertengkaran bisa terjadi karena seseorang tidak dapat menjaga diri serta mulutnya, agar tidak memancing kemarahan orang lain atau tidak membiarkan dirinya terhanyut oleh besarnya rasa amarah yang memenuhi hati atau benak pikirannya.

Lidah memang tidak bertulang. Namun, getaran lidah seseorang yang sedang marah, dapat menghancurkan perasaan orang lain, dapat merusak hubungan baik pertemanan, membuat orang lain dalam perasaan takut, atau bahkan bisa pula menjerumuskan diri sendiri kedalam suatu permasalahan besar, karena sebuah kesalahan bisa terjadi pada saat seseorang dilanda rasa amarah.

Bahkan, pada kondisi atau situasi tertentu, suatu kemarahan yang tidak dapat ditahan, dapat membunuh orang lain.

Tidak ada untungnya seseorang itu marah-marah. Sebuah kesesakan mungkin terjadi. Akan tetapi, oleh karena rasa takut, orang lain bisa saja mundur selangkah, kemudian dirinya kembali menyerang karena memendam rasa amarah. Artinya, sebuah dendam bisa bertumbuh dalam hati orang lain oleh karena sebuah kemarahan.

Energi yang dihasilkan oleh sebuah kemarahan, memang cenderung merusak karena seseorang yang sedang marah, dirinya sedang berusaha keras untuk mempertahankan ego atau sesuatu hal yang dianggap prinsipil, sehingga dirinya akan berupaya keras untuk bisa memberikan penekanan kepada orang lain sehingga orang lain itu tahu dan mengerti dengan apa yang diinginkan atau dilakukannya.

Padahal, sebuah kemarahan tidak perlu terjadi apabila kita dapat menjaga agar benak pikiran dan hati kita, tidak sama-sama panas atau menjadi emosional. Kita harus bisa membuat hati maupun pikiran kita, untuk tidak berada dalam posisi emosional, meskipun situasi ataupun keadaan yang sedang kita hadapi, membuat kita marah atau kesal pada orang lain.

Hal yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan amarah, adalah belajar untuk mau mendengarkan pendapat atau pola pemikiran orang lain, kita melatih diri kita untuk selalu bersikap tenang, belajar untuk selalu berpikir positif, dan belajar memandang suatu masalah dalam berbagai sudut pandang atau perspektifnya tanpa menyertakan rasa amarah.

Dengan belajar mendengarkan pendapat atau pandangan orang lain, itu sama artinya kita belajar untuk menghindari perbantahan.

Lalu, apabila kita bersikap tenang, kita dapat menganalisa dengan baik permasalahan yang ada. Tujuannya, kita menghindari perbuatan ceroboh dan tanpa dipikirkan terlebih dahulu sehingga kita tahu bagaimana harus memberi jawaban yang tepat kepada orang lain, atau mampu membuat jawaban atas permasalahan yang sedang kita hadapi.

Selalu menghadirkan cara berpikir positif, merupakan sebuah tindakan kita untuk bisa menghindari adanya upaya menghakimi orang lain atau menghadirkan anggapan, bahwa segala bahan pemikiran dan nasehat yang disampaikan orang lain, adalah bertujuan untuk menjatuhkan.

Apabila kita selalu menjaga cara pandang dan pola pemikiran kita agar selalu bernilai positif, itu berarti, kita bersedia membuka diri kita serta tulus menerima berbagai keadaan maupun pernyataan, dimana kita tidak mencoba menghadirkan pemikiran buruk atas keadaan atau pernyataan tersebut.

Ego sering kali membuat kita membatasi alam pemikiran kita hanya berdasarkan apa yang kita pikirkan semata, dimana keadaan tersebut, terkadang, membuat kita justru sulit untuk mampu menganalisa permasalahan serta menemukan nilai kebenaran yang faktual, karena didasarkan pada perspektif pemikiran maupun pilihan opini-opini yang berbeda, sehingga kita dapat menghindari kesalahan atau perdebatan berkepanjangan yang tidak perlu terjadi.

Tumbuhnya rasa amarah, terkadang memang sulit untuk dicegah. Namun kiranya rasa amarah itu, tidak menyertakan dosa, seperti mengeluarkan ucapan yang bertujuan untuk menghina, menjatuhkan harga diri orang lain maupun mengundang permusuhan dengan orang  lain.

Kemarahan kita juga sebaiknya tidak diikuti oleh adanya upaya untuk menyakiti fisik orang lain, dan tidak menghadirkan pertentangan atau sebentuk kemarahan komunal didalam lingkup masyarakat tertentu.

Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.   (Galatia 5 : 15)

Marah adalah bagian dari sifat manusia. Sebagai sebuah bagian, sudah selayaknyalah kita tidak membuatnya menjadi sesuatu yang mendominasi kehidupan manusia, yaitu hidup sebagai seorang pemarah.

Jika kita menjadi seorang yang pemarah, maka tidak ada kedamaian hidup yang kita miliki. Kita cenderung dihanyutkan oleh nafsu amarah kita. Rasa tidak puas kita akan dilampiaskan dengan mengucapkan kata-kata penuh emosional atau bertindak menyakiti orang lain dengan "alasan" pembelaan diri.

Apakah amarah mu akan membawa manfaat? Jelas, tidak ada manfaatnya kalau diri seseorang mempunyai hobby marah-marah. Sifat pemarah justru membuat kita tidak disukai orang lain dan menghadirkan stigma negatif kepada kita. Sifat pemarah yang kita tunjukkan, justru akan menghadirkan perbuatan daging.

Mungkin, ada orang yang tidak puas kalau belum marah-marah. Tapi hanya sebatas itu saja. lebih daripada itu, tidak ada kebaikkan yang dapat diperoleh.

Seorang pemarah seharusnya bisa melatih dirinya agar tidak menjadi pemarah. Berapa pun besarnya rasa amarah yang telah memenuhi hati dan pikiran manusia, pasti bisa masih dikendalikan selama manusia itu masih ada keinginan untuk menghadirkan kesabaran, ketulusan hati, serta kelemah-lembutan.

Yaaa… sifat emosional dapat diredam apabila ada keinginan diri untuk selalu belajar dan mengingat mengucapkan sesuatu atau melakukan sesuatu dengan penuh kesabaran, didalam ketulusan hati, serta kelemah-lembutan.

Terlalu mahal “harga” yang harus dibayar seseorang apabila membiarkan hidup ini dipenuhi oleh kemarahan. Namun begitu indah kehidupan untuk bisa dilalui, apabila diri ini selalu menghadirkan kesabaran, ketulusan hati, serta kelemah-lembutan dalam setiap langkah kehidupan kita.

Kemarahan hanya akan mendatangkan perselisihan, pertentangan, permusuhan, upaya menghakimi orang lain, serta berbagai upaya untuk menyakiti hati dan perasaan orang lain. Dalam hati yang dipenuhi rasa amarah, upaya untuk merusak keadaan cenderung lebih dominan dibandingkan upaya memperbaiki keadaan.

Hati yang dipenuhi rasa amarah, tidaklah mendinginkan suasana yang panas, namun justru membangkitkan kebencian orang lain.

Selayaknyalah, tujuan kehidupan seseorang itu, membangun sesuatu yang baik, bukan menghancurkan apa yang baik oleh karena kemarahan tidak dapat dikendalikan.

Menghindari tumbuhnya rasa amarah atau membiarkan diri serta hati dalam kondisi yang emosional, mengandung makna, kita menghadirkan perilaku yang sesuai dengan prinsip hidup anak-anak Tuhan yang memiliki buah-buah Roh, bukan didasarkan oleh perbuatan daging.

Oleh karena itu, sudah selayaknya kita harus mampu membuat, setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita dan setiap tindakan yang kita lakukan, memiliki makna untuk membangun, bukan menghancurkan.

Biarlah lilin-lilin kasih menyala di seluruh ruang dalam hati serta seluruh bagian dari alur kehidupan kita. Jangan biarkan rasa amarah menciderai kehidupan. Jangan biasa hidup dalam amarah, karena tidak ada kebaikkan yang bisa diambil maknanya dari sebuah kemarahan.

Hati boleh panas tetapi kepala harus tetap dingin, agar emosi dan kemarahan tidak hadir.

Damai hatiku, sejahtera hidupku... Damai sejahtera jiwaku.



Tuhan Yesus yang Maha Baik, memberkati kita semua.



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
9 Responses
  1. tapi terkadang hati ini tak dapat menahan luapan amarah yg sudah sangat menumpuk


  2. Christine . Says:

    Yah demikianlah kelemahan manusia yg tidak bisa menahan emosi, it's good article and advice based on the word of God!

    God bless you!


  3. Selama gak bikin dosa dan selama gak memancing orang lain marah, gapapa kok marah. Caranya? Masuk kamar, tengkurep diatas kasur, terus teriak deh yang kencang... Atau pergi ke meja makan, ambil makanan terus mikir dehhhh...pelampiasan amarah ke makanan, seperti yang biasa aku lakukan, hehehe...


  4. Thank you... Sebenarnya aku juga suka marah dan terbawa arus rasa kesal, tapi lama-lama merasa capek juga. Sekarang masih dalam tahap belajar untuk selalu bisa mengendalikan amarah nihhh...
    GBU too



  5. Susan S Says:

    marah2 bisa bikin penyakit..



  6. Iya nih aQ juga masih suka marah apalagi kLo dah pusing sama kerjaan..
    Hi..hi...
    Dewi..bertobat dari hal ini, ok..? :D


  7. sama dong kita... aku juga dalam tahap belajar mengendalikan emosi nihhh... abis suka kesal...


Post a Comment