My Mind
Seorang teman beberapa jam yang lalu menghubungi aku via telefon. Sejak awal berbicara, meskipun tidak terbata-bata, nada suaranya sudah terdengar sedih. Aku hanya bisa menebak-nebak kalau sesuatu hal yang tidak menyenangkan, baru saja terjadi pada dirinya.

Yup, dugaan aku sepertinya gak salah. Teman aku itu langsung bertanya apakah dirinya mengganggu waktuku dan apakah dirinya bisa bercerita banyak padaku saat itu. Kedua pertanyaan itu langsung aku jawab : "Tidak, kamu gak mengganggu, aku lagi gak sibuk. Silahkan saja..."

Kehidupan sebagai sebagai seorang konseling yang pernah aku jalani beberapa waktu yang lalu membuat aku terbiasa diganggu untuk mendengarkan curahan hati dari orang-orang yang membutuhkan tempat untuk menyampaikan curhat mereka atau sekedar berbagi keluh kesah kepadaku, pada jam berapa pun selama aku sedang tidak menghadapi rutinitas pekerjaan...

Temanku itu mulai bercerita... Awalnya dia bilang kalau dirinya tadi siang mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan di kantor (Psssttt... berdasarkan pengalaman, aku tahu kalau ini bukanlah hal yang sesungguhnya ingin dia bagi cerita kepadaku).

Boss-nya marah padanya karena dia disangka sedang chatting dengan kawan-kawannya. Kekesalan sang boss dibantahnya dengan pernyataan bahwa dia sedang mengerjakan tugas yang siang hari sebelum jam makan siang telah diminta sang boss untuk dikerjakan.

Dia bilang kalau dirinya teramat sedih mendapatkan perlakuan seperti itu...

Well, sebuah permasalahan sederhana. Aku pun meminta dirinya bersabar. Mungkin ada permasalahan besar yang sedang mengganggu pikiran boss-nya sehingga sebaris kalimat kesal ditimpakan kepadanya. Dirinya pun mengamini nasehat yang aku sampaikan kepadanya...

Cerita ternyata memang belum usai. Kali ini dia katakan bahwa lagi-lagi, seorang sahabatnya telah mengecewakan dirinya. Dia bilang, kekecewaan temannya itu mungkin berasal dari kesalahannya. Temanku itu menceritakan bagaimana kesalahan yang dilakukannya itu ternyata bisa membuat dirinya harus mendapatkan pernyataan dan perbuatan tidak simpatik dari sahabatnya itu.

Berdasarkan cerita yang disampaikannya, aku pun berpikir kalau kesalahannya itu tidaklah terlalu fatal. Dia memang bersalah, tapi itu bukan berarti, kesalahan itu membuat dirinya  boleh diganjar sebentuk "hukuman" yaitu berupa sikap dingin sahabatnya itu.

Jelas, dia mengalami keadaan yang traumatik karena sikap dingin sahabatnya itu telah membuat dirinya kehilangan hak untuk membela diri.

Kesalahan memang telah terjadi tapi itu bukan berarti tiada kata maaf untuk mengampuni kesalahannya itu. Silahkan saja kesal, silahkan saja kecewa, silahkan saja marah... Tapi, menghukum seorang sahabat dengan mendiamkan dirinya, itu sangatlah menyakitkan...

Siapakah kita ini sehingga seakan-akan diri kita memiliki kuasa untuk menghukum orang lain, apalagi orang tersebut adalah sahabat kita? Tidak adakah cara lain agar "hukuman" itu tidak harus diterimanya?

Janganlah kita membuat posisi orang lain menjadi sangat tertekan oleh karena perbuatan salah yang dilakukannya. Susu sebelanga mungkin sudah rusak oleh karena nila kesalahan yang telah dilakukannya. Tapi, itu bukan berarti tidak ada cara untuk memperbaiki kesalahan itu...

Sahabat, tahukah kamu kalau ada orang lain yang tersenyum karena telah berhasil membuat persahabatan kalian retak? Tahukah kamu, bahwa kesalahan yang lebih besar sesungguhnya bukanlah ada pada sahabatmu (yaitu temanku), karena yang dilakukannya hanyalah sebuah keteledoran?

Sahabat, tahukah kamu kalau dirinya menangis oleh karena kesalahannya? Tangis seorang sahabat tidak akan pernah jatuh kalau dia tidak menyesali perbuatannya. Namun dari kesedihan nada suaranya, aku yakin dan percaya, dia menyesal...

Sahabat, kalau kamu membaca tulisan aku ini, marahlah padaku...maki-makilah aku, bukan pada temanku yang adalah sahabatmu... Karena kalau kamu marah padanya, kamu akan benar-benar kehilangan seorang sahabat yang sesungguhnya mengerti dan mengenal siapa kamu...

Sahabat, kalau kamu mengerti dengan tulisan aku ini, berdamailah kalian... Kehancuran persahabatan masih bisa dibangun kalau memang hati ini mau dengan tulus menghadirkan kata maaf... Tapi kalau kamu biarkan itu tetap dalam kehancuran, maka kamu akan sulit menemukan persahabatan sebaik yang telah teman aku itu lakukan, kepadamu...

Sahabat, kepadamu aku memohon, tolong maafkan kesalahan dia. Jangan biarkan duri tertanam semakin dalam. Jangan biarkan amarahmu tetap ada hingga awan berganti gelap malam. Jangan diamkan dia karena sikap diammu itu, menggoreskan kepedihan di hatinya (bagaimana kalau hal itu kamu alami, sahabat...?) Dan jangan sia-siakan makna persahabatan kalau kamu tahu apa arti penting seorang sahabat...

Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi, demi persahabatan diantara kalian, aku harus menuliskannya... Biarlah waktuku habis asalkan kalian bisa berdamai.

Demi KASIH yang ada di hati kalian... berdamailah...


Diberkati Tuhan dengan melimpah-limpah kalian berdua



Note :
tulisan ini ditulis atas inisiatif pribadi, bukan sebuah rekayasa, bukan untuk menceritakan masalah yang terjadi.



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
15 Responses
  1. hmmm... ini keknya berlaku buat siapapun yang bersahabat ito, thanks ya udah sharing :) bless you


  2. mas ini mah tuk semua ... bukan cuma orang itu aja yah ...

    maksih pembelajarannya .... :)


  3. Teh Icho Says:

    damai itu indah ... damai di bumi.. damai di surga


  4. a lie Says:

    Ini sepertinya sahabat yg nggak layak disebut sahabat......Kalo memang yg bersalah sudah meminta maaf, dan kalo memang mereka bersahabat, sptnya kalo disikapi terus2an dgn dingin, kok agak keterlaluan ya.....
    Pernah punya pengalaman yg sama, sbg yg bersalah dan juga pernah sbg yg dimintain maaf.
    Sbg yg bersalah, aku minta maaf tentu saja...waktu itu adalah kesalahan yg tidak disengaja, tp ya tetep yg terkena ya temanku itu. Sempat dia marah, nggak mau bicara ama aku....aku pikir, aku udah minta maaf, tp dia tetep seperti itu, ya udah.....aku sih biasa ajah, tetep dia aku ajak bicara biarpun dingin2 tanggapannya......aku juga nggak berusaha nanya kenapa kok teman aku itu bgt...lama kelamaan dia baik2 sendiri...
    Pernah juga ada teman yg bikin salah (menggunakan aku buat boong sama ortunya). aku sempet marah sih..tp aku inget lagi hubungan pertemanan kita yg udah lama, dan dia bikin saah juga ada sebabnya. Ya udah, aku ya tetep bicara lg sama dia spt biasa....
    menurut aku, sahabat itu susah dicari, kalo dia menyesal, kita juga nggak bisa egois utk tetep marahan.....balik ajah ke diri sendiri, apa nggak pernah bikin salah ??


  5. Delia S. Says:

    jadi inget kejadian dengan sahabatku sendiri, Bang Sarlen...
    persahabatan aku dan dia retak gara-gara kecemburuan sang pasangan (yang masih berstatus pacar) yang ga bisa terima kedekatan aku dan sahabatku itu...

    sedih banget liat sahabatku malah lebih milih pasangannya... hiks...


  6. esther sid Says:

    coba sang teman kirim email ke sahabatnya itu, kalo dia memang benar2 sahabat, pasti hatinya luluh.. kalo dia tetap ga memaafkan.. ya terpaksa lupakan aja dia :(


  7. Mmmm...Aku sedang menyiapkan artikel yang berjudul Sahabat yang Tidak Bersahabat. Sedang dalam proses penyelesaian...


  8. Aku pun memiliki harapan yang sama... Mereka berdamai...


  9. Yup, Setuju banget... Itu pun aku tuliskan dituliskan aku itu


  10. I'm agree... Sekarang, aku masih menunggu kabar perdamaian diantara mereka


  11. a lie Says:

    wah....tak tungguin ya postingannya, sahabat yg tidak bersahabat, masih bisakah dibilang sahabat??


  12. Bisa juga untuk pembelajaran... Aku membantu mengingatkan kali yeee...:)


  13. Sepertinya, banyak yang pernah mengalami keadaan yang seperti my real story itu yaaa...


  14. "xoxo_ luvu" Says:

    hanya persahabatan yang tidak di dasari oleh kasih Yesus yang mengalami seperti ini......


  15. Aku berharap, konsep berpikir dan keadaannya, tidak seperti itu


Post a Comment