My Mind
Belajar dari Kegagalan Team Sepak Bola AC MILAN


Kekalahan team sepak bola Chelsea atas Manchester United dalam ajang Piala Champions, membuat salah seorang sahabat aku bersedih karena salah satu team kesayangannya, harus menerima kenyataan kalah dalam pelaksanaan adu penalti.

Rasa sedih sahabat aku, tidak hanya itu saja. Dia juga bersedih karena team kesayangan utamanya, AC Milan, gagal mengikuti Piala Champions untuk tahun depan dan hanya bisa ikut kejuaran piala UEFA.

Teman aku bilang, keadaan yang terjadi sekarang, sangat berbeda dengan tahun lalu, dimana team kesayangannya, AC Milan, dapat menjadi juara pada kejuaraan sepak bola antar klub Eropah, Piala Champions. Sedangkan tahun ini, team kesayangannya itu masuk babak semifinal saja, tidak.

Tahun 2007, AC Milan memang menjuarai Piala Champions setelah menang di partai final atas Liverpool. Namun, kemenangan tersebut tidak terlepas dari adanya bayang-bayang Calciopoli atau skandal pengaturan skor pertandingan, yang mengakibatkan Juventus, yang seharusnya memegang gelar Scudetto, didegradasi ke Seri B.

Pada skandal yang terjadi tahun 2006 itu, team AC Milan (Rossoneri) sebenarnya ikut terlibat didalamnya. Namun, pada saat skandal itu sampai pada penjatuhan hukuman, AC Milan tidak ikut terkena degradasi seperti halnya team Juventus. AC Milan hanya dihukum pengurangan nilai oleh FIGC (PSSI-nya Italia).

Entah, kemenangan AC Milan pada kejuaran Piala Champions tersebut, dikatakan sebagai sebuah keberuntungan atau tidak. Sebab, keberhasilan mereka terjadi setelah mendapatkan citra tidak baik karena telah terlibat skandal.

Bisa dibilang, tahun ini AC Milan gagal menggapai kebesaran yang sama, bahkan dalam mengarungi pertandingan Liga Italia Seri A, mereka sempat terpuruk di posisi tengah sebelum akhirnya bangkit dan mencapai tangga 8 besar. Tidak ada satu gelar juara yang bisa diraih oleh team sepak bola AC Milan.

Pasang surut terjadi. Tahun lalu AC Milan berjaya. Sedangkan tahun ini, mereka nampak tidak berdaya. Banyak pemain yang cidera.

Apakah kejadian tahun 2006 menjadi suatu sinyal kuat yang ingin mengatakan kalau keterlibatan mereka pada skandal tersebut, ternyata membuat mereka surut prestasi pada tahun ini?

Kita gak perlu berandai-andai atau mencoba menarik benang merah dari satu peristiwa dengan satu keadaan.

Akan tetapi, satu hal yang bisa kita pelajari, kalau segala sesuatu itu ada masanya... ada masa kecerlangan prestasi, dan ada masanya pula prestasi itu memudar. Kita harus sadari kalau keadaan seperti itu, bisa juga terjadi dalam diri kita.

Oleh karena itu, kita harus menanamkan kesadaran diri kita, agar kita tidak sombong, namun pada sisi yang lain, kita terus memacu semangat serta keinginan dalam diri kita, untuk terus berprestasi, hingga tetap menjadi yang terbaik.

Mungkin, sekali waktu kita tersandung masalah. Well, ini kehidupan, tidak ada yang mampu melalui alur kehidupan dengan mulus 100%, pasti ada ganjalan. Apabila ganjalan kehidupan membuat kita melemah, itu tandanya kita harus mengoreksi (introspeksi) diri kita, untuk mengevaluasi dan menindak lanjuti hal-hal yang belum berjalan dengan baik agar kembali menjadi baik.

Apabila hal tersebut kita lakukan, kita bisa menjadi pribadi yang tangguh karena kita tahu dan menyadari seberapa besar potensi serta kemampuan diri kita hingga akhirnya mampu berprestasi dan meraih kegemilangan.


Tuhan memberkati kita semua.



.Sarlen Julfree Manurung





Note :
tadinya mau ambil sample team sepak bola PSSI, tapi setelah dipikir-pikir, prestasinya belum ada yang menonjol, jadinya gak dipakai, hehehehe...



0 Responses

Post a Comment