My Mind
BMW NIGHT, MY STORY



Dinamika kehidupan akan terasa indah untuk dijalani apabila masing-masing pribadi manusia bisa menjaga keseimbangan hidup antara menekuni pekerjaan, memberikan diri sendiri untuk berkembang dan beristirahat, serta selalu menyediakan waktu untuk beribadah kepada Tuhan.

Sejumlah pihak bahkan menyatakan, proporsi yang lebih baik lagi nilainya apabila separuh waktu dalam kehidupan manusia dipakai untuk rajin beribadah kepada Tuhan dengan terlibat dalam kegiatan pelayanan atau turut ambil bagian dalam aktifitas yang dapat memperkokoh keimanan.

Memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan merupakan konsep kehidupan yang patut dilakukan oleh setiap individu manusia yang beriman, mempercayai serta meyakini bahwa Tuhan itu ada.

Hal inilah yang coba dilakukan oleh sejumlah generasi muda batak yang bergabung dalam lintas milis batak, pada hari Sabtu, tanggal 3 Mei yang lalu.

Pada malam yang cerah itu, sejumlah generasi muda batak tersebut menggelar sebuah acara puji-pujian untuk kemuliaan nama Tuhan, dimana segenap unsur kepanitiaan, pengisi acara, maupun peserta yang hadir, merupakan muda-mudi batak yang selalu rindu untuk aktif melayani di ladang Tuhan.

Acara yang dimulai sedikit terlambat dari jadwal tersebut, dibangun dengan suasana santai dan diupayakan penuh keakraban. Meskipun demikian, konsepsi acara worship yang diusung, tetap dapat dirasakan karena para worshipers yang ambil bagian pada malam itu, benar-benar mempersiapkan diri.

Nama Tuhan dimuliakan melalui puji-pujian yang dibawakan oleh sejumlah penyanyi yang memiliki kemampuan vokal sangat baik. Tercatat nama Mario, Petra Sihombing, Kristin, Velin Situmorang, Ervina “Lala” Gultom, serta Yeti Aritonang, turut mengambil bagian dalam menyampaikan lagu puji-pujian kepada Tuhan.

Vokal para penyanyi yang tampil pada malam itu, memang tergolong baik. Mereka terlihat bernyanyi dengan penuh penjiwaan, penuh kesungguhan dan menghayati lagu yang dibawakan sehingga sukacita serta damai Surgawi hadir dalam puji-pujian yang mereka bawakan.   

Tari-tarian Tor-Tor juga disajikan pada malam itu sebagai selingan. Rupanya, simbol batak tetap ingin disampaikan dengan menghadirkan tarian tersebut. Tarian Tor-Tor dibawakan oleh para Ito dari Gultom’s Production. Kagum dan salute pada mereka karena masih memiliki cita rasa akan budaya batak, terutama lewat tarian.

Meskipun hanya dihadiri sekitar 50 orang muda-mudi batak saja, namun suasana tetap terbangun. Ekspresi wajah penuh keceriaan dan adanya canda khas orang batak, selalu coba ditunjukkan oleh pembawa acara, Ochi Gultom, Petra dan Mario.
 
Idenya, agar setiap peserta dapat saling mengenal dan melakukan pembauran, tidak hanya terbatas pada kelompok-kelompok semata. Dan apabila memungkinkan, siapa tahu aja ada yang akhirnya bisa berjodoh…

Nampaknya panitia memang sangat menginginkan agar dalam acara tersebut tercipta komunikasi dan interaksi yang akrab antara muda-mudi batak yang hadir pada malam itu. Tapi entah kenapa, peserta yang hadir didominasi oleh kaum perempuan.

Lebih dari 90 % peserta yang hadir pada malam itu adalah perempun. Sehingga upaya untuk memberikan jalinan interaksi yang kuat kearah “mempertemukan” jodoh, sulit untuk dicapai. Padahal kalau diperhatikan, banyak kaum perempuan yang datang pada malam itu, tergolong “High Quality Jomblo” dan sepertinya memang sudah bersiap diri untuk bertemu calon jodoh mereka, hehehehe…

Well, panitia tetap berusaha. Ini dibuktikan dari adanya games yang diadakan. Kalau mau dibilang, itu bukanlah games. Tapi sebuah cara agar para peserta memang dapat berinteraksi dan tidak hanya berkelompok (seperti biasanya). Sebagai pancingan, para peserta yang paling banyak melakukan hubungan interaksi dengan saling berkenalan, menanyakan alamat e-mail, nomor hp, dan tempat tinggal yang dicatatkan di selembar kertas tersebut, akan mendapatkan hadiah.

Pihak panitia menyediakan sejumlah hadiah menarik, diantaranya ada : HP Smart, MP-3 player, scraft serta baju rompi rajutan hasil karya anak-anak rajuters. Lumayan juga kalau bisa menang salah satu hadiah itu.

Meskipun masa promosi acara hanya dilakukan 2 minggu, namun nampaknya pihak panitia telah benar-benar mencoba untuk mempersiapkan acara tersebut dengan baik. Nuansa batak memang tidak terlihat seutuhnya karena acara yang digelar ditujukan untuk maksud worship. Pelaksana dan pesertanya saja yang orang-orang muda batak.

Secara keseluruhan, susunan acara yang dibuat sudah memiliki kejelasan konsep, meskipun masih ada sejumlah kekurangan. Akan tetapi, harus dihargai usaha keras para panitia agar acara tersebut dapat “hidup” dan mengalir menjadi sebuah acara yang menarik.
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment