My Mind
M E R E N U N G
By : Sarlen Julfree



Mungkin mengalir tetes air mata,
walau hati tak ingin menangis
Mungkin terperangah jiwa yang terpaku,
walau duri tak lagi menancap dalam
Mungkin sesak tubuh untuk bergerak,
walau tak larung jiwa bersama angannya

Kasih sejati terbentang di antara rentang hidup
Ketika segenap rasa nyata tercipta dalam kesuma,
Ketika pintu hati menggegap memuji engkau  
Dan ragaku luruh oleh lembut ucapan kata-kata,
Yang penuh pesona bagai pancaran tatap matanya
Mengiringi segaris senyum manis di bibir
Hingga aku jatuh terlena dan kini penuh tawa

Sungguh,
Kehadiranmu mampu membasuh segenap derita
Segenap penat hatiku,
Segenap perangkap pilu yang meratap
Segenap lara yang terpendam
Di saat mulai redup pelita kasih hati
Di saat aku mulai lupa siapa aku

Kau ubah segenap risau yang tertekan
Kau sadarkan aku dari lelap tidur tak patuh
Kau bangunkan hasrat dan gairah hidupku,
untuk menatap indahnya kehidupan
merubah bara dalam amarah, menjadi kasih dalam hati

Tercabik sudah...
Kurasakan gelap harapan
Senyumku palsu,
Tawaku hambar…
Aku yang terlihat bukanlah diriku
Tak mampu lagi kutunjukkan siapa aku
Tak mampu lagi kusambut mentari dalam kokoh kakiku
Karena derita yang tertanam, telah karam membatu

Ku ingin berlari dari segala kepalsuan
Ingin ku tentang segala geram manusia penuh kebohongan
Segala dusta diri yang tak kan pernah membuatku bahagia
Dan aku hanya bisa menjerit… Menjerit… Menjerit… Tiiidddaaaaakkk…!

Hambar… penuh noda… seakan berdarah
Lunglai sudah tangisku  

Temaram yang kurasakan hanya di saat aku sendiri
Membedah isi hatiku, selidiki sisi penat diriku
Untuk mengetahui siapa aku, kenapa aku, dimana diriku
Karena pada akhirnya, hanya aku sendiri yang tau
Bukan kamu, bukan dia,
Tapi aku sendiri …


Jakarta, 2006
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment