My Mind
NOTE :

Tulisan ini terinspirasi oleh catatan status dan tulisan note (catatan) teman-teman saya di facebook, yang kemudian menginspirasi saya untuk menulis artikel dengan judul : Jangan Biarkan Masalah Menyandung Cinta.

Dalam seminggu ini, aku banyak sekali melihat status atau tulisan note (catatan) dari sejumlah orang teman aku di facebook, yang isinya bertutur tentang adanya kegundahan hati yang membuat kebesaran makna arti cinta menjadi pudar atau seakan-akan ingin disangsikan. 

Sepanjang rentang waktu perjalanan hidup kita, sulit rasanya untuk menghindari adanya masalah agar tidak menaungi diri kita. Alasannya, ketika masalah mulai memecah perhatian kita, rasa-rasanya tidak mudah bagi hati serta pikiran kita untuk segera mendamaikan diri dengan suasana tidak nyaman yang tercipta, yaitu pada saat masalah mulai merampas sebagian waktu dan energi kita.

Besarnya beban masalah yang sedang kita hadapi, disadari atau tidak, pada satu masa waktu, dapat pula mengganggu tumbuh kembangnya cinta kasih kita pada seseorang yang kita kasihi. Hal ini terjadi karena diri kita cenderung lebih fokus pada upaya memecahkan masalah yang sedang kita hadapi, dibandingkan memberikan perhatian lebih atas cinta yang ada di hati terhadap pasangan atau kekasih hati kita.

Pada sisi yang lain, cinta sulit mengalir dengan indah, apabila masalah hadir sebagai "batu ujian" dalam hubungan cinta kasih dengan kekasih hati kita. 

Cinta yang seharusnya membuat hati dan wajah kita tampak ceria serta berseri-seri sepanjang hari. Namun keadaan akan terasa berbeda, ketika cinta dapat dianggap sebagai perusak harmonisasi hidup, yaitu pada saat masalah mulai menaungi gairah diri untuk dapat mengekspresikan berbagai ungkapan kasih kepada pasangan atau kekasih hati tercinta. 

Masalah yang menaungi hubungan sepasang anak manusia yang saling mengasihi, akan menghadirkan : rasa kesal, amarah, gelisah, sedih dan kecewa. Padahal, masalah tak akan pernah usai apabila kita sendiri tidak pernah mencoba untuk menyelesaikannya.

Sepandangan mata aku, pada status atau note (catatan) yang dituliskan oleh sejumlah teman, hal-hal yang menjadi masalah dalam hubungan cinta kasih yang sedang dibina dalam bentuk pacaran (atau bahkan, pasangan suami-isteri) adalah masalah kurangnya perhatian, masalah keuangan, dan masalah pengendalian sikap. Lalu masalah komunikasi (terutama sikap egois dari salah satu pihak) yang terhambat. Kemudian, ada pula yang memaparkan tentang adanya suatu prasangka yang berlebih-lebihan.

Ada yang tersirat, namun ada pula yang "sepertinya" terus terang diucapkan, yaitu sebagain ungkapan suasana hati yang sedang dirasakan.

Apabila ingin dijabarkan lebih lanjut, maka semua masalah yang teman-teman kemukakan melalui status atau note tersebut, pada akhirnya akan bermuara pada sebuah kalimat yang ingin bertanya : haruskah kondisi itu terjadi?

Teman-teman ku semua,

Jangan biarkan problema mengaburkan (bahkan mampu menghanyutkan) makna indah dari keagungan cinta yang ada didalam hati kita.

Kalau ada masalah, bicarakanlah. Sebuah titik temu (kesepakatan untuk saling mengerti, memahami, dan menghargai) tak akan pernah tercipta apabila masing-masing pihak tidak memiliki keinginan untuk bertemu, saling memberikan pandangan dan mendengarkan pandangan yang dapat diterima atau tidak dapat diterima, serta berbagai kemungkinan yang dapat dikompromikan dengan pasangan / kekasih hati kita. 

Apabila ada kesalahan yang terjadi, segeralah minta maaf, jangan tunggu lama-lama. Sebuah kesalahan mungkin saja terjadi sebagai sebuah kealpaan. Namun, kesalahan juga bisa terjadi karena salah satu pihak lebih mementingkan diri sendiri dan seakan-akan melupakan atau lupa dengan keberadaan pasangannya. Kesalahan, dapat pula terjadi karena tidak sengaja melakukannya.

Kesalahan yang dibiarkan berlarut-larut, dapat membebani pikiran dan menimbulkan kekacauan suasana hati. Kita dapat mengelimir kondisi tersebut apabila pihak yang berbuat salah, berani mengucapkan kata maaf, sedangkan pihak yang disakiti oleh adanya kesalahan yang dibuat oleh pasangan atau kekasih hatinya, dapat mengucapkan kata maaf dengan tulus.

Satu kesalahan kecil jangan pula dibesar-besarkan kalau kita tidak ingin masalah kecil itu justru membuat hati kita berkecamuk oleh karena telah tercipta suatu suasana yang penuh dengan ketidak-pastian, kemudian menjadi cerita kehidupan yang tidak ingin kita lalui atau hadapi. 

Bicaralah baik-baik. Kita tidak selalu dapat menerka, kapan masalah datang. Jadi, sebuah komunikasi merupakan sebuah alur yang seharusnya intensif dilakukan, karena dengan mengembangkan suatu pola komunikasi yang baik, maka akan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan semakin baik lagi, akan cara pandang serta pola sikap pasangan / kekasih hati kita.

Sebisa mungkin, jangan biarkan diri kita ini mudah untuk mengucapkan kata-kata kecaman...! Sebuah kecaman akan bisa menimbulkan perasaan ditolak atau dipersalahkan, bukan mengayomi, menghibur atau mendukung.

Keberadaan kekasih hati dapat dimanfaatkan sebagai tempat curahan hati atau berbagi rasa sayang, bukan sebagai majikan atau atasan kita di kantor. Oleh sebab itu, ungkapkan segala sesuatunya dengan baik-baik, tanpa harus mengecam. 

Pada situasi atau kondisi tertentu, kesalahan memang sangat mungkin saja terjadi. Tapi itu bukan berarti, kita dapat dengan bebas menyatakan bahwa kesempurnaan itu ada pada diri kita. Jangan egois dehhh...

Yup, sikap egois adalah musuh terbesar dari hubungan cinta kasih yang sedang dibina. Ketika sikap egois mengemuka, maka diri ini hanya ingin menguasai, bukan menerima adanya kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita.

Dalam menjalin ikatan cinta kasih, adanya sifat saling melengkapi kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita, merupakan sebuah kondisi yang seharusnya kita ciptakan TANPA HARUS DIMINTA. Ini bukanlah sebuah kondisi yang dapat ditawar-tawar, namun sebuah kondisi yang sepatutnya kita bangun sejujurnya, setulusnya, dan sebaik-baiknya, dengan kekasih hati kita.

Percaya deh, apabila kita biarkan sikap egois selalu hadir untuk menciptakan suasana seperti yang kita inginkan, maka pada sisi yang lain (yaitu sisi diri kekasih hati kita), api cinta itu dapat perlahan-lahan padam. Hanya menghitung waktu saja, sepertinya.

Siapa sih, yang ingin dikekang dengan hanya diijinkan mengatakan kata "ya" tanpa pernah ada kesempatan untuk mengatakan "tidak" sebagai sikap tidak setuju? Nobody.

Mengkritisi, boleh, mengekang, jangan. Memberi anjuran, ya, boleh sekali. Tapi aktif melarang-larang, sebaiknya jangan. Bila kita coba untuk mengekang dan aktif mengucapkan kata larangan, itu sama artinya kita semakin membangun tembok rasa tidak nyaman pada diri kekasih hati kita.

Kita tidak punya hak untuk mengekang atau melarang. Hak yang dapat kita nyatakan atau apresiasikan kepada pasangan kita adalah menjadikan dirinya tampil lebih baik dan lebih merasakan hakekat hadirnya cinta di hati kita dan juga dirinya. Pada kedua hal itu, kita benar-benar memiliki hak untuk melakukannya.

Apabila memiliki rasa tidak puas, buatlah diri pasangan kekasih hati kita untuk memahami dengan cara-cara yang sederhana, bahwa kita tidak puas dengan sikapnya. Jangan pernah menjadi "buas" karena ada rasa tidak puas pada sikap atau dalam diri pasangan kita.

Well, cinta mungkin juga bermasalah. Apabila itu terjadi, kita tidak memiliki pilihan yang lain, selain merundingkan jalan terbaik atas kondisi itu, agar tidak ada upaya untuk menyakiti, tentunya, dengan mengatasnamakan cinta. Berhenti sejenak... pikirkan masak-masak... dan nyatakan dengan bijak.

Emosi tak akan pernah berhasil menyelesaikan masalah. Demikian pula pada saat cinta sedang ada masalah, emosi bukanlah pilihan tepat untuk mendamaikan suasana hati.

Ingatlah selalu, bahwa tiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan pada saat ada masalah menaungi cinta. Dalam kelebihan yang kita miliki, pasti kita memiliki kekurangan. Oleh karena cinta, kekurangan itu dapat tertutupi dengan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kekasih hati kita. Gunakan itu untuk tampil lebih baik, bukan untuk menekan lebih keras. 

Memang, segala sesuatunya itu, ada saatnya. Namun, ketika cinta adalah dasarnya, kita bisa menjadi bintang ditengah gelapnya malam, apabila kita biarkan cinta itu menjadi "malaikat" yang menyejukkan setiap kasih yang melingkupi diri dan hati kita.

So, jangan biarkan masalah menyandung adanya cinta didalam hati dan diri kita. Lakukan segala sesuatunya dengan didasari oleh cinta.


.Sarlen Julfree Manurung

0 Responses

Post a Comment