My Mind

Hari ini adalah hari kedua bagi siswa-siswi SMP kelas 3 (sekarang disebut kelas IX) menempuh Ujian Akhir Nasional (UAN).

Bagi para siswa kelas 3 SMP dan SMA (kelas IX dan XII), UAN memang menakutkan. Adanya bayang-bayang tidak lulus ada didepan mata para siswa, terutama bagi siswa yang merasa tidak menjawab dengan baik seluruh atau sebagian besar soal-soal yang dijadikan pertanyaan ujian.

Tahun ini pemerintah menetapkan syarat kelulusan siswa pada nilai 5,5. Sebenarnya, nilai 5,5 itu masih dibawah nilai rata-rata. Namun bagi banyak siswa, mendapatkan nilai kelulusan diatas atau sama dengan 5,5 pada saat UAN, bukanlah perkara yang mudah. Apalagi kalau soal-soal yang ditanyakan dalam UAN, tidak seperti yang mereka pelajari selama ini di bangku sekolah.

Kesiapan diri para siswa memang ditentukan oleh upaya para siswa untuk belajar dan mengasah kemampuan nalar mereka untuk segera memahami soal demi soal yang ada dipertanyakan dalam UAN.

Pada sisi yang lain, kesiapan seorang siswa menempuh UAN juga ditentukan oleh ketenangan diri setiap siswa, dimana seorang siswa diharapkan tidak mudah larut dalam perasaan nervouse yang berlebih-lebihan, sesaat sebelum mengikuti ujian dan pada saat mengikuti ujian, karena apabila sebelum dan pada saat ujian para siswa sudah nervouse, berbagai persiapan yang telah dilakukan dapat hilang seketika apabila perasaan nervouse lebih mendominasi benak pikiran.

Sikap tenang akan membuat seorang siswa dapat tetap berkonsentrasi untuk bisa mengerjakan soal-soal yang diujikan. Kepintaran seorang siswa seakan tak berarti apabila siswa yang sedang mengerjakan soal ujian tersebut dalam posisi tegang, tertekan, dan tidak tenang.

Mengerjakan soal-soal ujian dalam UAN merupakan sebuah tantangan. Anggaplah UAN itu adalah sebuah tantangan. Seorang siswa ditantang untuk bisa menjawab soal-soal yang diujikan agar bisa lulus dengan nilai sama dengan 5,5 atau diatasnya.

Pemerintah memang memiliki alasan tersendiri kenapa UAN dipakai sebagai syarat kelulusan seorang siswa dari bangku sekolah di tingkat SMP dan SMA. Dalam hal ini, pemerintah adalah pihak yang paling berkepentingan untuk menghadirkan pelajar Indonesia yang berkualitas serta dapat bersaing dengan pelajar-pelajar lain di seluruh dunia.

Sekarang tinggal bagaimana usaha para siswa dapat menjadi pribadi-pribadi terpelajar yang "berkualitas" dan dapat bersaing dengan pelajar lain di seluruh dunia. Banyak pelajar Indonesia yang menjadi juara olimpiade berbagai bidang ilmu pengetahuan. 

Menjadi seseorang yang dinilai berkualitas, bukanlah sebuah mimpi. Semua orang yang telah menerima pendidikan di sekolah, bisa menggapainya, karena semua siswa memang dapat melakukannya.

Pemerintah menentukannya melalui standar nilai tertentu dalam UAN. Dapatkah para pelajar kita seluruhnya bisa lulus? Itu mungkin saja terjadi.

Bagi sejumlah orang, kualitas, mungkin bukanlah segalanya. Tapi menjadi seseorang yang dinilai berkualitas, itu harus ada dalam diri setiap pribadi Warga Negara Indonesia, agar setiap generasi bangsa ini, dapat benar-benar diisi oleh orang-orang yang berkualitas dan selalu siap mengisi pembangunan dengan hal-hal yang berkualitas pula.

UAN mungkin menghadirkan ketegangan dan kecemasan dalam kehidupan anak-anak usia sekolah, khususnya bagi para siswa yang duduk di bangku SMP dan SMA. Namun, apabila kita mengambil sisi positif dari inisiatif pemerintah untuk menyelenggarakan, maka kita akan tahu dan menyadari, bahwa menjadi seseorang yang berkualitas itu penting adanya.

Mungkin, hal yang perlu kita minta pemerintah koreksi dari pelaksanaan UAN, adalah dalam hal metode penentuan standar kelulusan, yang selalu berubah setiap tahunnya. Lalu kita juga dapat meminta pemerintah untuk memperbaiki kualitas sumber daya guru dan adanya upaya untuk melengkapi setiap sekolah negeri agar memiliki kelengkapan penunjang yang sesuai dengan kebutuhan dalam mendidik generasi muda bangsa.

Bagaimana kita dapat meratakan kualitas kelulusan siswa apabila fasilitas penunjang pendidikan yang ada di sekolah negeri, masih jauh dari memadai, dan belum didukung oleh keberadaan tenaga pengajar yang berkualitas serta mampu mengarahkan siswa agar bisa mencapai hasil yang terbaik?

Kesannya memaksa generasi muda bangsa agar rajin belajar, padahal, belajar itu memang harus dijadikan kegiatan para siswa. Berbagai persiapan UAN akan terasa berat dijalani apabila para siswa sendiri tidak giat belajar semenjak baru masuk SMP dan SMA.

Dibalik sesuatu hal yang memberatkan dalam kebijakan pemerintah terkait UAN, kita juga harus mau melihat sisi-sisi positif dari kebijakan pemerintah itu. Setidaknya, berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh Mendiknas Dr. Bambang Sudibyo, kuantitas dan kualitas perkelahian antar pelajar semakin menurun semenjak dilaksanakannya UAN.

Berusahalah dan giatlah belajar. Tenangkan diri serta cobalah untuk sedikit santai sebelum UAN dilaksanakan.

Ketika pagi hari menjelang, berdoalah sebelum berangkat sekolah dan sesaat waktu sebelum membuka lembar pertanyaan UAN, sebab dengan berdoa, selain bisa menghadirkan ketenangan diri, kita memohon pertolongan serta penyertaan Tuhan agar dapat menjawab setiap soal-soal UAN dengan baik.

Selamat menempuh UAN.

GBU Everybody.


.Sarlen Julfree Manurung

Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment