My Mind
MENEMUKAN JAWABAN ATAS ALUR KEHIDUPAN



Jawab Yesus kepadanya :
“Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
(Yohanes 14 : 13 – 14)


Tuhan Yesus mengucapkan perkataan itu, pada saat diriNya bertemu dengan seorang perempuan Samaria di pinggir sumur Yakub, pada saat singgah di kota Sikhar, dalam perjalanan menuju Galilea.

Pada dasarnya, ada 2 makna penting yang ingin disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam perkataanNya tersebut.

Makna pertama yang terkandung dalam perkataan Tuhan Yesus itu, yaitu : segenap upaya manusia untuk mencari jawaban dalam memenuhi segenap sikap ingin tahu manusia mengenai nilai-nilai kebenaran tentang kebesaran kasih Allah seperti yang diinginkan atau dibutuhkan, namun dengan memanfaatkan sumber pengetahuan lain diluar Firman Tuhan, tidak akan mampu memuaskan kebutuhan seseorang.

Sedangkan makna kedua yang terkandung dalam perkataan Tuhan Yesus tersebut, yaitu : apabila manusia menyandarkan diri setiap langkah kehidupannya kepada kuat kuasa kasih Allah, yang nyata ada didalam diri Yesus Kristus, untuk bisa menemukan nilai-nilai kebenaran tentang kebesaran kasih Allah dan semua jawaban permasalahan kehidupan yang dibutuhkannya, maka ia akan menemukan jawaban itu.
 
Nilai inspirasi yang ingin disampaikan oleh Tuhan Yesus melalui perkataanNya itu, memang terkait dengan adanya suatu upaya manusia, untuk menemukan jawaban atas sikap ingin tahu manusia untuk bisa menemukan dan mengetahui tentang bagaimana serta seperti apa nilai-nilai kebenaran yang terkandung didalam Firman Tuhan, bukannya menjalani kehidupan dengan jawaban, yaitu Firman Tuhan, yang sesungguhnya telah ada dalam dirinya serta dimilikinya. 

Allah telah menetapkan, bahwa AnakNya yang Tunggal, Yesus Kristus, serta segenap Firman yang telah disampaikanNya kepada manusia, merupakan mata air kehidupan, yang membuat kita dapat menemukan makna kehidupan yang ingin kita ketahui atau belum kita mengerti.

Terkadang, tanpa disadari, manusia yang mengaku percaya dan beriman bahwa Yesus adalah Tuhan serta Juruselamat manusia, telah menghadirkan suatu pola pemiikiran ataupun cara mengambil keputusan, bagaikan seorang percaya yang tidak percaya.

Secara tidak langsung, upaya manusia mengandalkan pada kekuatan diri sendiri itu, telah mendegradasikan kehidupan rohani yang beriman kepada Kristus, yaitu mengurangi nilai esensi yang terkandung dalam sebuah sikap percaya pada adanya kuat kuasa Allah yang melingkupi kehidupannya.

Padahal, besar kuat kuasa kasih Allah itu, sesungguhnya dapat membantu setiap orang percaya, untuk menemukan sebuah kepastian jawaban, terhadap segenap kegelisahan hati yang sedang melingkupi dirinya, termasuk diri kita sendiri.  

Bahkan dalam beberapa kondisi tertentu, kita baru datang menghadap hadirat Allah, ketika kita baru merasa, bahwa segenap kekuatan diri kita, telah kita gagal untuk bisa menemukan jawaban seperti yang kita inginkan.
 
Kita keliru dengan pilihan jalan yang diambil, karena sebagai orang percaya, kita seharusnya menggunakan ketetapan-ketetapan yang ada dalam Firman Tuhan, sejak awal kita memikirkan untuk bertindak melakukan sesuatu, karena kita memang telah memiliki dan mengetahui, betapa dahsyat kebenaran yang ada dalam Firman Tuhan apabila kita gunakan dalam kehidupan kita.

Bukankah sudah Kukatakan kepadamu : Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?   (Yohanes 11 : 40)

Lambannya manusia untuk menyadari atau menggunakan segenap ketentuan yang ada di dalam Firman Tuhan, membuat manusia harus merasakan kecemasan hati, adanya pikiran yang kalut serta bingung, atau bahkan manusia itu mencoba untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan sebagai anak Tuhan.

Dalam hal ini, seseorang yang percaya serta beriman kepada Kristus, seharusnya tidak menghadirkan suatu inisiatif atau pemikiran diri, untuk bertindak mewujudkan suatu keinginan dengan menghadirkan anggapan, bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu, tanpa penyertaan hadirat Tuhan atas dirinya.

Seseorang yang telah mengenal Firman Tuhan, seharusnya tidak menempatkan sikap mendua hati, yaitu sikap yang suka bersekutu dengan Allah, namun pada sisi berbeda, kita tidak mengandalkan Allah dalam sejumlah alur kehidupan yang kita lalui. Kita justru memaksakan kehendak hati kita, dengan berpikir seolah-olah kita bisa berdiri karena kekuatan kita sendiri, bukan karena kehendak Allah bekerja dalam hidup kita.

Kenapa itu bisa terjadi? Karena manusia yang gemar mengandalkan kekuatan dari dalam dirinya sendiri, dipenuhi oleh kesombongan hati. Padahal kesombongan yang ada dalam benak pikiran itu, justru membuat orang-orang percaya semakin haus untuk memperoleh kebenaran dan kemenangan.

Bertumbuhnya suatu keinginan besar dalam cerita kehidupan orang-orang percaya, yang dihadirkan dalam bentuk adanya inisiatif, prakarsa, maupun upaya memotivasi diri untuk mencari kebenaran didalam nama Tuhan Yesus Kristus, bisa terjadi sebagai sebuah akibat dari adanya pemikiran, bahwa ada suatu kondisi keimanan yang selalu dianggap kurang atau belum cukup.

Ini bukanlah sebuah keadaan yang salah. Namun keinginan itu menjadi sebuah prinsip hidup yang baik dan benar, apabila sikap serta upaya yang dilakukan manusia untuk merealisasikannya, diarahkan pada penggunaan kasih Yesus Kristus dan besar kuasa hadirat Allah, dalam setiap rangkaian kehidupan yang dihadapinya.

Segenap tanda kasih Allah Bapa kepada anak-anakNya, dapat dirasakan begitu besar  manfaatnya, apabila setiap orang percaya tidak melalaikan diri untuk membaca serta memperhatikan dengan sungguh-sungguh, isi Firman Allah, karena disanalah, mata air kehidupan itu ada.

Bukankah Firman Tuhan telah kita miliki dan ketahui? Bukankah kuasa hadirat Allah memang ada dalam hidup kita? Kenapa ada bagian dari dalam hidup kita yang tetap saja mencoba untuk mencari kebenaran dan tanda kemenangan, padahal kita telah memilikinya selama ini?

Adakah hal yang meragukan dari Firman Tuhan? Nampaknya, bukannya ada hal yang meragukan, namun ada banyak hal yang kiranya belum manusia mengerti.

Manusia tidak mengerti karena tidak meyakini dengan sungguh-sungguh dan dengan cara yang benar, terhadap tanda kasih Allah yang telah kita terima, baik itu melalui kegiatan proses pengajaran atau proses pembelajaran isi Firman Allah yang telah dilakukannya, maupun terhadap adanya rasa percaya tentang hadirat kuat kuasa kasih Allah yang bernaung didalam diri kita.

Kita selalu saja menghadirkan anggapan, raga ini adalah daging, serta hadirat Allah adalah Roh, sehingga berada pada posisi yang berbeda. Itu memang benar dan tidak bisa dibantah.

Apabila memang bentuk pola pemikiran itu yang membuat manusia sulit memahami isi Firman Allah, maka ada satu hal yang manusia itu lupakan, bahwa Allah itu adalah Tuhan, dimana Allah dapat bernaung dalam pribadi manusia, kepada siapapun orang yang dikehendakiNya.

Hakekat besarnya kuat kuasa Allah, telah dikaburkan oleh logika pemikiran manusia, sehingga manusia tetap sulit memahami dan mengerti, isi Firman Allah.

Berbicara masalah mengerti isi Firman Tuhan berdasarkan prinsip keimanan, memang akan sulit untuk mendapatkan titik temu serta dimengerti, apabila menggunakan pola berpikir secara logika pikiran manusia.

Hal inilah yang membuat banyak orang percaya mengambil inisiatif, untuk berusaha mencoba mendapatkan berbagai jawaban tentang kebenaran isi Firman Tuhan yang masih belum dimengerti, karena mereka selalu menggunakan logika berpikir manusia untuk memahami isi dari Firman Tuhan.       

Oleh karena itu, apabila kita ingin menempatkan Yesus dan segenap FirmanNya sebagai mata air kehidupan, kita jangan mengandalkan logika manusia, tetapi kekuatan iman, agar air kehidupan itu, dapat terus menyegarkan kita setiap saat, setiap waktu, dalam hari-hari hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.


.Sarlen Julfree Manurung

Bahan tulisan dibuat dengan menggunakan referensi dari :
1.    Alkitab, Firman Allah yang hidup.
2.    Buku berjudul : Pengabdianku untuk KemuliaanNya, karya Oswald Chambers.
3.    Buku berjudul : Doa yang Dijawab, karya Peter Youngren.
4.    Buku berjudul : Ubahkanlah Hidup Anda, karya Marilyn Hickey.
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment