My Mind
CHILDISH  
(SIFAT KEKANAK-KANAKAN PADA ORANG DEWASA)



Secara global, batasan umur bahwa seseorang dianggap telah memasuki usia dewasa, tidaklah sama. Amerika Serikat menetapkan usia 16 tahun. Namun ada juga negara-negara di dunia ini yang menetapkan usia 15 tahun, 17 tahun (sama dengan Indonesia) atau 18 tahun baru dianggap telah memasuki usia dewasa.

Kenapa seseorang harus dianggap dewasa?
Dengan memperhatikan jumlah tahun usia yang telah dilaluinya, seseorang harus mulai dianggap telah memasuki usia dewasa karena orang tersebut telah dianggap memiliki kemampuan dan daya pikir yang cukup untuk berkembang, berkarya, menciptakan serta menentukan arah kehidupannya sendiri.

Dalam hal ini, Indonesia menganggap bahwa usia 17 tahun adalah usia yang cukup dan pantas bagi seseorang untuk memasuki dunia pekerjaan, atau sering dibahasakan sebagai usia produktif bekerja.

Bisa dibilang, ketika seseorang telah berusia 17 tahun, cara berpikir dan bertindaknya, kiranya sudah menunjukkan adanya pola pemikiran untuk memikirkan masa depan, lebih bijaksana dalam memandang hidup, dan lebih siap menghadapi berbagai permasalahan. Dengan kata lain, ada kedewasaan dalam berpikir dan cara bersikap.

Akan tetapi pada kenyataannya, meskipun sudah memasuki usia dewasa, masih banyak orang yang tetap memiliki sikap kekanak-kanakan. Secara psikologis, hal itu masih dimungkinkan karena perbedaan perkembangan mental, cara hidup bersosialisasi dan cara berpikir setiap orang tidaklah sama.

Adanya sikap kekanak-kanakan yang dimiliki oleh seseorang yang telah berusia dewasa masih dianggap dalam batas kewajaran apabila hal tersebut tidak membuat seseorang, dalam menjalani hari-hari dalam kehidupannya, masih harus ditopang oleh individu atau institusi di sekitarnya, dimana hal tersebut membuat dirinya “seakan-akan” tidak mampu mengembangkan diri serta produktifitasnya dalam bekerja.

Apabila telah memasuki usia dewasa, tidaklah salah apabila seseorang masih memiliki sifat kekanak-kanakan dalam dirinya. Apalagi apabila orang tersebut masih dalam batasan usia dewasa muda, yaitu berkisar antara usia 17 hingga 25 tahun.

Kecenderungan masih timbulnya sifat kekanak-kanakan tersebut masih dimungkinkan karena banyak orang dalam batasan usia tersebut, masih mengikuti jenjang pendidikan sekolah menengah atas atau tingkat akademi/universitas.

Timbulnya sifat kekanak-kanakan pada usia di atas dewasa muda (yaitu mereka yang telah berusia diatas 25 tahun), akan memiliki penilaian atau arti yang berbeda.

Dikatakan demikian, karena sifat kekanak-kanakan tersebut terkadang masih diperlukan untuk menciptakan suasana hati dan pikiran yang balance, serta untuk menghindari atau membantu mengurangi tingkat kejenuhan yang tinggi, dimana hal tersebut dapat berakibat pada naiknya tingkat stress pada diri seseorang.

Namun patut diingat, itu dapat terjadi apabila masih dalam batas-batas kewajaran dan toleransi lamanya waktu, serta tidak mengakibatkan aktifitas pokoknya atau aktifitas orang lain, menjadi terganggu.

Disebutkan berkaitan dengan toleransi waktu, karena sifat kekanak-kanakan pada orang dewasa, dianggap sudah melewati batas kewajaran, apabila apa yang dilakukannya telah menyita banyak waktunya sehingga dirinya tidak lagi menjadi produktif atau menghiraukan kehidupan disekitarnya, bahkan perkembangan kehidupannya sendiri.

Biasanya, sifat kekanak-kanakan tersebut cenderung timbul atau disalurkan dalam bentuk kesenangan atau hobby seseorang akan sesuatu.

Penyaluran hobby orang dewasa yang berkaitan dengan sesuatu dan dianggap berbau kekanak-kanakan, adalah sebuah upaya untuk menciptakan refreshing hati dan pikiran dengan cara melakukan kembali berbagai kesenangan yang pernah dilakukannya sewaktu masih kecil dulu.   

Kecenderungan yang ada, aktifitas kekanak-kanakan yang berkaitan dengan hobby seseorang tersebut, adalah sesuatu yang berhubungan dengan permainan atau mainan yang dulu seringkali dimainkannya atau di koleksinya.

Membangkitkan imajinasi melalui penyaluran hobby di masa kecil, merupakan salah satu upaya untuk mengurangi tingkat stress dan menjaga stabilitas mental seseorang.

Akan tetapi, pada sejumlah orang, sikap kekanak-kanakan tersebut justru timbul atau terjadi pada pola pikir dan sikapnya.

Apabila dikaitkan dengan sikap kekanak-kanakan tersebut biasanya terjadi dalam bentuk sikap manja seseorang namun secara berlebih-lebihan.

Sikap manja mungkin bukanlah sebuah sikap kekanak-kanakan. Namun apabila terjadi secara berlebih-lebihan, maka orang lain akan mengategorikannya sebagai sebuah sikap yang kekanak-kanakan.

Apalagi apabila sikap manja tersebut seringkali diikuti oleh sikap “ngambek” yang diluar batas kewajaran (seperti contoh, upaya ngambek selama berhari-hari tanpa ada kejelasan apa yang sebenarnya dituntut dan kapan ngambek itu akan berakhir).

Ngambek adalah satu bentuk sikap protes, yang ditunjukkan dengan mendiamkan atau bersikap pura-pura acuh, agar keinginan yang di protes atau dituntutnya, dapat segera dipenuhi oleh orang lain.

Apabila intensitas ngambek tersebut terjadi dalam tempo waktu yang cukup lama atau terjadi secara berulang-ulang tanpa memiliki “konsep” yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap ngambek yang berlarut-larut tersebut, memiliki sikap yang kekanak-kanakan.

Berbicara yang asal-asalan, juga merupakan cerminan seseorang yang kekanak-kanakan. Seperti sudah disebutkan diatas, sikap dewasa adalah sikap seseorang yang telah dianggap memiliki kemampuan dan daya pikir yang cukup untuk berkembang, berkarya dan menciptakan serta menentukan arah kehidupannya sendiri.

Orang yang berbicara asal-asalan adalah sikap seseorang yang seringkali tidak memperhatikan suasana hati dan perasaan orang lain. Biasanya hal itu terlontar dalam bentuk joke-joke yang terlontar, namun berkesan kasar.  

Menciptakan suatu suasana “perdebatan kusir” (perdebatan dengan topik atau tema pembicaraan yang tidak jelas dan sepertinya tidak ada kata akhir), dapat dikatakan termasuk ke dalam bentuk sikap kekanak-kanakan.

Apabila seseorang sudah memasuki usia dewasa, maka sudah selayaknya orang tersebut telah memiliki cara berpikir dan cara mengajukan argumentasi yang logis, masuk di akal serta cerdas.

Selayaknya, dalam sebuah perdebatan, seseorang yang telah menginjak usia dewasa,  tidak juga mengajukan argumentasi-argumentasi konyol/tak masuk akal, apalagi tetap  memaksakan diri untuk terus menggunakan ego-nya agar pendapat yang diajukannya dapat di terima orang lain.

Pada sisi yang lain, orang yang berbicara asal-asalan merupakan sifat defensif, yang cenderung terjadi dikarenakan dirinya tidak siap menjawab suatu pertanyaan atau keadaan, namun dinyatakan dalam gaya bahasa yang seenaknya, tidak terlihat cerdas serta nampak tidak dipikirkan terlebih dahulu (tidak sesuai dengan usia, tingkat pendidikan serta kemampuannya).

Gaya berkata dan berpikir yang demikian (asal-asalan) apabila terjadi pada masa usia dewasa, adalah sesuatu hal yang bersifat kekanak-kanakan.

Jadi bisa dibilang, masih memungkinkan bagi semua orang yang telah dianggap dewasa atau memang telah memasuki usia dewasa, untuk memiliki sikap kekanak-kanakan. Namun penilaian apakah seseorang memang selalu bersifat kekanak-kanakan, sangat tergantung pada bagaimana cara dan gaya seseorang tersebut mengungkapkan sikap kekanak-kanakan nya itu.

Penilaian tersebut juga tergantung pada intensitas atau lamanya waktu yang digunakan seseorang tersebut dalam mengungkapkan sikap kekanak-kanakan tersebut secara terbuka. Makin sering terjadi, terucap dan terungkap, maka sangat besar kemungkinan orang tersebut memang memiliki sikap serta sifat dasar untuk terus berlaku kekanak-kanakan.

Belajar untuk berkata dan mengungkapkan pendapat secara baik, masuk di akal dan cerdas, merupakan salah satu bentuk agar seseorang tidak di nilai memiliki sikap atau sifat kekanak-kanakan.

Kewajaran merupakan kata kunci… apabila sudah melewati batas kewajaran, orang lain bisa menilai demikian.

Akan tetapi, sebelum menilai, seharusnya seseorang harus juga sadar, bahwa pada dirinya juga ada sikap dan sifat kekanak-kanakan, yang besar kemungkinannya, dapat ditertawakan oleh orang lain karena sudah menggunakan sikap dan sifat kekanak-kanakan yang ada pada dirinya tersebut, sebagai senjata dirinya…untuk mengelak atau untuk mencoba menjatuhkan orang lain.

Kira-kira demikian dulu pembahasannya. Mudah-mudahan berkenan di hati.


Keep on smiling face... GBU everybody


.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
3 Responses
  1. Christine . Says:

    Memang benar sering kali kita temui orang-orang dewasa masih bertingkah laku kekanak-kanakan, yg artinya mereka belum dewasa.

    TFS


  2. Jessi Lie Says:

    Umur seseorang belum menjamin kedewasaan seseorang ya ? TFS :)


  3. mas... childish bisa tidak terbentuk karena si orang sengaja membentuknya. kayak orang latah. dulunya ga latah, tapi dibikin2 akhirnya keterusan. mungkin childish dulunya ingin diliat imut, seakan2 anak2. tapi jadi nyebelin aja. kalo aku sih melihatnya sangat tergantung pada bagaimana kita mampu mengendalikan perilaku dan menyeimbangkan rasio.


Post a Comment