My Mind
P E M I M P I N



Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi.
(Pengkhotbah 4 : 13)


Hidup sebagai seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Seluruh pandangan mata dan harapan dari orang-orang yang dipimpin, akan selalu tertuju kepada seorang pemimpin. Ini merupakan realita tantangan kehidupan yang menarik untuk dilakukan oleh seseorang yang telah diangkat atau ditunjuk sebagai seorang pemimpin.

Meskipun amanat untuk menjadi seorang pemimpin dapat dilaksanakan dengan baik, namun masih ada kemungkinan, adanya pertentangan sikap dari sejumlah orang yang bersikap apatis, skeptis, pesimis atau lebih memilih untuk bertindak sebagai oposisi, atas pola dan gaya kepemimpinan seseorang.

Adanya sikap tidak menyetujui kepemimpinan tersebut, patut dicermati serta disikapi dengan bijaksana dan penuh kearifan dari seorang pemimpin. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus aktif mengkomunikasikan setiap rencana kerja yang ingin dilakukan atau telah dilakukan untuk memajukan orang-orang yang dipimpinnya.

Oleh karena itu, seorang pemimpin selayaknya bisa menampilkan perilaku dan sikap seseorang yang dapat menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin selayaknya bisa menjadi seorang pendengar yang baik, dalam arti, dapat menerima adanya kritikan, keluh-kesah, atau bahan masukan pemikiran lainnya, yang disampaikan kepadanya.

Ketika semuanya itu telah terjadi, seorang pemimpin selayaknya bisa menterjemahkan setiap bahan pemikiran yang didengarnya itu, sebagai bahan koreksi diri serta bahan informasi faktual, untuk dipergunakan dan dikembangkan dalam menjalankan strategi usaha yang ingin diterapkannya.

Jadi, seorang pemimpin itu sebaiknya memiliki kemampuan memanajemen berbagai hal, untuk menghadirkan perubahan daya dukung keuangan maupun ekonomi kearah yang lebih baik bagi orang-orang yang dipimpinnya, disetiap sisi kehidupan.

Catatan sejarah menunjukkan, banyak pemimpin bangsa, perusahaan, atau lingkungan dinilai berhasil mengangkat kemampuan keuangan atau ekonomi orang-orang yang dipimpinnya, sehingga dirinya disenangi, dihormati, serta disegani, tidak hanya oleh orang-orang yang dipimpinnya, namun juga dari lingkup komunitas masyarakat yang lebih besar.

Dalam hal ini, baiknya pola kepemimpinan seseorang, akan menghadirkan suatu sikap respek dan tanda pengakuan diri, karena mereka menghargai usaha dari para pemimpin yang mampu meningkatkan derajat kemampuan ekonomis orang-orang yang dipimpinnya sehingga hidup mereka menjadi lebih baik atau lebih sejahtera.

Namun, sikap respek dan pengakuan dari orang-orang yang dipimpin dapat berubah apabila periode kepemimpinan seseorang, dianggap sudah terlalu lama, seakan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menggantikannya.

Kecemburuan sosial dan rasa tidak senang dari sejumlah orang akan muncul sebagai suatu sikap menentang maupun tidak suka, akan era kepemimpinan yang terlalu lama dari seorang pemimpin.

Pola kepemimpinan menjadi tidak lagi stabil untuk mengupayakan adanya kemajuan dari komunitas masyarakat yang dipimpinnya. Terlalu lamanya masa kepemimpinan, bisa membuat seorang pemimpin menghadirkan ego dan adanya keinginan untuk bisa memenuhi kepentingan dirinya sendiri ataupun orang-orang yang ada disekitarnya, dengan memanfaatkan kekuasaan yang ada padanya.  

Masa kepemimpinan yang terlalu lama, lambat laun akan menghadirkan sikap tamak, otoriter, arogan atau diktator dari seorang pemimpin. Pemimpin yang terlalu lama berkuasa, cenderung akan menonjolkan kekuatan-kekuatan yang ada padanya, yaitu untuk dapat mengamankan langkah, melanggengkan kekuasaan.

Upaya untuk memajukan orang-orang yang dipimpinnya, tidak lagi dijalankan dengan sepenuh hati dan dipegang teguh karena kehidupan sebagai seorang pemimpin, akan mulai diimbuhi oleh adanya keinginan untuk memenuhi segenap hasrat, menguasai satu atau sejumlah bagian materi tertentu, yang dianggap layak diterima dan dimiliki.

Berbagai dalih sengaja dihadirkan karena besarnya kepentingan-kepentingan pribadi yang ingin dijalankan atau dipenuhi, meskipun hal itu tidak merepresentasikan jati diri seorang pemimpin sejati.

Seharusnya, sang pemimpin melakukan otokritik atas periodisasi kepemimpinannya itu...

Hikmat dan prinsip-prinsip yang mewakili sikap bijaksana, lambat laun akan mulai tidak lagi dipakai sebagai dasar serta landasan pemikiran realis yang berkesesuaian, terutama dalam mengambil atau membuat keputusan, yang memungkinkan bagi setiap orang yang dipimpinnya, dapat hidup lebih baik dari waktu ke waktu.

Semakin lama seseorang berkuasa, akan semakin banyak hal-hal negatif yang muncul ke permukaan. Karakter telah terbentuk. Sifat diri sulit untuk dikoreksi. Apalagi usia tidak lagi muda, dimana kemampuan untuk berpikir serta menelaah segala sesuatunya secara obyektif, tidak lagi sebaik masa muda dahulu.

Oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya, tetapi hendaklah ia ingat akan hari-hari yang gelap, karena banyak jumlahnya.
(Pengkhotbah 11 : 8)

Rentang waktu yang terus bergulir, seharusnya membuat diri seorang pemimpin dapat lebih bersikap bijaksana dan berpikir realistis, bahwa tampuk kekuasaan yang terlalu lama ada padanya, sebaiknya tidak membuat diri seorang pemimpin menjadi terlena, membiarkan dirinya terlarung dalam besarnya keinginan untuk tetap eksis pada posisi sebagai seorang pemimpin.

Seorang pemimpin itu selayaknya menanamkan kesadaran diri dan terus mengingat didalam benak pikiran mereka, bahwa rasa simpati seseorang dapat pudar apabila ego dibiarkan menghadirkan keinginan untuk semakin lama berkuasa.

Seorang pemimpin harus mengingat, kalau musuh yang sesungguhnya itu bukanlah orang lain, namun dirinya sendiri, yang tak mampu menahan besarnya keinginan hati, dalam hal ini, terus berkuasa atau menguasai tampuk kekuasaan.

Kenapa demikian? Karena ketika keinginan hati tidak mampu terpuaskan, timbullah suatu keinginan yang sangat lekat dengan perbuatan atau pemikiran yang membawa serta dosa didalamnya.

Seorang pemimpin yang bijaksana harus memahami keadaan itu. Keinginan memang besar. Apabila tidak dikendalikan, keinginan daging akan semakin melemahkan iman.

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
(Pengkhotbah 3 : 1)

Bagaimana dengan kehidupan yang memimpin dari anak-anak Tuhan?

Tidak semua orang itu bisa menjadi seorang pemimpin. Ya, itu benar, karena memang harus ada individu-individu yang menjadi pekerja untuk menjalankan sebuah usaha.

Akan tetapi Tuhan telah menetapkan, bahwa kehidupan setiap anak-anak Tuhan itu, bukanlah sebagai ekor namun kepala. Kita mungkin saja tidak memegang jabatan atau diberi tanggung jawab untuk memimpin suatu tim kerja.

Namun itu bukanlah berarti, kalau setiap anak-anak Tuhan tidak bisa menunjukkan karakter diri mereka sebagai seorang pemimpin.

Rahasia kehidupan Allah atas orang-orang percaya, adalah hidup sejahtera, dipenuhi oleh berkat-berkat dan kemampuan yang lebih baik dari orang lain. Itu artinya, setiap anak-anak Tuhan dapat menunjukkan kinerja, wawasan, serta cara bertindak atau cara membuat keputusan, yang didasarkan pada cara berpikir seorang pemimpin.

Bernaungnya kuasa Roh Kudus dalam diri anak-anak Tuhan, membuat setiap orang percaya memiliki kualitas kemampuan dan kepintaran yang jauh diatas rata-rata dari pribadi manusia lainnya. Praktis, keadaan ini membuat setiap anak-anak Tuhan akan mampu menunjukkan segenap kemampuannya kepada orang lain.

Orang lain tidak akan bisa membantah, apabila setiap anak-anak Tuhan yang hidup takut akan Tuhan, merupakan individu-individu yang cerdas, memiliki kemampuan lebih baik dari yang lainnya, dan memiliki daya juang layaknya seorang juara.

Bila kita setia serta adil kepada Tuhan, maka hidup sebagai seorang pemimpin yang sesungguhnya, bukanlah sebuah mimpi namun dapat dinyatakan karena hadirat Tuhan melingkupi kehidupan kita.

Dan apabila Tuhan berkehendak demikian, tidak akan ada yang mampu menahannya.

Setiap anak-anak Tuhan akan menunjukkan kualitas hidup dan cara bergaul yang baik di mata masyarakat, dihargai, dihormati, dan juga disegani, karena Tuhan menyertai anak-anakNya. Kuat kuasa Tuhan akan bekerja serta melingkupi alur kehidupan dari setiap orang yang mengaku dan percaya padaNya.

Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.   (Pengkhotbah 10 : 10)

Tuhan akan menempa anak-anakNya, dengan segenap tantangan serta permasalahan. Tuhan tidak akan meninggalkan kita untuk hidup dalam kesusahan, karena pada saat tantangan dan masalah itu datang menghadang kita, Tuhan juga akan memberikan kita jawaban, bagaimana semuanya itu dapat diselesaikan dengan baik.   

Apabila kita menuruti jalan serta kehendak Tuhan, pada suatu waktu nanti, kita akan hidup sebagai seorang pemimpin yang sesungguhnya.

Mungkin, pada saat ini, kita hanyalah seorang anak buah, bukan seorang perwira atau manajer sebuah perusahaan. Tapi semuanya itu bukanlah hal yang mustahil untuk bisa kita capai karena kita adalah anak-anak Tuhan, kita memiliki Tuhan yang Agung dan Maha Kuasa. Tidak ada yang mustahil bagiNya.

Jangan khawatir akan masa depan, karena Tuhan akan memberikan kita kegemilangan hidup yang dilimpahi oleh karunia dan berkat-berkat dariNya.

Sekarang, tinggal bagaimana caranya kita memanfaatkan hikmat serta kuat kuasa Roh Kudus yang ada dalam diri kita, dan menempatkan Tuhan sebagai Pribadi yang paling utama, untuk menuntun kita agar dapat bersikap bijaksana, memiliki kemampuan diri, wawasan serta kepintaran yang melebihi orang lain.

Kita adalah pemimpin. Kita mampu menjadi pemimpin. Kita bisa karena kuat kuasa Tuhan ada pada kita.

Kiranya Tuhan Yesus yang teramat baik, menyertai masing-masing diri kita, serta Ia berkenan memberkati kita dalam kelimpahan anugerah dan sukacita kasih Allah.




.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
2 Responses
  1. putra hulu Says:

    Ini sama seperti seorang kakek yang saya kenal. Karena kelamaan berkuasa (32thn), dia lupa untuk "rela" meninggalkan tampuk kekuasaan. Sampai dia mati, dia malah ogah bicara dengan penggantinya; seperti kanak2 saja!


  2. yang berlalu, biarlah berlalu... kita pikirkan saja yang hari ini dan pemimpin yang akan datang...


Post a Comment