My Mind
Berdiam Diri Sejenak untuk Mendengarkan Suara Tuhan


Aku mau mendengar apa yang difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihiNya.
(Mazmur 85 : 9)

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman yang aktif dalam kegiatan blogging dan suka menuliskan tentang Kekristenan, menyampaikan sebuah pernyataan kepada saya. Adapun pernyataan teman saya itu : kalau ia merasa, sampai pada saat ini, dirinya belum pernah mendengarkan suara Tuhan.

Terus terang, saya cukup bingung membaca pernyataan yang telah dibuat oleh teman saya itu. Apakah itu memang sebuah kenyataan, atau hanya sebuah kelakar tidak lucu dari seorang teman?

Kalau saya dan rekan-rekan sekalian memperhatikan jumlah blog Kekristenan yang telah dipostingkannya, jelas kalau pernyataannya itu benar-benar membingungkan. Dirinya sudah menulis lebih dari 110 artikel. Adapun isi serta topik bahasan artikel yang dibuatnya pun, sepertinya telah melalui proses telaah dan pendalaman isi Firman Tuhan.

Bagaimana caranya teman saya itu dapat menuliskan begitu banyak artikel didalam blog mengenai Kekristenan, apalagi dengan mengambil kutipan pembahasan dan inspirasi tulisan dari Firman Tuhan selama ini? Mungkinkah teman itu menuliskannya tanpa ada naungan kuasa Roh Kudus yang bekerja atas dirinya?

Saya pribadi menyakini, setiap tulisan yang mengungkapkan tentang kebesaran kasih Allah kepada manusia dan bagaimana kuasa Allah ada didalam kehidupan ini, dapat dilakukan apabila pribadi penulisnya, berada dalam naungan kuasa Roh Kudus, yang membantu diri penulis tersebut sehingga bisa mengungkapkan apa dan bagaimana rahasia kebesaran Allah serta Kerajaan Sorgawi.

Rasul Paulus juga mengatakan, kalau segenap tulisan surat-menyurat yang dibuatnya selama ini, diperoleh dari adanya inspirasi dari Tuhan.

Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat.
(Efesus 3 : 2 – 3)

Dalam banyak kesempatan penulisan artikel Kekristenan yang selama ini telah saya jalani, meskipun thema, judul, maupun kerangka tulisan telah saya tentukan atau telah saya susun konsepnya dengan baik, namun, apabila diri saya tidak merasakan adanya naungan Roh Kudus turut bekerja untuk menolong dan membantu saya, maka saya tidak akan mampu menyelesaikan tulisan yang telah saya persiapkan itu.   

Hal yang sama juga pernah dinyatakan oleh seorang pendeta serta seorang blogger yang aktif menulis artikel mengenai Kekristenan kepada saya, yang mengatakan, mereka tidak mampu menyelesaikan satu karya pun, kalau Roh Kudus tidak turut bekerja pada saat mereka menulis artikel.

Benarkah pernyataan teman saya itu, kalau hati dan dirinya, memang tidak pernah mendengar adanya suara Tuhan dalam hati serta kehidupannya? Bagaimanakah dirinya dapat menuliskan begitu banyak artikel tanpa, dibimbing atau diarahkan Roh Kudus, Pribadi Roh yang merupakan bagian dari Tritunggal, yang ada pada diri setiap orang percaya?

Entahlah... Saya tidak ingin menduga-duga lebih jauh. Tapi saya ingin mengatakan bahwa setiap orang percaya, orang-orang yang beriman dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia, pasti bisa mendengar suara Tuhan didalam hati, di setiap alur kehidupannya.

Apabila orang-orang percaya ingin mengetahui bagaimana rahasia Tuhan dinyatakan langsung kepada mereka, Tuhan Yesus pernah mengajarkan tentang bagaimana cara serta bentuk kegiatan yang bisa orang-orang percaya lakukan, apabila mereka ingin mendengarkan suara Allah.
 
Tuhan Yesus mengatakan : Tetapi, jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
(Matius 6 : 6)

Konsepsi berdoa untuk mendengar suara Allah seperti yang diajarkan Tuhan Yesus itu, mengandung pengertian : apabila kita ingin mendengar suara Allah berbicara pada hati kita, tindakan yang perlu kita lakukan adalah menjauhkan diri kita dari keramaian atau hal-hal bisa membuat kita sulit merasakan hadirat Tuhan di sisi kita.

Berdiam diri dalam suatu ruangan tertutup, membuat kita lebih tenang memahami arti indahnya persekutuan dengan Allah, karena kita tidak membiarkan diri kita terganggu oleh adanya suara-suara dunia.

Pada saat Nabi Elia mendengar kalau Izebel, anak dari Etbaal, raja orang Sidon dan isteri dari raja Ahab, sedang mencari-cari dirinya untuk membunuhnya, ia pun berlari bersembunyi ke dalam sebuah gua. Didalam gua, yaitu suatu tempat tersembunyi dan jauh dari keramaian inilah, Elia mendengar suara serta merasakan hadirat Allah.

Sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.   (I Raja-raja 19 : 12)

Kepada Elia, suara Tuhan dinyatakan terlebih dahulu dalam bunyi angin sepoi-sepoi basa, sehingga Elia dapat mempersiapkan diri, menghadap hadirat Allah, yang ingin berbicara padanya.

Rekan-rekan sekalian,

Suara Allah dapat dirasakan apabila kita melakukan komunikasi dua arah, yang kita terima melalui FirmanNya, apabila kita datang dengan kesungguhan hati, menghadap hadirat Allah dalam doa permohonan, melakukan saat teduh didalam sebuah ruangan tertutup, dengan keheningan suasana, tanpa ada suara-suara lain yang mengganggu.

Keheningan perlu kita ciptakan dengan menghindari suasana gaduh atau suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi kita saat berbicara kepada Tuhan, karena suara dan suasana yang hiruk-pikuk, bisa membuat kita tidak dapat mendengar suara Tuhan, yang penuh arti dan membawa sukacita dalam kehidupan kita.

Banyaknya suara-suara asing, membuat kita seakan ditulikan, untuk bisa mendengar suara Tuhan didalam hati kita. Kita tidak bisa mendengar dengan baik, karena terpengaruh adanya suara-suara lain, yang mengganggu terdengarnya suara Allah didalam hati kita.

So, bagaimana caranya kita untuk bisa mendengarkan suara Tuhan, bukanlah sesuatu hal yang rumit. Sekarang, segala sesuatunya tinggal bagaimana kita meluangkan waktu untuk berdiam sejenak dalam keheningan, pada saat menghadap hadirat Allah, sehingga kita bisa mendengarkan dengan baik, suara Tuhan didalam hati kita.

Dan kita tidak lagi mempunyai alasan bahwa kita tidak pernah mendengarkan suara Allah Yang Maha Kuasa, didalam alur kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.


.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
4 Responses
  1. Mungkin saja teman Lae itu memiliki pengetahuan tentang Kekristenan tetapi tidak mengalami kekristenan itu sendiri. Meskipun itu sebenarnya mustahil kalau dia memiliki integritas yang tinggi. Tetapi bisa juga ungkapan itu hanya sekedar suara kerongkongan bukan suara hati. Songoni ma jolo.. horas


  2. Kita bisa mendengarkan suara Tuhan jika kita diam dan menyediakan waktu untukNya.......
    Tuhan berbicara kapan saja dan dimana saja.....

    Thanks for sharing Bang!


  3. Itulah sebabnya kenapa saya mengatakan sebagai sebuah pernyataan kelakar yang tidak lucu... karena pernyataan itu, tidak mungkin rasanya terjadi pada orang-orang yang beriman. Horas...


  4. Yup, you right. Tuhan memang berbicara pada kita kapan dan dimana saja.


Post a Comment