My Mind
Terafim

What is terafim?

Tidak banyak orang awam yang mengenal dan mengetahui apa itu terafim. Mungkin, hanya orang-orang yang aktif membaca dan mempelajari isi dari Firman Tuhan, serta orang-orang yang pernah pergi mengunjungi daerah Timur-Tengah atau jalan-jalan ke wilayah Israel saja yang mengetahui dan mengenal apa itu terafim.

Para ahli bahasa dan ahli arkeologi sendiri sampai dengan saat ini belum menyepakati akan akar kata dari terafim tersebut. Sehingga dapat dikatakan kalau terjemahan atau pengertian tentang terafim itu sendiri, masih belum bisa disebutkan dengan pasti.

Sejumlah kata dasar kemudian digunakan oleh para ahli tersebut sebagai penentu kata, yang dianggap bisa mendasari pengertian dari kata terafim itu sendiri. Beberapa kata dasar itu, antara lain : berasal dari kata rafa yang berarti menyembuhkan, kata taraf  yang artinya rusak atau busuk, serta kata repa’in yang memiliki arti kata, hantu.

Banyak pihak kemudian menyimpulkan kalau kata terafim itu sendiri, sebagai suatu benda berhala yang dipercayai sebagai dewa. Oleh karena benda berhala itu dimiliki masing-masing keluarga, maka bisa dikatakakan kalau terafim itu merupakan benda berhala yang diagungkan sebagai dewa-dewa milik keluarga.

Sedangkan dalam buku Ensiklopedia Umum halaman 1095 disebutkan, kalau terafim itu adalah benda berhala kuno bangsa Yahudi, yang dipakai dalam kegiatan meramal.

Terafim milik bangsa Yahudi ini, sangat mirip dengan benda berhala yang dinamakan Lares serta Penates, yaitu suatu benda simpanan yang menjadi simbol keberadaan dewa-dewa rumah di dalam lingkungan keluarga bangsa Romawi jaman dahulu.

Dalam Firman Tuhan, kata terafim pertama kali disebutkan dalam Kejadian 31 : 19. Isi dari ayat Firman Tuhan itu mengatakan :
Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya.

Wujud dari terafim itu sendiri, biasanya dirupakan dalam bentuk pantung, baik dalam ukuran besar maupun kecil.

Patung terafim berbentuk besar, biasanya diletakkan bangsa Yahudi di halaman depan rumah atau bagian dari aksesoris didalam rumah. Sedangkan terafim yang dicuri oleh Rahel dari ayahnya, Laban, merupakan terafim berbentuk patung kecil.

Apabila kita memperhatikan lebih jauh uraian Firman Tuhan yang menuliskan tentang terafim, maka dapat kita ketahui kalau terafim merupakan sebuah jimat, yang sengaja dimiliki untuk maksud penyembahan berhala, karena terafim dianggap sebagai simbol keberadaan dewa, khususnya dewa pelindung keluarga, yang dipercayai oleh bangsa Yahudi pada saat itu.

Oleh karena itu bisa dikatakan, kalau pada jaman Perjanjian Lama, kehidupan bangsa Yahudi, memang masih dipengaruhi oleh adanya sikap percaya kepada dewa-dewa, bukan kepada Allah. Apabila kita memperhatikan uraian dari isi ayat Firman Tuhan yang tercatat dalam Kejadian 31 : 19 diatas, maka sangat besar kemungkinan, kalau sikap percaya bangsa Yahudi pada para dewa tersebut, memang telah ada semenjak jaman sebelum kehidupan Abraham, Bapak orang percaya, di bumi ini.

Sikap percaya bangsa Yahudi pada dewa-dewa tersebut, bahkan masih terus berlanjut, meskipun bangsa ini telah mendapatkan urapan kasih Allah, yaitu pada saat bangsa Yahudi telah melalui masa kepemimpinan para Hakim-Hakim, pada saat bangsa Israel berbentuk kerajaan, dan pada saat bangsa Israel telah melalui kehidupan pada jaman sesudah pembuangan.

Hal ini bisa kita temukan dalam sejumlah catatan sejarah kehidupan bangsa Yahudi yang diungkapkan dalam Firman Tuhan, terutama pada peristiwa yang menyebutkan keberadaan terafim pada kisah kehidupan sejumlah tokoh dalam Firman Tuhan.

Catatan mengenai adanya terafim pada bangsa Yahudi yang tertulis di dalam Firman Tuhan, dapat ditemukan pada kitab Hakim-Hakim 17 : 5 dan Hakim-Hakim 18 : 31, lalu dicatatkan pula pada kitab I Samuel 15 : 23, kitab I Samuel 19 : 13 – 16, dan bisa pula di lihat dalam kitab II Raja-Raja 23 : 24, kemudian disebutkan pula didalam di dalam kitab Hosea 3 : 4, kitab Yehezkiel 21 : 21, serta kitab Zakaria 10 : 2.

Apabila kita memperhatikan latar belakang kisah yang terdapat dalam sejumlah ayat Firman Tuhan tersebut diatas, maka akan dapat kita temui, bahwa peristiwa-peristiwa yang melibatkan tokoh-tokoh didalam Perjanjian Lama itu, terjadi karena adanya niat atau pikiran yang tidak baik, dan terjadinya suatu keadaan yang membuat para tokoh itu tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dalam kisah Rahel mencuri terafim milik bapaknya, Laban, tujuan dari pencurian itu adalah untuk mendapatkan harta warisan 2 kali lebih besar dari yang lainnya, apabila bapaknya meninggal dunia.

Hal ini didasarkan penemuan arkeologis yang menyatakan kalau pemilik terakhir dari terafim yang telah diwariskan oleh kepala keluarga pemilik terafim, berdasarkan adat istiadat serta kebiasaan bangsa Yahudi, memiliki hak untuk memperoleh besaran harta warisan 2 kali lebih banyak dari pihak lainnya.

Untuk bisa mempertahankan terafim yang dicurinya agar dapat tetap dimiliki, Rahel sendiri membohongi bapaknya Laban, sehingga terhindar dari sikap curiga bapaknya yang sedang mencari terafim miliknya yang hilang karena telah dicuri Rahel. Ucapan kebohongan Rahel dapat dilihat dalam kitab Kejadian 31 : 35.

Pada kisah yang dicatatkan dalam kitab Hakim-Hakim diatas, diketahui kalau terafim dan efod yang dibuat Mikha, ditujukan Mikha untuk menipu dirinya sendiri, sampai dirinya mempercayai kalau Allah akan memberkati dirinya (Hakim-Hakim 17 : 13). Padahal Mikha sendiri adalah seseorang yang tidak tunduk atas kehendak Allah.   

Tuhan mengetahui isi hati serta niat tidak baik dari Mikha tersebut. Oleh karena itu, keinginan dari Mikha itu tidak terjadi seperti yang diinginkannya.

Bagaimana dengan kisah yang terdapat kitab I Samuel diatas? Dalam kisah yang ada didalam I Samuel pasal 19 tersebut, para utusan raja Saul berhasil ditipu oleh Mikhal.

Mikhal memanfaatkan terafim yang diletakkan didalam sehelai tenunan bulu kambing serta meletakkannya diatas tempat tidur, karena ia ingin melindungi keberadaan Daud, yang sempat bersembunyi di rumahnya Mikhal, karena Daud sedang dikejar dan ingin dibunuh oleh raja Saul (I Samuel 19 : 13 – 16).

Oleh karena tindakan Mikhal itu, Daud luput dari tindakan jahat yang ingin dilakukan oleh raja Saul atas dirinya. Pada sisi yang berbeda, raja Saul justru semakin menjauh dari Tuhan karena terafim yang digunakan Mikhal adalah terafim milik raja Saul.

Salah satu penyebab raja Saul dianggap tidak layak dihadapan Tuhan, adalah karena raja Saul memiliki dan menggunakan terafim, untuk keberhasilan dirinya.

Tuhan menganggap, tindakan raja Saul memiliki terafim itu, adalah suatu kesalahan besar. Keadaan ini membuat Tuhan menarik hadiratNya atas raja Saul.

Hal ini dicatatkan dalam kitab I Samuel 15 : 23.
Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.

Tuhan memang sangat tidak menginginkan kalau anak-anak Tuhan memiliki ataupun menggunakan terafim, karena hal itu menunjukkan sikap mendua dalam percaya dan beriman kepadaNya.

Pada jaman Perjanjian Lama, Allah sendiri sudah menyampaikan laranganNya, agar bangsa Israel tidak bersikap mendua hati dalam hal taat beriman kepadaNya. Perintah itu dinyatakan Allah dengan menghadirkan Taurat yang langsung dituliskannya diatas 2 loh batu, dan disampaikan kepada Musa.

Ketahuilah, perintah dan larangan itu tetap berlaku sampai sekarang…


Penyembahan Berhala Orang Kristen di Indonesia

Bangsa Yahudi memiliki terafim, bagaimana dengan kehidupan orang-orang percaya saat ini, terutama orang-orang percaya di Indonesia?

Rasa-rasanya cukup sulit untuk dipungkiri kalau kehidupan masyarakat kita, terutama dari generasi tua, masih sangat kental memegang teguh prinsip-prinsip yang melekat dalam adat istiadat kedaerahan maupun nilai-nilai kepercayaan dari warga keturunan. Hal ini memungkinkan adanya sejumlah kecil orang-orang Kristen di Indonesia, yang masih mempercayai adanya mitos-mitos yang berasal dari nenek moyang mereka.

Kehidupan yang kental dengan adat istiadat kedaerahan, membuat sebagian dari orang Kristen di Indonesia, masih mempercayai besarnya kekuatan magis yang dimiliki oleh para dukun kampung, yang kehadirannya dianggap masih diperlukan, khususnya pada saat memulai prosesi ritual bernuansa magis pada suatu kegiatan upacara adat, dimana kemampuan para dukun tersebut dipakai untuk mendatangkan atau penyembahan dari para arwah yang dipercayai ada oleh masyarakat adat tertentu.

Entah maksudnya apa, pada sejumlah kegiatan ritual magis yang diadakan oleh para dukun pada acara adat suatu masyarakat daerah, doa kepada Tuhan juga dipanjatkan.

Meskipun tidak memegang teguh prinsip-prinsip adat, ada juga sejumlah orang-orang Kristen di Indonesia, diketahui dan diakui, masih menyimpan benda-benda tertentu, yang mereka percayai sebagai sebuah jimat atau benda keramat yang bisa melindungi atau dinilai mampu membawa berkah keselamatan atau kekayaan pada mereka.

Benda-benda tertentu yang dikatakan sebagai jimat atau benda keramat itu, dikatakan sebagai pemberian “orang pintar” yang mereka temui, atau dari pemberian para orang tua mereka.

Tidak hanya itu. Ada juga bagian dari orang-orang Kristen di Indonesia, yang masih mendatangi secara teratur tempat-tempat yang dianggap “keramat” oleh masyarakat, untuk mendapatkan “ilham” agar bisa menemukan jodoh, meraih kekayaan, ataupun untuk mencari perlindungan dari dunia roh yang ada di tempat yang dianggap keramat atau tempat bermukimnya kuasa-kuasa roh tersebut.

Kehidupan masyarakat yang lekat dengan adat istiadat atau budaya yang diturunkan secara turun-temurun, memang sangat familiar dengan adanya mitos-mitos yang hadir sebagai sebuah kepercayaan, dan upacara-upacara adat yang didahului dengan ritual bernuansa magis.

Sikap yang ditunjukkan oleh kelompok generasi tua yang masih memegang teguh prinsip serta kaidah-kaidah adat istiadat nenek moyang tersebut, hampir sama dengan sikap yang dimiliki oleh bangsa Yahudi di jaman Perjanjian Lama. Meskipun mereka sudah mengenal Tuhan dan kehidupan sudah bergerak kearah terciptanya masyarakat modern, namun sebagian besar generasi tua dari masyarakat adat tersebut, masih sulit untuk melepaskan diri dari keterikatan sejarah kehidupannya dengan adat serta leluhur mereka dahulu.

Pertentangan 2 prinsip kepercayaan tersebut (percaya kepada Tuhan dan percaya pada adanya roh-roh nenek moyang), anehnya, pada sejumlah anggota masyarakat, justru dilakukan seiring dan sejalan.

Bahkan, pada kelompok komunitas masyarakat tertentu, prinsip-prinsip adat istiadat daerah mereka, cenderung lebih berpengaruh dan lebih dihormati, dibandingkan sikap percaya kepada Tuhan, karena mereka masih terus-menerus tanamkannya pada suatu sikap untuk tidak melupakan leluhur dan aturan adat istiadat mereka.

Ketergantungan mereka pada adat istiadat itu, membuat adanya sikap percaya serta beriman kepada Tuhan, cenderung hanya ditempatkan sebagai status semata, karena faktor legalitas iman kepercayaan yang diakui negara.

Tatanan kehidupan masyarakat generasi muda, cenderung mengarah pada keinginan diri untuk mencari kebenaran serta pencarian terhadap adanya nilai-nilai kepercayaan yang dianggap paling benar menurut hati dan pikirannya. Generasi muda pada saat ini memang cenderung berusaha untuk melepaskan diri dari keterikatan pada nilai-nilai adat istiadat yang melekat pada masyarakat daerah.

Keadaan ini bisa terbentuk karena besar serta kompleksnya permasalahan hidup yang harus dijalani oleh generasi muda pada saat ini, membuat diri mereka cenderung tidak ingin terikat oleh hal-hal yang dianggap bertele-tele, tidak harus dilakukan lagi, atau dianggap tidak sesuai dengan perkembangan jaman.

Oleh karena besarnya keinginan pencaharian jadi diri dari kelompok generasi muda terhadap iman kepercayaan yang ingin dianutnya, keadaan ini membuat sebagian dari mereka, menghadirkan pula adanya keinginan untuk menempatkan iman kepercayaan mereka, tidak hanya kepada Tuhan, meskipun mereka telah menerima dan mengakui Tuhan sebagai Pribadi Yang Maha Kuasa.  

Dalam hal ini, sikap percaya kepada Tuhan, tidak diungkapkan dengan sepenuh hati karena masih memberikan sebagian ruang dalam hati serta pikiran mereka, terhadap adanya sikap percaya yang dianggap bisa memuaskan kebebasan atau kemerdekaan dalam bersikap atau menentukan pilihan keimanan mereka, diluar kekuasaan maupun kebesaran nama Tuhan.  

Diketahui kalau pada saat ini, masih ada bagian dari orang-orang muda Kristen, yang mempercayai serta aktif menjalani ritual dalam bentuk ramalan-meramal, sejumlah anak muda lainnya mengaminkan pernyataan tentang masa depan yang diungkapkan horoskop atau zodiak, adanya juga yang mempercayai ucapan dari paranormal, dukun maupun cenayang, dan beberapa lainnya, menyimpan maupun menggunakan satu atau lebih, benda-benda yang dikatakan sebagai jimat.     

Mereka menyadari kalau semua itu tidak berkenan di mata Tuhan, akan tetapi mereka tetap melakukan tindakan-tindakan penyembahan atau memiliki benda-benda berhala, serta mempercayai apa yang dikatakan oleh ahli-ahli nujum.

Kenapa anak-anak Tuhan bertindak seperti itu?

Ada beberapa hal yang menyebabkan sejumlah orang muda Kristen bersikap percaya kepada ahli nujum, memiliki benda berhala atau bahkan menyembah berhala.

Pertama, mereka memang tidak menjaga atau bahkan memiliki sikap setia,  meyakini, dan percaya dengan penuh sungguh-sungguh dalam beriman kepada Tuhan.

Sikap tidak setia anak-anak Tuhan yang ditunjukkan dengan mengikuti aktifitas ritual bernuansa magis atau mempercayai kata-kata dari paranormal, cenayang, dukun, atau ahli nujum, merupakan refleksi dari pernyataan sikap, bahwa mereka memang tidak dalam posisi melatih kekokohan iman mereka untuk tetap setia serta percaya kepada Tuhan, namun mencobai Tuhan dengan cara menghampiri dunia roh-roh jahat yang tidak datang dari Tuhan.

Kedua, mereka tidak sabar untuk menunggu Tuhan merealisasikan doa yang mereka panjatkan. Besarnya keinginan yang ada didalam hati manusia, membuat manusia itu  berusaha untuk mencari cara, yang dianggap efektif dapat membuat diri mereka dapat segera meraih apa yang diinginkannya, selain berharap kepada Tuhan atau menunggu realisasi doa yang dijawab Tuhan.

Dengan kata lain, bagian dari anak-anak Tuhan tersebut, tidak mau bersabar untuk menunggu, rencana indah Tuhan atas kehidupan mereka diwujudkan.

Ketiga, adanya sikap sombong manusia untuk sama atau menyerupai Pribadi Tuhan.

Besarnya keinginan daging manusia, bahkan sampai pada posisi adanya keinginan diri untuk sama seperti Tuhan. Hal ini bisa dilihat dari dilaksanakannya kegiatan ritual bernuansa magis, yang manusia itu lakukan, untuk mendapatkan kekuatan diri atau tampuk kekuasaan yang jauh melebihi ataupun tidak dimiliki pribadi manusia lainnya.

Sejumlah ritual magis atau benda-benda jimat yang sengaja dimiliki, bahkan ada yang diperoleh untuk maksud dan tujuan agar bisa menguasai atau mengendalikan orang lain, dimana orang lain menjadi tunduk kepada keinginan dari orang yang melakukan ritual tersebut.

Perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia, untuk maksud melaksanakan rencana atau mendapatkan keinginan seperti yang mereka inginkan namun tidak dalam urapan tangan Tuhan, merupakan perbuatan jahat di mata Tuhan.

Allah menganggap, adanya upaya manusia untuk menyembah berhala, mempercayai ucapan dukun, paranormal, cenayang, ahli nujum dan ramalan horoskop/zodiak, serta upaya untuk membuat maupun memiliki jimat, adalah sama dengan tindakan penyembahan berhala dan mendukakan hati Tuhan.

Tindakan penyembahan berhala, merupakan sebuah perbuatan manusia untuk menyembah barang ciptaan Tuhan dan bukan kepada Tuhan itu sendiri. Manusia mencoba untuk mencari hikmat dari benda-benda mati atau daya hayal para peramal, sehingga seakan-akan mereka telah memperoleh hikmat dari Tuhan.

Mereka membohongi diri sendiri, mengingkari sikap percaya dan iman mereka kepada Tuhan dengan menggantikan Kemuliaan serta Kebesaran nama Tuhan dengan sesuatu hal yang tidak fana, yaitu ungkapan-ungkapan sesat dari orang-orang yang menghadirkan penyesatan, atau melalui tindakan, membuat benda berhala untuk disembah dan diimani.

Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau  binatang-binatang yang menjalar.   (Roma 1 : 22 - 23)

Firman Tuhan yang mencatatkan bagian pertama dan kedua dari sepuluh Hukum Taurat Allah dengan jelas memberikan kita peringatan, yaitu sebuah larangan keras untuk tidak mencoba menghadirkan adanya allah lain selain Kebesaran nama Tuhan, dalam bentuk, rupa, atau wujud apapun.

Dalam beriman kepadaNya, Tuhan tidak pernah meminta lebih dari kita. IA hanya meminta kita untuk tetap setia, menjaga kekokohan iman kita, sikap dan rasa percaya, serta perilaku kita yang menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang meyakini kebesaran kuat kuasaNya atas seluruh alam semesta.

Apabila kita, anak-anak Tuhan yang dikasihiNya, dapat melakukannya, IA menjanjikan kehidupan kekal, sebuah sukacita abadi yang terlepas dari siksa serta amarah Allah pada saat hari penghakiman.

Kepada mereka yang sudah sempat atau masih melakukan penyembahan berhala, masih percaya pada ucapan para paranormal, cenayang, ahli nujum, maupun ungkapan-ungkapan kosong yang dituliskan dalam horoskop atau zodiak, serta memiliki jimat untuk dipercayai membawa perlindungan atas diri sendiri, mari, kembali pada Yesus.

Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita, bahwa diriNya-lah jalan dan keselamatan dan hidup. Hanya melalui sikap percaya kepadaNya-lah, kita dimenangkan serta dianggap layak di mata Tuhan dan berhak mendapat tempat didalam Kerajaan Sorga.

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
(Yohanes 14 : 6)

Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.



.Sarlen Julfree Manurung


SATUKAN SUARA, SATUKAN HATI, UNTUK KEMAJUAN, KEDAMAIAN, DAN KESEJAHTERAAN BANGSA INDONESIA...


Catatan :
Tulisan mengenai TERAFIM, diambil dari bahasan dengan judul yang sama pada buku renungan untuk pribadi, keluarga dan kelompok Manna Sorgawi, edisi Januari 2004, No. 70 tahun VI. Ditulis kembali dengan versi dan gaya saya dengan tidak mengurangi esensi tulisan.






Labels: | edit post
2 Responses
  1. thanks for infonya bang.Gbu



Post a Comment