My Mind
Pada dasarnya, segala sesuatu yang kita lakukan, memiliki konsekuensi yang harus kita tanggung, apakah itu terkait dengan perbuatan baik atau perbuatan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Dalam hal ini, konsepsi hukum tabur-menuai, akan terjadi didalam setiap tindakan atau pernyataan yang kita perbuat atau kita nyatakan pada saat kita membuka komunikasi dalam pergaulan dengan orang lain.
 
Segenap pikiran, perkataan, serta tindakan kita, merupakan bibit yang akan menghasilkan satu atau sejumlah konsekuensi yang akan kita tuai, apakah kita akan menuai berkat, atau akan menuai hukuman.

Hukuman diberikan karena masing-masing kita memang harus bertanggung jawab atas segenap pemikiran, perkataan serta perbuatan sia-sia yang kita lakukan atau nyatakan kepada orang lain. Itu adalah pilihan kita.

Pemikiran, perkataan dan perbuatan sia-sia, sama seperti pemikiran, perkataan, maupun perbuatan yang dilakukan atau diucapkan dengan landasan iman, dimana pemikiran, perkataan dan perbuatan tersebut, mempunyai pengaruh besar, tidak hanya kepada orang lain namun juga kepada diri sendiri, dan akan menghadirkan tuaian pula, yaitu hukuman kepada orang yang mengadakannya.

Bentuk-bentuk hukuman tidak hanya berupa dera fisik, namun bisa juga berupa dera batin. Padahal, penderitaan batin lebih sulit untuk diobati karena melukai perasaan. Ketika perasaan harus menderita, dibutuhkan waktu panjang untuk bisa memperbaiki keadaan, terutama kesadaran atau keinginan hati untuk kembali hidup serta berinteraksi seperti sedia kala.

Adanya suatu pola pemikiran yang kita rupakan dalam bentuk perkataan atau perbuatan, sering kali harus sikapi dengan pemahaman dan analisia umum terlebih dahulu, sehingga ide kreatif yang berasal dari pikiran kita, tidak membuat kita menuai hal-hal yang tidak baik.

Ucapan-ucapan yang kita nyatakan kepada orang lain, hendaknya membawa manfaat atau mengandung nilai-nilai positif kehidupan, dimana komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain, tidak akan menghadirkan suatu kondisi yang tidak menyenangkan di kemudian hari.

Tindakan nyata yang kita lakukan, sebaiknya tidak memancing hadirnya suatu kondisi yang saling mempertentang-tentangkan hal-hal yang prinsipil, tidak membuat orang lain terpancing emosinya, dan tidak menginspirasi orang lain untuk berbuat jahat, kasar, atau kekerasan.

Makna yang terkandung dari pernyataan diatas, segala sesuatu yang kita lakukan pada atau untuk orang lain, selayaknya membawa nilai-nilai korektif dan kritis pada diri sendiri, dimana segala sesuatu yang nyatakan serta kita lakukan pada saat membangun komunikasi individual atau kelompok dengan orang-orang yang berada di lingkungan di sekitar kita, tidak menghadirkan sesuatu hal yang bisa mendukakan orang lain.

Artinya : Janganlah kita membangun dinding dosa bagi orang lain...

Kita harus sebisa mungkin dapat mendisiplinkan sikap dan perilaku kita untuk tetap melakukan hal-hal yang benar dan tidak mengundang dosa bagi orang lain serta diri sendiri.

Pada sisi yang lain, jangan pula kita cepat menterjemahkan rasa kesal, tidak senang, dan emosi kita kepada orang lain pada saat kita menerima suatu kondisi tidak menyenangkan yang dihadirkan orang lain tersebut, kepada kita.

Sebagai seorang yang beriman, sesungguhnya kita memiliki otoritas untuk melepaskan kuasa kasih dan kebenaran yang berasal dari benak pikiran kita, ucapan kita, serta perbuatan kita, karena prinsip-prinsip iman tidak menentukan diri kita untuk memperoleh hukuman.

George B.S mengatakan : "Manusia menjadi matang/bijaksana bukan semata karena pengalaman hidupnya, melainkan berdasar sikap dan kapasitasnya terhadap pengalaman tersebut."

Belajar dari pengalaman hidup, merupakan upaya kita untuk menghindari diri kita untuk terlalu sering berbuat salah atau mengulangi berbagai kesalahan yang pernah kita lakukan, yang sesungguhnya, memang tidak perlu kita ulangi lagi.

Akan tetapi, cara terbaik agar kesalahan tidak lagi terulang, kita refleksikan seluruh alur kehidupan kita pada prinsip-prinsip kehidupan yang dinyatakan dalam Firman Tuhan.

Bagaimanapun, Firman Tuhan merupakan "sebuah Buku Besar" kehidupan, yang bisa membawa kita kearah hidup yang lebih baik dan adanya pembaharuan hidup, sehingga hidup kita menjadi lebih bergairah serta terarah.

Yaaa... Firman Tuhan merupakan senjata dan panduan hidup kita. Dalam hal ini, senjata Allah tersebut diterangkan dalam kitab Efesus 6 : 10 - 18, yang menyebutkan "pedang Roh" adalah Firman Tuhan.

Firman Tuhan merupakan senjata yang terucapkan (RHEMA) yang bisa kita pergunakan untuk mengendalikan dan mendisiplinkan diri kita untuk mengucapkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Tuhan Yesus merupakan contoh kita untuk dapat bertindak benar dan mengalahkan keinginan untuk berbuat jahat, kasar, atau brutal sekalipun, karena Yesus adalah Sumber Kasih yang telah mengalahkan Iblis (saat dicobai) dan kematian. Kita bisa mencontoh segenap perbuatan yang Tuhan Yesus lakukan pada saat Ia hadir sebagai Manusia di bumi ini.

Apabila kita sudah sempat berbuat salah, jangan tabukan diri kita untuk mengucapkan kata MAAF, dan jangan lupa juga untuk memohon pengampunan dosa pada Tuhan, karena memang kita sering lalai untuk melakukannya.

Kita mampu untuk melakukan apapun... apakah bertujuan baik, atau bertujuan tidak baik. Apalagi, semuanya bisa kita lakukan dalam kondisi sadar (memahami, menyadari dan mengerti dengan tindakan yang kita lakukan). Oleh karena itu, berpikirlah terlebih dahulu sebelum bertindak atau mengucapkan kata-kata.

Pilih dan tanamkan selalu dalam benak pikiran kita untuk melakukan yang baik. Jangan biarkan diri kita menyakiti hati serta perasaan orang lain. Itu dosa tauuukkk... Itu menyakitkan tauuukkk...

HENTIKAN SEGENAP TINDAK KEKERASAN YANG BISA MENYAKITI DIRI DAN HATI ORANG LAIN, SEKARANG JUGA...!!!


Tuhan Yesus memberkati kita semua.


.Sarlen Julfree Manurung
2 Responses
  1. sarlen ira Says:

    sebuah artikel yang menggugah...


  2. satu hal yang susah banget dalam hidup gw adalah memaafkan seseorang yang udah buat Keluarga gw nangis... damn... this is wrong, yes I know that but why ???


Post a Comment