My Mind
Pada saat sedang asyik membuka situs facebook di internet, saya tertarik membaca potongan komentar yang disampaikan seseorang, yang dituliskannya pada kolom komentar facebook milik salah seorang temannya.

Sebenarnya, komentar yang dituliskan itu, berisikan sejumlah kalimat. Namun saya tertarik untuk membaca kalimat kedua terakhir dari komentarnya itu secara berulang-ulang, karena saya melihat, bahwa kalimat terakhir tersebut, mengandung makna dan pesan yang teramat mendalam.

Adapun kalimat kedua terakhir pada komentar seseorang tersebut, berbunyi :

"Sayangnya, gue cukup bego di dalam bidang matematika, dimana kalau gue pinter matematika, seharusnya gue BISA nunjukkin, kalau kerja keras itu berbanding lurus dengan IPK."

Ya, saya benar-benar tertarik dengan komentar tersebut, dimana penekanan kata BISA, membuat kalimat itu tidak menjadi sebaris kata-kata yang biasa-biasa saja.

Menurut saya, kalimat tersebut nampaknya diucapkan sebagai sebuah kalimat penyesalan, namun disampaikan sebagai sebuah joke yang agak-agak bernada sombong. 

Kental sekali aroma penyesalannya. Akan tetapi, dibalik ucapan penyesalan tersebut, ada sesuatu yang ingin disampaikan dengan menuliskan kalimat seperti itu. 

Memang benar, kalau semua orang ingin mendapatkan IPK tinggi, harus kerja keras. Bukan sesuatu hal yang neko-neko namun wajar adanya.

Banyak anak muda yang dalam satu episode perjalanan hidupnya, tidak meraih keberhasilan (atau prestasinya biasa-biasa saja) karena diri mereka tidak benar-benar menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya bisa dilakukan. 

Hal ini bisa terjadi karena 2 sebab : malas dan tidak percaya diri.

Apabila tidak malas dan lebih bersikap percaya diri (kalau dirinya mampu mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru atau dosen), maka besar kemungkinan seseorang yang masih duduk di bangku sekolah itu, akan bisa mendapatkan nilai raport atau IPK diatas rata-rata orang lain atau diatas nilai cukup.

Faktanya, memang tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bisa kita capai, kalau saja kita tidak "memelihara" rasa malas dalam diri kita, dan tidak membiarkan rasa tidak percaya diri selalu ada di hati serta "menghantui" perasaan kita.

Apabila orang tua tidak menginginkan diri mereka melihat nilai anak-anak mereka tidak memuaskan, maka para orang tua harus bisa membuat seorang anak tidak malas, dan mendorong mereka agar memiliki rasa percaya diri, dengan mendampingi mereka pada saat belajar atau mengerjakan tugas.

Mungkin, orang tua tidak mengerti akan mata pelajaran yang sedang dipelajari atau sedang dikerjakan sang anak. Namun, dengan metode pendampingan tersebut, seorang anak akan merasa bahwa para orang tua mereka memberikan perhatian pada diri mereka.

Kita sama-sama ketahui, bahwa banyak anak-anak yang hidup tidak sesuai dengan kondisi yang para orang tua harapkan karena mereka merasa tidak mendapatkan perhatian dari para orang tua mereka.

Memberikan uang dan fasilitas, bukanlah cara yang tepat untuk menggantikan perhatian yang seharusnya diungkapkan. Why? Karena uang dan fasilitas, tidak memiliki emosi...

Hal menarik lain yang saya temui dari komentar yang dituliskan seseorang itu, ada pada kalimat terakhirnya. Kalimat terakhir dari tulisan komentar seseorang itu :

I love fighting to make possible of that!

Saya tidak tahu, apakah penulisan kalimat berbahasa Inggris seseorang itu, benar apa tidak. Tapi saya sendiri ingin menarik kesimpulan, bahwa seseorang itu masih punya semangat untuk berjuang mendapatkan hasil yang terbaik karena dia mau bekerja keras untuk dicapainya di kemudian hari.

Dalam hal ini, meskipun sempat menyesal, seseorang itu tidak merasa cukup mendapatkan nilai atau prestasi yang biasa-biasa saja. 

Bagaimana dengan Anda? Masih adakah semangat untuk bangkit dari adanya rasa menyesal yang sempat terbentuk dan membuat Anda terpuruk?

Pesan moral yang ingin sampaikan pada bagian akhir tulisan ini : Janganlah kita pernah mengalah oleh keadaan, akan tetapi kalahkanlah keadaan dengan membangkitkan semangat juang dari dalam diri kita. Tetaplah semangat untuk meraih yang terbaik didalam hidup Anda.


.Sarlen Julfree Manurung
0 Responses

Post a Comment