My Mind
Tanggal 23 Januari 2009 yang lalu, saya beserta ibu dan sepupu saya, datang mengunjungi rumah kost tempat tinggal 2 orang sepupu saya, untuk membahas suatu masalah.

Meskipun masalah yang kami bicarakan merupakan sebuah masalah yang cukup serius dan perlu disikapi dengan kepala dingin, namun pembicaraan diantara kami berlima berlangsung santai serta penuh keakraban. 

Kami semua bebas untuk angkat suara dan memberikan pandangan-pandangan atas masalah yang ada. Akhir dari pembicaraan tersebut diharapkan menghasilkan sebuah jalan serta upaya kompromi agar masalah yang ada, tidak berkembang kearah konflik horisontal.

Pada saat semuanya serius mengemukakan pendapat, pembicaraan kami yang sudah berlangsung selama beberapa jam, akhirnya terhenti sejenak pada saat sejumlah sms dari orang yang tidak dikenal, masuk ke no.hp XL aku.

Orang itu mengirimkan sms dengan menggunakan no.Esia 021963655967. Sms pertama dikirim pada jam 15.24. Isi dari sms itu :
"hai pak, pa kabar luw, udah gawe belum."

Datangnya sms dari orang yang tidak aku kenal itu aku tanggapi dengan satu pertanyaan singkat : "siapa ya?" yang aku kirimkan pada jam 15.26.

Tidak lama, orang itu membalas sms yang sebelumnya aku kirim sebagai balasan sms pertama yang orang itu kirim. 
Isinya : "Wah, ms luw lupa, br kemaren gw kasih no gw ke luw."
Sms itu dikirimkan pada jam 15.28.

Aku membalas sms orang yang tidak aku kenal itu dengan kata-kata :
"Maaf, kyknya kamu salah org."
Sms itu aku terkirim pada jam 15.30.

Gak lama, sms balasan dikirim orang itu : "Tapi ni btl pa ciko kan?"
Orang itu mengirimkannya pada jam 15.31.

Sebenarnya, aku sudah mulai terganggu dengan kiriman sms dari orang yang tidak aku kenal itu sebab aku memang sedang konsentrasi dengan topik pembicaraan serius antara aku, ibu aku, dan ketiga sepupu aku. Tapi aku mencoba untuk tetap mengirimkan sms balasan bernada sopan.
"Sy bkn Pa Ciko."
Demikian bunyi sms balasan yang aku kirim pada jam 15.33.

Beberapa waktu lamanya, sms baru tidak masuk ke hp aku. Sebenarnya aku berharap orang itu mengerti kalau dirinya sudah salah mengirimkan sms (dia mengirimkan sms ke orang yang salah sebab aku memang bukan Pak Ciko. Aku juga tidak pernah menggunakan nama alias Pak Ciko). 

Namun ternyata dugaan aku salah. Pada jam 15.52, orang itu mengirimkan sms lagi. Isi sms kirimannya : "Klo bkn pa ciko, ini siapa ya?"

Weekkkk... aku mulai be-te. Langsung saja aku kirimkan sms balasan ke orang itu :
"Lho, seharusnya sy yg tanya kamu siapa ya?"
Sms itu aku kirim jam 15.55.

Jam 16.01, orang itu membalas sms yang aku kirimkan tadi. Isinya : "siapa yah?"

Yup, aku mulai kesal. Tapi aku tetap mengirimkan sms bernada datar untuk memberitahu orang itu bahwa dia telah salah orang.
"Kamu salah org, sy bkn Pa Ciko. Kamu slh kirim sms."
Balasan sms itu aku kirim pada jam 16.04.

Sejenak aku berpikir, orang itu sudah mengerti dengan isi sms aku yang terakhir. Sebuah sms baru masuk pada jam 16.11, juga dari orang itu. Aku berharap dia mengerti dan merasa kalo memang sudah salah kirim sms ke nomor hp orang yang bukan temannya.

Bagian awal sms balasan dari orang itu, memang seperti yang aku bayangkan, tapi tidak untuk kalimat yang selanjutnya. Isi sms yang orang itu kirim bunyinya :
"Ya udah maaf pa,tai luw......?"

Weekkkk... kali ini, aku gak bisa menahan amarah. Sudah dikasih tau baik-baik, malah berucap kasar lagi. Aku pun membalas sms itu dengan kata-kata :
"Eee.. anjing, dikasitau baek2 ngomong kasar lg loe."
Aku mengirimkannya 4 menit kemudian setelah sms orang itu aku terima.

Orang itu sebenarnya membalas lagi, tapi sms balasan dari orang yang tidak aku kenal dan gak mau menyebutkan namanya itu, sudah aku hapus, jadi aku tidak tercatat lagi di hp aku.

Aku akui kalau aku salah telah mengirimkan sms balasan seperti itu karena memang kasar dan gak perlu aku tanggapi dengan kemarahan atas kiriman sms dari orang yang tidak tahu tata atur berkata sopan (yang akhirnya membuat aku pun sama seperti dirinya).

Jujur, aku terbawa emosi. Masalah yang sedang aku bahas dengan ibu serta sepupu-sepupu aku, belumlah selesai dan belum menemukan kata sepakat sebagai sebuah kesimpulan. Ketegangan pikiran yang sedang aku hadapi, akhirnya membuat aku juga tidak mampu menahan diri untuk menyampaikan balasan sms dengan kata-kata sopan dan berasal dari orang yang terdidik.

Terlepas dari kesalahan yang sama, dimana aku juga akhirnya menjadi kasar, sampai saat ini aku masih bingung, kenapa ada aja orang yang bersikap seperti itu. Kok ada ya, orang yang sudah dikasih tau hal yang benar, malah membalasnya dengan ungkapan yang gak enak untuk dibaca atau didengar.

Kayaknya, gak ada alasan untuk berkata seperti itu. Apalagi orang yang dikirimin sms, gak dia kenal. Bukankah tata krama itu seharusnya tetap dijaga?

Apa sudah seperti itu sikap dan perilaku sebagian masyarakat Indonesia, yang tidak bisa mengungkapkan kata-kata dalam batas sewajarnya dan menerima kalau dikasih tahu yang benar? Kalau memang sudah seperti itu, maka yang namanya pendidikan budi pekerti, harus diadakan lagi di sekolah. 

Setiap orang jangan membiasakan diri untuk berkata kasar, apapun maksud dan tujuannya, bahkan kalau kita sendiri mengkonotasikannya sebagai "iseng" belaka. Apalagi kalau orang yang mengucapkannya, adalah orang-orang yang telah mengenal bangku sekolah. Jawaban iseng adalah pernyataan bodoh yang menyesatkan diri sendiri.

Kebebasan untuk mengucapkan sesuatu, bukan berarti kita dapat sesuka hati kita berbicara yang tidak baik kepada orang lain, siapapun orangnya. Bahkan, sebaiknya kita dapat mengendalikan mulut kita dengan tidak mengucapkan satu kata yang tidak baik.

Selain bisa menghadirkan penilaian orang lain bahwa kita adalah seseorang yang suka berkata kasar, dapat menjaga perkataan yang keluar dari mulut kita, sama artinya kita telah menempatkan diri kita sebagai seseorang yang benar-benar tahu bagaimana harus berkata yang baik kepada orang lain.

Jagalah ucapanmu, jangan kau nodai...

0 Responses

Post a Comment