My Mind
Pada saat ini, pemanfaatan media internet untuk mendapatkan berbagai informasi faktual dan terbarukan, telah menjadi bagian dari aktifitas rutin dari banyak anggota masyarakat dunia.

Internet memang bisa membuat setiap orang "melihat dunia", karena berbagai informasi dapat kita temukan dalam berbagai situs atau website yang ada di internet. Kecepatan memperoleh data atau informasi, merupakan nilai lebih dalam penggunaan internet untuk berbagai keperluan.

Akan tetapi, besarnya manfaat yang bisa diperoleh oleh setiap pengguna internet, ternyata tidak selamanya bermakna membantu mengembangkan kemampuan intelektualitas dan imajinasi berpikir positif seseorang namun dapat pula menghancurkan, ketika sejumlah orang pengguna internet, "bisanya" hanya mengcopy-paste data atau informasi yang tersedia.

Seorang pegawai pemerintahan, yang selama ini bertugas mengelola situs blog dari seorang pejabat tinggi negara di suatu institusi pemerintahan, beberapa waktu yang lalu, telah melakukan suatu penelitian kecil-kecilan terhadap para pengunjung situs blog dan website yang dikelolanya.

Dalam seminggu, blog yang dikelolanya dikunjungi oleh kurang lebih 4000 orang. Artinya, kalau dirata-rata, dalam seharinya, pengunjung blog yang dikelola pegawai pemerintahan itu mencapai 500 orang lebih.

Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata lebih dari 90 % pengunjung adalah kalangan pelajar. Awalnya, pegawai pemerintah tersebut merasa bangga karena pengunjung blog yang dikelolanya, termasuk kedalam 10 besar situs orang-orang pemerintahan yang paling banyak di download.

Siapa yang tidak senang kalau banyak orang yang melihat dan memperhatikan setiap hasil karya yang telah dikelolanya?

Namun ternyata, pegawai pemerintahan itu bukanlah tipikal orang yang cepat puas dengan hasil kerjanya. Dirinya kemudian melakukan pencarian informasi terhadap hal-hal apa saja yang dicari oleh para pengunjung situs blog yang dikelolanya.

Pilihan jatuh kepada para pelajar. Pertimbangannya, pelajar tentunya merasa senang kalau ada orang-orang pemerintah yang ingin melakukan "survey" terhadap diri mereka.

Pegawai pemerintahan itu mengambil sample 300 orang siswa sekolah dan melakukan penelitian dengan pola random, dengan masing-masing siswa mendapat model pertanyaan yang sama.

Hasil survey kemudian diperbandingkan dengan berbagai informasi yang diperoleh dari sekolah-sekolah. Tindakan memperbandingkan informasi dari para siswa dengan informasi yang diperoleh dari pihak sekolah dianggap perlu, agar hasil survey benar-benar menghasilkan tingkat kepuasan seperti yang diharapkan.

Setelah semua bentuk survey dan pengumpulan informasi selesai dilakukan, ternyata hasilnya adalah : sejumlah besar pelajar tersebut, telah menggunakan informasi yang diambil dari blog yang dikelolanya untuk keperluan tugas sekolah.

Akan tetapi, segenap informasi yang diambil para siswa tersebut, tidak melalui pengolahan data lebih lanjut. Artinya, setelah mendownload data yang dibutuhkan atau yang diinginkan, para siswa hanya melakukan tindakan copy paste...!!!

Ternyata, para siswa SMP dan SMA yang mendownload tulisan-tulisan yang dikelola oleh pegawai pemerintahan tersebut, telah secara terang-terangan melakukan tindakan plagiat murni, karena diketahui kemudian (berdasarkan informasi yang diperoleh dari sekolah tempat siswa itu menimba ilmu), tugas yang dikumpulkan ke guru, tidak melalui proses editing atau mengelolaan karya tulis lebih lanjut.

Jelas, kondisi ini cukup memprihatinkan, karena berdasarkan penelitian kecil-kecilan tersebut, hampir 95 % siswa yang di survey karena telah mendownload tulisan di blog yang dikelola pegawai pemerintah tersebut, benar-benar murni copy-paste.

Para pelajar yang melakukan tindakan copy-paste karya orang lain tersebut, banyak yang berasal dari sekolah-sekolah favorite, tidak hanya di kota Jakarta, tapi juga di kota-kota besar lainnya, di seluruh Indonesia.

Hal yang cukup menakutkan lainnya, ternyata, setelah dikonfirmasikan kepada pihak sekolah tentang tindakan para siswa yang mengcopy-paste karya orang lain tersebut, mereka tidak mengetahui tindakan "tidak kreatif dan memalukan" dari para siswanya sendiri.

Kurangnya perhatian dan pengawasan oleh para guru terhadap tindakan yang dilakukan oleh para siswa dalam mengumpulkan tugas yang diberikan, ternyata menjadikan para siswa tersebut berani melakukan upaya-upaya "mengcopy" karya orang lain secara bebas.

Muncul pula sebuah pemikiran, kalau ternyata, para guru-guru yang memberikan tugas tersebut, nampaknya tidak familiar dengan banyaknya informasi yang bisa diperoleh para siswa untuk dipakai sebagai tugas yang diserahkan kepada guru mereka.

Begitu mudahnya para guru tersebut "dibohongi" oleh anak didiknya sendiri, sehingga para guru tersebut sendiri menganggap kalau pola pembelajaran CBSA, seakan-akan benar-benar telah dilakukan oleh para siswa. Padahal, para siswa itu hanyalah MENCURI karya orang lain.

Haruskah kondisi seperti itu terus terjadi? Tidak. Pelajar kita jangan sampai belajar pintar mencuri karya orang lain tanpa dirinya sendiri mau mengembangkan kemampuan otak mereka agar lebih pintar. Gak cuma di depan mata, tapi isi otak mereka harus benar-benar pintar dan berwawasan...

Jadi ingat sama iklan suatu produk yang sering di tayangkan di televisi yang pada bagian endingnya dinyatakan : "KALO MAU PINTAR, MAKANYA BELAJAR..."

hikkkssss... bukan nyontek dong yaaa...


.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment