My Mind
Kemarin sore, untuk mengisi waktu kosong karena belum mendapatkan pekerjaan, aku memilih untuk membaca buku. Kali ini, buku yang aku baca berjudul : Perempuan Istimewa di Mata TUHAN (Women are Special to God) karya Sadhu Sundar Selvaraj.

Aku sengaja membaca buku di ruang duduk atas, bukan di kamar atau di ruang televisi, karena aku berharap bisa mendapatkan ide untuk bahan tulisan artikel atau renungan dari buku itu, sehingga dapat sesegera mungkin aku ketik di komputer yang ada di samping kursi rotan panjang, tempat aku rebahan sambil membaca. 

Lagi asyik-asyiknya membaca, sejenak perhatianku terganggu karena aku mendengar pembaca berita di salah satu stasiun televisi swasta yang sedang ditonton bapak aku di bawah. Pembaca berita itu menyebutkan kalau di Kupang, NTT, telah beredar satu film perkelahian baru yang dilakukan oleh sekelompok anak sekolah.

Mungkin, kalau perkelahian itu dilakukan oleh anak cowok, itu sudah biasa. Berita itu menyebutkan kalau perkelahian itu dilakukan oleh pelajar putri...!!!! Waduhhhh... lagi?

Setelah Genk Nero menjadi bahan pemberitaan, lagi-lagi genk anak sekolah perempuan membuat sensasi. Pukul-memukul, saling tendang, mencoba untuk menjambak rambut... Seru bangetttt...tapi seyeeemmm... hahahahaha...

Kelihatan banget kalo mereka brutal... Padahal mereka adalah orang-orang yang terdidik atau telah mendapatkan pendidikan dengan baik, di sekolah yang baik pula (katanya, sekolah mereka adalah sekolah percontohan tingkat propinsi).

Mungkin, kalo gak dipisahin atau kalo dah kecapean, perkelahian antara dua pasangan pelajar putri itu bisa sampai bunuh-bunuhan kali... Abis kelihatan banget kalo mereka sangat bernafsu untuk menyakiti lawan berantemnya.

Gak nyangka kalau anak-anak sekolah perempuan sekarang, kalo mereka ingin menunjukkan eksistensinya dengan cara berkelahi di tempat terbuka. Adu galak, adu kuat...

Kenapa ya, anak sekolah perempuan jaman sekarang, senang banget melakukan tindak kekerasan atau perkelahian gaya bebas?

Jaman aku sekolah dulu, yang namanya genk cewek itu, kayaknya belum pakai nama dan gak sebrutal sekarang. Mereka selalu jalan bareng, gak di sekolah, gak juga diluar sekolah. Tapi gak menunjukkan kalau mereka ingin secara terbuka melakukan tindak kekerasan atau perkelahian di muka umum atau di tempat terbuka.

Untuk apa sih bikin genk kalau ternyata tujuannya mencari musuh? Apa enak kalau sekarang mereka harus berhadapan dengan aparat hukum dan diri mereka masing-masing terancam dikeluarkan dari sekolah?

Bukankah lebih baik kalau mereka bikin kelompok belajar, yang aktif mencari ilmu atau senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat?

Apa mau menunjukkan diri mereka hebat dan kuat, sehingga kalau ada orang yang dianggap bisa mengganggu eksistensi mereka, maka perkelahian adalah jalan keluarnya? Apa memang seperti itu cara menunjukkan karakter diri?

Kalau mereka sudah bertindak brutal seperti itu, siapa ya, yang paling bertanggung jawab pada kelakuan mereka?

Masyarakat umum bilang : orang tua dan guru mereka, serta masyarakat yang ada disekitar mereka.

Hai para pelajar putri,

Bukankah lebih baik, banyak mencari teman daripada banyak mencari musuh? Bukankah lebih baik kalian terlihat terdidik daripada terlihat seperti preman atau tukang pukul?

Jangan pernah merasa bangga kalau ditakuti oleh orang lain. Banggalah kalau orang lain segan dan salute dengan kemampuan intelektual kalian.

Inget... orang tua menyekolahkan kalian untuk menjadi anak pintar, bukan menjadi jagoan... Lagian, percuma saja jadi jagoan kalau ternyata kalian ini pada bodoh...

Para pelajar putri yang suka menunjukkan kekerasan perilaku di muka umum, bukanlah dambaan para pelajar putra (kalau para pelajar putri melihat gambar rekaman video perkelahian para pelajar putri di Kupang, NTT tersebut, maka akan kalian lihat kalau para pelajar putra justru menertawakan kalian dan melihat kalian seperti "ayam jago" di arena adu ayam).

Semoga, barang bukti berupa video yang menunjukkan adegan perkelahian pelajar putri, tidak kita temukan lagi (karena kalo ada lagi video perkelahian antar pelajar putri, itu sama artinya di tempat lain, perkelahian diantara pelajar putri, juga terjadi).

Para orang tua dan guru sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan atas karakter dan cara bergaul para putri-putri mereka, sebab kalo masuk teve karena berkelahi dan ditonton seluruh masyarakat Indonesia, anak-anak bapak-ibu sekalian, terlihat seperti pelaku "kriminal"... itu bukanlah kebanggaan, namun mencoreng nama baik.

Jadilah pintar... jangan bodoh...

Btw, antara buku yang aku baca dan kejadian yang saya lihat di pemberitaan suatu stasiun televisi swasta itu, bertolak-belakang banget. Akhirnya aku gak jadi nulis karena keburu sibuk berdiskusi dengan Bokap-Nyokap dan sepupu aku atas peristiwa itu.


.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
4 Responses
  1. dian onasis Says:

    jaman saya smp sudah ada sebetulnya berantem2 ala cewek sekarang.. alasan umumnya rebutan cowok.. ^_^..
    tapi gak sampe se seru sekarang sih.....

    btw.. saya dulu juga suka berantem... tapi sama cowok malah.. hahaha..

    setelah nikah deh baru cooling down sifat pemarahnya... gawat ya ? ^_^


  2. tapi berantemnya gak sampe direkam dan jadi pemberitaan di televisi kan?

    biarlah "kegilaan" kita jaman sekolah dulu untuk dikenang, bukan menjadi karakter dan kepribadian kita setelah dewasa.


  3. YuPee ™ Says:

    mendingan sekalian jadi atlet tinju ato kickboxing kan ya bang? hehehe...


  4. setujuuu...setujuuu... biar bonyok tapi dapat bayaran dan terlihat lebih bugar... hehehehe... :P


Post a Comment