My Mind
OBAMA, TIM SUKSES, & CALEG KITA


Keberhasilan Barack Hussein Obama memenangkan kursi jabatan Presiden Amerika Serikat yang ke-44, merupakan sebuah puncak pencapaian yang diraih melalui kerja keras dan kerja sama yang teramat baik dengan para anggota tim sukses pemenangan pemilu, dalam menggalang dana kampanye serta dalam mengoptimalisasi kekuatan massa simpatisan ataupun relawan pendukung.

Pada saat mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden mewakili Partai Demokrat, Barack Obama nampaknya menyadari, apabila dibandingkan dengan sejumlah nama calon presiden lain yang turut serta mencalonkan diri sebagai kandidat calon Presiden Amerika Serikat, baik dari Partai Demokrat atau dari Partai Republik, dirinya masih belum cukup dikenal luas oleh rakyat Amerika Serikat.

Jalan menuju kursi kepresidenan terasa semakin sulit dicapai, karena dirinya berasal dari kaum masyarakat minoritas di Amerika Serikat, yaitu kaum Afro-Amerika.

Hanya pertolongan tangan Tuhan saja yang membuat Barack Obama pada akhirnya dapat menjadi seorang Presiden. Sebab, apabila hanya mengandalkan optimisme atau kemampuan diri semata, tidaklah cukup, karena untuk meyakinkan kaum mayoritas kulit putih rakyat Amerika Serikat agar bersedia memilih seorang kulit hitam sebagai Presiden di negeri tersebut, bukanlah perkara yang mudah.

Oleh sebab itu, dipilihnya para pekerja profesional sebagai anggota tim sukses Barack Obama, yang bekerja secara efektif dan maksimal untuk bisa memberikan hasil yang terbaik sesuai bidangnya masing-masing, merupakan salah satu keputusan tepat dari titik awal langkah keberhasilan Barack Obama mencapai puncak kekuasaan di negara adidaya tersebut.

Wujud profesionalitas kerja yang ditunjukkan oleh para anggota tim sukses Barack Obama, diwujudkan dengan mampu memformulasikan dengan baik, berbagai issue dan agenda politik nasional yang akan diangkat Barack Obama dalam kampanyenya, dengan menghasilkan solusi serta agenda penyelesaian masalah yang tepat sasaran, yang sekiranya bisa dengan cepat melepaskan Amerika Serikat dari belenggu krisis ekonomi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat dunia (khususnya kepercayaan dari negara-negara sahabat) yang sempat pudar karena arogansi kebijakan politik pada masa pemerintahan Presiden George Bush.

Adanya sejumlah program kerja yang berisikan sejumlah solusi dan agenda-agenda penyelesaian masalah krisis ekonomi dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dipersiapkan tim sukses pemenangan pemilu Barack Obama, ternyata tidak hanya mampu memikat hati simpatisan Partai Demokrat, namun juga hati rakyat Amerika Serikat, untuk kemudian memilih Barack Obama sebagai Presiden mereka.

Hasil kerja anggota tim sukses, mampu membalikkan keadaan, yang cenderung masih belum berpihak pada Obama, terutama saat masa-masa awal kampanye pemilihan kandidat calon tunggal Partai Demokrat yang akan maju menghadapi calon presiden dari Partai Republik, John McCain.

Kemenangan Barack Obama pada saat bersaing dengan Hillary Rodham Clinton pada saat konfensi Partai Demokrat, merupakan sebuah kesuksesan besar dari tim sukses Barack Obama, karena Hillary merupakan seorang pesaing pintar yang memiliki banyak pendukung, sehingga berat langkah kemenangan yang harus dilalui.

Hillary Rodham Clinton, dengan segenap kharisma dan kebesaran namanya, bukanlah saingan yang mudah untuk dikalahkan, mengingat citra diri Hillary Clinton sangatlah baik dan ia sudah lebih dulu terkenal, karena lebih lama berkecimpung dalam kancah perpolitikkan Amerika Serikat, yaitu 10 tahun sebagai Ibu Negara Amerika Serikat dan dilanjutkan dengan menjadi seorang senator.

Persaingan dengan Hillary Clinton, memang jauh lebih berat dibandingkan persaingan dengan John McCain, calon presiden dari Partai Republik. Hal ini bisa dilihat dari dibutuhkan pemilu di banyak negara bagian Amerika Serikat untuk membawa Obama mendapatkan lebih banyak suara para simpatisan Partai Demokrat, dan memilihnya sebagai calon presiden mewakili Partai Demokrat.

Baiknya kinerja para anggota tim sukses Barack Obama, terlihat dari baiknya usaha dan kemampuan mereka, untuk membangun image serta karakter diri Barack Obama, yang dapat diterima dengan baik oleh mayoritas masyarakat kulit putih, kelompok masyarakat Yahudi, kelompok masyarakat hispanik dan orang-orang kaya Amerika, untuk memilih Barack Hussein Obama sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44, mengalahkan pesaingnya Hillary Rodham Clinton dengan persentase kemenangan tipis, serta mengalahkan John McCain, dengan persentase angka kemenangan mutlak.

Upaya untuk membangun image dan karakter seorang calon pemimpin memiliki arti penting karena dapat mempengaruhi penilaian para calon pemilih, apakah sang calon pemimpin merupakan orang yang tepat serta memang layak atau pantas untuk dipilih sebagai seorang pemimpin negara.

Langkah Barack Obama membangun sebuah tim sukses yang terdiri dari orang-orang media, pakar komunikasi publik, dan sejumlah eks pejabat di masa pemerintahan Presiden Bill Clinton, merupakan sebuah langkah tepat, karena mereka adalah bagian orang-orang yang berpengalaman dan berkemampuan baik untuk mendukung upaya Barack Obama agar bisa diterima oleh seluruh kalangan komunitas masyarakat.

Para anggota tim sukses juga berhasil mempersiapkan jawaban yang tepat atas adanya “black campaigne” yang dibuat oleh para pesaing Barack Obama untuk menyudutkan posisi sang calon pemimpin.

Tingkat keberhasilan tim sukses pemenangan pemilu Barack Obama semakin tinggi, ketika mereka benar-benar mampu mengkomunikasikan berbagai issue-issue sensitif yang membutuhkan penanganan cepat serta tepat, yang kelak akan dipakai Barack Obama dalam masa pemerintahannya.

Visi dan misi Barack Obama juga dapat disampaikan dengan baik pada masyarakat, karena tim sukses Barack Obama memanfaatkan seluruh jaringan media yang dapat dilihat atau diakses dengan mudah oleh seluruh anggota masyarakat Amerika Serikat, termasuk membuat website dan memanfaatkan jejaring situs persahabatan di internet.

Website kampanye Barack Obama, merupakan penyumbang dana donasi kampanye bagi Barack Obama. Sedangkan jaringan situs persahabatan di internet, paling banyak mengumpulkan anggota masyarakat yang bersimpati kepada Obama.
 
Barack Obama memang tidak salah dalam memilih orang-orang yang membantunya mencapai puncak kekuasaan pemerintahan Amerika Serikat. Tanpa adanya dedikasi, kerja keras, dan loyalitas tinggi para anggota tim sukses, mungkin, Obama hanya bisa bermimpi untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.

Belajar dari keberhasilan yang diraih Barack Obama, seluruh calon anggota legislatif (caleg) serta calon pemimpin bangsa Indonesia yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2009, selayaknya pula menyiapkan suatu tim sukses pemenangan pemilu.

Keberadaan tim sukses disamping para caleg atau calon pemimpin bangsa, membuat kegiatan kampanye menjadi lebih teratur, lebih tertib, terencana, dan efektif.

Namun nampaknya, banyak caleg kita yang akan mengikuti kegiatan pemilu beberapa puluh hari lagi, masih lebih memilih untuk berjuang tanpa dukungan suatu tim sukses yang dapat bekerja secara profesional membantu mereka mendapatkan satu tempat di parlemen.

Pada masa kampanye tertutup yang dimulai sejak bulan Juli 2008 lalu, sebagian besar caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2009, cenderung lebih memilih untuk menggunakan konsepsi berkampanye dengan cara-cara konvensional, yaitu dengan memasang bendera partai yang disisipi nama caleg serta spanduk/baliho berukuran besar diberbagai lokasi, dan menempelkan stiker-stiker di dinding pagar rumah warga, di pintu angkutan umum, atau di tiang listrik.

Padahal, penggunaan konsepsi berkampanye dengan cara-cara konvensional seperti itu, cenderung hanya "mengotori" ruang terbuka publik, seperti yang dapat kita lihat dan temui di hampir seluruh penjuru wilayah pemukiman di Indonesia saat ini.

Bagaimana mau mengundang animo dan simpati masyarakat kalau dalam waktu yang bersamaan, seluruh caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2009, menerapkan konsepsi berkampanye yang sama?

Terlihat jelas kalau para caleg tidak kreatif karena hanya terpaku pada model-model kampanye yang sama, yaitu model kampanye konvensional, yang sudah lama dipakai sebagai konsepsi berkampanye oleh para caleg yang mengikuti pelaksanaan kegiatan pemilu di Indonesia selama ini, tanpa ada upaya lain yang sekiranya dapat membawa manfaat dan sisi pembelajaran positif bagi dunia politik kita. 

Kreatifitas para caleg memang dituntut, mengingat setiap caleg memiliki kesempatan yang sama besar, semenjak Mahkamah Konstitusi (MK) telah membuat keputusan, bahwa penentuan seorang caleg dapat menjadi anggota parlemen tidak lagi didasarkan pada nomor urut yang telah ditetapkan partai politik.

Artinya, keberhasilan dari seorang caleg untuk bisa duduk sebagai anggota parlemen periode 2009-2014, tergantung pada seberapa besar animo masyarakat untuk memilih caleg yang mereka kehendaki untuk menjadi wakil rakyat mereka di parlemen.

Dalam hal ini, MK ingin memberikan peluang yang sama besar kepada seluruh caleg, baik dari generasi muda atau caleg senior, yaitu yang sudah lama malang-melintang dalam kancah perpolitikkan negeri kita.

Sama besarnya peluang yang dimiliki para caleg inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh seluruh caleg, dengan menghadirkan kreatifitas diri dalam berkampanye, dimana kampanye tidak hanya terpaku pada satu model kampanye semata, namun berani berinovasi, yaitu dengan mengkombinasikan model kampanye konvensional dengan model kampanye yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Segenap pekerjaan yang dibebankan kepada anggota tim sukses tersebut, akan terasa lebih “berwarna” apabila para caleg memanfaatkan dengan aktif jaringan internet, seperti yang dilakukan oleh Barack Obama.

Penggunaan jaringan internet, membuat kampanye yang dilakukan oleh seorang caleg dapat menyentuh seluruh tingkat pendidikan, ekonomi, dan wawasan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan para caleg apabila mereka mempekerjakan sejumlah anggota tim sukses yang bertugas mengelola kampanye dengan memanfaatkan jaringan internet.

Nilai lebih yang terdapat didalam diri seorang caleg, dapat lebih ditampilkan kepada seluruh kelompok masyarakat, yang memiliki dimensi pemikiran berbeda-beda atau tidak seragam, sehingga mobilitas kekuatan massa pendukung, dapat dilakukan tanpa harus mendatangkan massa dalam jumlah besar, atau menghambur-hamburkan dana kampanye untuk bendera, baliho, atau stiker dalam jumlah besar.

Dalam hal ini, para caleg seharusnya tidak lagi bersikap pasif dalam memperkenalkan diri serta agenda kerja mereka, karena sikap pasif tidak akan mendorong adanya peningkatan jumlah simpatisan yang serius ingin mendukung dan memiliki kedekatan emosional atau pemikiran dengan seorang caleg.

Kehadiran tim sukses membuat para caleg bisa mendelegasikan banyak kegiatan yang sulit untuk dilakukan sendiri, yaitu mempersiapkan segenap detail rencana kegiatan kampanye yang diperlukan selama kampanye, membangun jaringan komunikasi antar simpatisan, merekrut relawan yang ingin membantu kemenangan pemilu, serta upaya untuk mengumpulkan dana kampanye.

Daya pikat para calon pemilih dapat ditumbuhkan apabila mereka tahu kalau caleg yang akan dipilihnya bukanlah seseorang yang “buta” teknologi, berwawasan luas dan termasuk bagian dari orang-orang yang hidup di dunia modern, serta tahu bagaimana memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Itulah esensi penting dan menarik yang diperoleh apabila model kampanye dengan memanfaatkan jaringan internet dipakai oleh seorang caleg.

Selain memberikan warna baru dalam dunia politik Amerika Serikat pada khususnya dan politik dunia pada umumnya, Barack Obama juga telah menghadirkan suatu pola pembelajaran berkampanye di era milenium, yaitu dengan menggabungkan kampanye konvensional serta kampanye dengan memanfaatkan jaringan internet, kepada semua orang di seluruh dunia yang akan bertindak sebagai seorang pemimpin pada berbagai level atau tingkatan kepemimpinan.

Meskipun banyak anggota masyarakat tokoh atau pemimpin negara-negara di dunia yang membenci atau tidak senang pada Amerika Serikat, namun mereka justru salute atas upaya serta kerja keras Barack Obama dalam berjuang untuk mencapai puncak kepemimpinan, kursi kepresidenan.

Dalam sesaat waktu, puncak tingkat kebencian sejumlah besar anggota masyarakat dunia itu, hanya terarah pada pola kepemimpinan mantan Presiden George Bush, yang dianggap arogan, tidak bersahabat, dan penuh dengan ambisi pribadi.

Pencapaian yang dicapai oleh Obama merupakan sebuah kesuksesan yang diperoleh setelah ia membentuk tim sukses yang bekerja secara profesional untuk menghasilkan kemenangan kepada Barack Obama.

Berbagai thema dan agenda kampanye Barack Obama yang dipublikasikan oleh tim suksesnya secara luas, selain dipakai dalam kampanye terbuka, juga dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media, termasuk dengan membuat website kampanye dan bergabung dengan sejumlah situs persahabatan dalam jaringan internet.

Upaya Barack Obama tersebut sesungguhnya dapat dicontoh dan diterapkan pula oleh para caleg kita yang sedang menjalani kegiatan kampanye menjelang pelaksanaan pemilu 2009. Mereka dapat menghadirkan suatu tim sukses, yang terdiri dari para profesional dibidang komukasi, publikasi, dan penggunaan teknologi.

Tim sukses inilah yang bertugas membangun image atau karakter para caleg, mencari, menentukan dan membuat jawaban atas issue-issue ekonomi, politik serta sosial yang akan diangkat sebagai bahan kampanye, mengkoordinasi kegiatan kampanye yang akan dijalani sang caleg, membuat “iklan kampanye” dan mempublikasikan berbagai pandangan, jadwal kegiatan, maupun sejumlah informasi kampanye lainnya, baik disampaikan langsung kepada masyarakat atau dengan memanfaatkan berbagai media publikasi yang ada.

Para anggota tim sukses memang seharusnya terdiri dari orang-orang yang profesional bekerja dibidangnya. Profesionalitas mereka dibutuhkan agar para caleg dapat dengan mudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kegiatan kampanye yang akan banyak mengeluarkan dana serta membutuhkan energi tinggi.

Dunia politik bukan berarti anti terhadap penggunaan peralatan teknologi. Hal ini bisa dilihat keberhasilan seorang calon pemimpin seperti Barack Obama, yang berhasil terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 karena tim suksesnya memanfaatkan dengan baik penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang serta mendukung keberhasilan sang calon presiden agar bisa pemenang pemilu.

Perkembangan kemajuan masyarakat modern memang bisa dilihat dari seberapa besar anggota masyarakatnya menggunakan perangkat berteknologi.

Oleh sebab itu sudah selayaknya seorang calon pemimpin negara atau calon anggota parlemen untuk tidak “buta” akan teknologi, akan tetapi aktif menggunakan perangkat berteknologi atau memimpin segenap proyeksi pembangunan wilayah serta anggota masyarakatnya dengan menyertakan teknologi didalamnya.

Iklim era kepimpinan yang “tidak buka” dalam penggunaan perangkat berteknologi, harus dimulai dan ditumbuhkan, karena kemajuan suatu komunitas masyarakat dunia terjadi karena mereka dipimpin oleh para pemimpin yang membuat kerangka rencana pembangunan dengan tidak melepaskan penggunaan peralatan berteknologi tinggi, dalam pelaksanaan pembangunan.

Keberhasilan Obama adalah contoh nyata. Keberhasilan itu juga bisa diraih oleh para pemimpin kita apabila para calon pemimpin dan caleg, membangun model kampanye yang didukung oleh aktifitas suatu tim sukses yang aktif memanfaatkan menggunakan perangkat berteknologi tinggi. Bukanlah mustahil, pencapaian tertinggi seorang calon pemimpin atau caleg bisa tercapai. 
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment