My Mind
Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
(Efesus 5 : 15 – 17)


Ketika berat beban permasalahan menghadang alur kehidupan seorang anak manusia,  terkadang membuat anak manusia itu mengeluarkan pernyataan, kalau kehidupan ini, pada suatu masa waktu atau keadaan tertentu, tidak bersahabat dengan diri mereka.

Alam berpikir manusia menyikapinya dengan cara berpikir demikian, karena manusia itu tidak menyadari kalau kehidupan terkait pula dengan gaya hidup, perasaan, serta imajinasi alam pikiran sejumlah manusia yang lain, yang sama-sama ingin menggapai kebahagiaan hidup, ingin mendapatkan pencitraan diri yang baik maupun sebentuk perlakuan yang sewajarnya, dari orang-orang disekitarnya.

Manusia memang cenderung hanya ingin segala sesuatunya baik-baik saja. Dalam hal ini, manusia hanya ingin hidup save, sehingga mereka merasa tidak senang, apabila mereka harus mengalami suatu proses pembelajaran hidup yang menyusahkan atau tidak menyenangkan hati, karena mereka harus menyelesaikan banyak masalah hidup.

Sesuatu yang menyenangkan, memang tidak menyusahkan hati. Beda halnya apabila didalam alur kehidupan ini, harus menghadapi satu atau sejumlah masalah. Kesusahan seakan tidak hanya dirasakan di hati, namun seakan terjadi pula diseluruh alur waktu yang dilalui. Bahkan terkadang, apabila manusia itu tidak bisa mengendalikan emosi dan perasaannya, kondisi yang tidak menyenangkan itu, akan berimbas pula pada diri orang lain.

Haruskah kita terjebak dengan perasaan susah yang berkecamuk di hati kita? Tidak, kita harus menyikapi keadaan yang tidak menyenangkan itu dengan berbuat sesuatu, agar kita tidak hanya terpaku oleh masalah tanpa kita sendiri mencoba untuk berpikir panjang, bangkit dan berusaha memecahkan masalah.

Berdiam diri atau menunda-nunda untuk menyelesaikan masalah, justru bisa membuat kita menghadapi permasalahan baru dan tidak akan mengurangi kesulitan yang sedang kita hadapi.

It’s mean : bersikaplah bijaksana, pergunakan akal pikiran, segenap kemampuan dan iman percaya kita kepada Tuhan, untuk dapat menembus setiap bentuk rintangan yang menghadang didepan mata.

Tindakan yang paling tepat, cara berpikir yang paling benar, dan pilihan yang paling bijaksana adalah segera datang dalam hadirat Tuhan, undang kebesaran kuasa Tuhan untuk membantu menyelesaikan masalah. Andalkan kuat kuasa tangan Tuhan untuk menolong kita, menyelesaikan masalah yang membebani hati dan pikiran kita.

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan.
(Yeremia 17 : 7)

Setiap orang harusnya menyadari, bahwa meskipun dipandang hebat, kuat, ataupun pintar, tapi semuanya itu ada batasnya, yaitu hanyalah sebatas kemampuan manusia. Segenap kepintaran dan kemampuan manusia itu, memang ada batasnya. Keduanya bukanlah sesuatu hal yang bisa banyak membawa manfaat, apabila tanpa ada kuat kuasa tangan Tuhan yang bekerja untuk menyertai kita.

Manusia dengan segenap kesombongannya, sering kali memaksakan diri untuk tetap tampil bersemangat, mencoba menyelesaikan segenap masalah tanpa mengandalkan kuat kuasa tangan Tuhan.

Kesombongan diri dan hati manusia inilah yang menjadi penghalang hadirnya urapan, berkat serta kasih Tuhan, untuk membantu manusia dalam melepaskan diri mereka dari jerat masalah yang membelenggu.

Beda halnya apabila sejak awal manusia itu telah mengandalkan kuat kuasa tangan Tuhan untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi. Tiada yang mustahil bagi Tuhan. Bagi Tuhan, tidak ada permasalahan hidup manusia yang tidak memiliki jawaban, karena Ia adalah Pribadi yang Maha Kuasa dan Maha Tahu.

Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
(Yohanes 13 : 13)

Anak-anak Tuhan tahu akan hal itu. Namun entah kenapa, banyak anak-anak Tuhan yang justru lebih berhasrat dan terobsesi untuk menghadirkan suatu anggapan, bahwa dirinya memiliki kepintaran atau kemampuan yang terbaik, dimana kepintaran serta kemampuan mereka itu, membuat diri mereka mampu menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.

Mereka juga tahu, semakin mereka memaksakan diri, semakin berat langkah mereka untuk mendapatkan jalan pemecahan masalah. Bahkan mereka justru akan menemui masalah-masalah baru, yang kualitasnya akan lebih berat dibandingkan masalah yang sebelumnya ada.

Ketika masalah semakin menumpuk dan membebani karena tak mampu diselesaikan, stress dan depresi menghinggapi anak-anak Tuhan. Meskipun sudah mengalami stress serta depresi, mereka tetap saja bersikukuh dan mengeraskan hati untuk tidak segera datang pada Tuhan.

Beberapa diantaranya bahkan justru mencari pertolongan dari teman atau orang-orang terdekat, dari para penguasa, atau bahkan mendatangi dukun atau paranormal.   

Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan.
(Yeremia 17 : 5)

Adanya sebentuk keinginan didalam hati kita, agar Tuhan mau datang menghampiri, mengurapi, dan memberikan jalan keluar yang mampu melepaskan kita dari adanya beban serta susah hati karena beratnya masalah yang membelenggu hidup kita, adalah satu bentuk pengakuan iman yang akan membuat kita semakin mengetahui, bahwa kasih Tuhan itu nyata dan dapat kita rasakan.

Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk datang kepadaNya. Tuhan memberikan kita kebebasan untuk memilih, apakah ingin membuat keputusan sendiri atau menyertakan Tuhan untuk melepaskan segenap beban.

Kenapa Tuhan tidak memaksa kita untuk segera datang dan masuk dalam hadiratNya ketika masalah menghampiri kita?

Karena yang Tuhan inginkan dari kita adalah : tindakan untuk datang kepadaNya, merupakan sebentuk kesadaran diri, satu keinginan yang muncul karena adanya keyakinan dan iman percaya kepadaNya.

Tuhan tidak menghendaki kita hidup seperti halnya orang-orang bebal, yang sudah mengetahui adanya konsekuensi, namun tetap saja menerjang badai tanpa penyertaan kuat kuasa kasih, urapan, serta pertolongan tangan Tuhan.

Tuhan tidak menghendaki kita untuk tidak patuh ketika kita tahu betapa besar kuat kuasa pertolongan tangan Tuhan, didalam hati yang beriman dan percaya padaNya.

Oleh sebab itu, sepanjang alur kehidupan, sikap patuh merupakan sebuah sikap yang tumbuh karena kita meyakini serta percaya, bahwa kuat kuasa pertolongan tangan Tuhan, akan memberikan kita kelegaan atas masalah yang sedang kita hadapi.

Sikap patuh itu sendiri selayaknya hadir sebagai sebuah kesadaran diri, dipilih karena kita tahu, bahwa sikap patuh itu merupakan kehendak Tuhan agar menjadi gaya hidup serta citra diri dari setiap orang yang percaya dan beriman kepada Kristus.

Kepatuhan itu sendiri akan membawa hasil dan berkat bagi kita. Jadi, mulailah dari sekarang untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan yang patuh dan menyadari kalau diri kita harus menyatakan dengan benar bagaimana prinsip keimanan kita kepada Kristus, dinyatakan dalam kehidupan kita.


Tuhan Yesus memberkati kita semua.



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment