My Mind
Gunakan Kartu Kredit dengan Bijaksana



Warren Buffet, orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, pernah menyampaikan sebuah saran yang ditujukan kepada kelompok pekerja dan para usahawan muda, agar mereka menjauhi penggunaan kartu kredit untuk digunakan sebagai alat pembayaran pembelian barang-barang konsumtif, sebab penggunaan kartu kredit, bukanlah sebuah kegiatan investasi, namun media menumpuk hutang.

Realitanya, kartu kredit memang bisa menghancurkan keuangan pribadi banyak orang di dunia, karena mereka tidak mampu lagi melunasi pembayaran tagihan penggunaan kartu kredit yang terus membengkak.

Di Indonesia, uang yang berputar karena penggunaan kartu kredit, 10,371 trilyun rupiah (tempo interaktif) dengan jumlah kredit yang macet sebesar 2,4 trilyun rupiah. Sungguh, jumlah nominal rupiah yang teramat besar.

Seriusnya masalah hutang yang ditimbulkan oleh penggunaan kartu kredit yang tidak terkendali, bahkan membuat Oprah Winfrey, ratu talk show dunia, membuat beberapa episode dalam acaranya untuk membahas upaya-upaya yang bisa dilakukan seseorang agar tidak terjebak hutang bank akibat penggunakan kartu kredit yang tak terkendali.

Membeli barang-barang yang disukai tanpa harus mengeluarkan dana tunai, memang bisa membuat seseorang lupa, kalau pembayaran pembelian barang-barang dengan kartu kredit tersebut, akan menghadirkan hutang.

Apabila jumlah hutang karena penggunaan kartu kredit masih dalam batasan-batasan kemampuan keuangan seseorang untuk membayar tagihan cicilan, itu fine-fine saja. Namun kalau seseorang tersebut telah lupa diri dan terus-menerus menggunakan kartu kredit hingga batasan limit dana kredit yang bisa dipakai, seseorang itu harus sesegera mungkin menghentikan kebiasaannya itu.

Jika tidak disikapi dengan bijaksana dan hati-hati, penggunaan kartu kredit yang tidak dilakukan secara tepat guna serta tanpa memperhatikan besaran tingkat kepentingan atau keperluannya, bisa membuat seseorang menjadi bangkrut.

Kebangkrutan dapat terjadi pada diri pengguna kartu kredit, karena segenap tagihan atas penggunaan kartu kredit, akan dikenai bunga kredit. Suku bunga yang ditetapkan oleh bank-bank yang mengeluarkan kartu kredit, cenderung variatif serta tidak sama, yaitu berkisar antara 1 % hingga 2,5 %.

Bagi orang-orang yang awam dengan kegiatan transaksi bank, angka suku bunga bank yang berkisar antara 1 % hingga 2,5 % tersebut, terlihat kecil. Namun, apabila jumlah total transaksi diakumulasikan dengan bunga kredit, akan menghadirkan besaran nilai hutang atas penggunaan kartu kredit, menjadi besar bahkan sangat besar.

Jumlah total tagihan akan semakin membesar, apabila pada suatu waktu pihak bank secara sepihak menaikkan suku bunga kredit dengan berbagai alasan. Adanya angka kenaikkan suku bunga, akan membuat jumlah total tagihan hutang tidak seperti yang dibayangkan oleh setiap pengguna kartu kredit.

Pembelian barang dengan memanfaatkan kartu kredit, memang selalu disertai dengan adanya penetapan bunga kredit. Bunga kredit akan semakin membesar apabila jumlah total uang yang dibelanjakan oleh seseorang untuk membeli barang-barang konsumtif dengan menggunakan kartu kredit, semakin membesar pula.

Apabila seorang pengguna kartu kredit tidak sesegera mungkin, mau menghadirkan kesadaran diri untuk mengerem segenap hasrat konsumtif dengan mengandalkan kartu kredit sebagai alat pembayaran, maka dapat dipastikan, pada satu waktu nanti, ia akan segera mengalami kebangkrutan.

Oleh karena itu, sebelum terjebak pada lilitan hutang bank, para pengguna kartu kredit harus segera merubah perspektif berpikir mereka terhadap penggunaan kartu kredit, karena apabila tidak cermat dalam memanfaatkan kartu kredit, mereka bisa terjebak jerat hutang yang seakan-akan tidak pernah ada habisnya.

Saran bijak tersebut selayaknya mendapat perhatian besar dari orang-orang yang aktif memanfaatkan kartu kredit sebagai alat pembayaran dalam mengeksplorasi segenap hasrat serta kesenangan pribadi, dalam membeli barang-barang konsumtif secara tidak terkendali atau tepat guna.

Tindakan penghematan serta penerapan prinsip kehati-hatian memang harus dijadikan konsep berpikir realis mengingat akumulasi hutang-hutang yang tidak segera dilunasi, cepat atau lambat, dapat merusak keseimbangan neraca keuangan seseorang karena hutang kartu kredit yang menumpuk, tidak diikuti oleh adanya pertambahan jumlah pemasukan penghasilan.

Kesadaran diri ini harus pula disertai dengan upaya untuk mempercepat pembayaran cicilan hutang penggunaan kartu kredit. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya untuk pembayaran cicilan kartu kredit, tidak hanya sebatas pembayaran cicilan minimum.
 
Nilai ekonomis tidak akan pernah tercapai apabila jumlah hutang cicilan kartu kredit terus dibiarkan menumpuk, dan tidak segera disikapi dengan menghadirkan kesadaran diri dari setiap orang yang aktif memanfaatkan kartu kredit untuk membeli barang.

Upaya ekstra memang harus dilakukan karena hutang bukanlah media investasi, dan hutang bukan berarti seseorang menghasilkan uang namun mengeluarkan uang.

Mereka yang tidak segera menyadari adanya dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari penggunaan kartu kredit yang tak terkendali, dapat menghadirkan tekanan mental atau tekanan psikologis, yang bisa merusak karakter diri seseorang karena tergoncang akibat hutang penggunaan kartu kredit.

Jangankan jumlah hutang yang menumpuk, jumlah hutang yang masih dalam batasan normal saja, bisa menghadirkan beban pikiran, stress atau bahkan depresi.

Ingatlah! Hutang yang menumpuk, bukanlah sebuah kebanggaan, namun bom waktu yang bisa menghancurkan. Hutang yang menumpuk, bukanlah mimpi indah dan cerita yang menarik untuk diketahui banyak orang. 

Sejumlah besar orang memang mengandalkan kartu kredit sebagai sarana pemenuhan hasrat untuk membeli berbagai barang keperluan pribadi mereka. Ini bukanlah budaya yang baik, meskipun seseorang memiliki harta kekayaan yang melimpah dan mampu membayar cicilan tagihan kartu kredit.

Hutang bukanlah harta kekayaan. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan tepat agar para pengguna kartu kredit tidak terhimpit oleh kondisi keuangan yang tak menentu akibat dari jumlah hutang lebih besar dari penghasilan.

Memang, itu adalah uang pribadi. Akan tetapi itu bukanlah berarti, kartu kredit dapat  mengendalikan para penggunanya, sehingga suatu saat nanti, dapat menyulitkan diri para penggunanya sendiri.

Ancaman krisis keuangan global, terjadi karena banyaknya hutang yang macet karena hutang tidak dapat dibayar atau dicicil tepat waktu oleh para debitor. Apakah kondisi krisis harus pula dialami oleh para pengguna kartu kredit? Jangan, sekali-kali tidak, semoga tidak terjadi.

Well, bila tidak ingin mengalami krisis keuangan karena menumpuknya hutang kartu kredit, bersikaplah bijaksana, gunakan kartu kredit untuk hal-hal penting, hal-hal yang mendesak, atau dipakai seperlunya saja, sehingga tagihan tagihan kartu kredit, tidak menjadi mimpi buruk para penggunanya.

Berpikirlah cerdas dalam mengatur dan mengelola pengeluaran keuangan, khususnya dalam hal penggunaan serta pemanfaatan kartu kredit untuk kepentingan pembelian barang-barang konsumtif, karena kesalahan perhitungan dalam mengatur penggunaan kartu kredit, dapat menjerumuskan para pengguna kartu kredit pada besarnya hutang yang harus ditanggung.

Sungguh sangatlah menakutkan apabila karena kelalaian dalam mengatur pengeluaran keuangan, hidup seseorang berada dalam kondisi penuh dilematis, dimana situasi itu, bukanlah keadaan yang ingin dirasakan. 

Sebelum segala sesuatunya terlambat, sadarilah sejak sekarang. Hentikan segenap niat serta pikiran untuk menggunakan kartu kredit, yang belum tentu memberikan banyak keuntungan bagi diri kita. 
Labels: | edit post
3 Responses
  1. Thank u buat postingnya. Jadi inget dulu punya KK. Lupa diri, belanja gak direm, hutang numpuk. Hanya krn tergiur tawaran teman utk bikin KK, eh malah jd beban pikiran krn hutang. Untunglah, semua sudah berlalu. Saya gak pake KK. mungkin saya baru akan punya lagi, kalo udah bisa memakai KK dgn bijaksana. Mending spt sekarang, pengen beli barang, kalo ndak ada uang, yo wis, nabung dulu, jd terbebaslah dari hutang. :-)


  2. fajar bayu Says:

    Saya pernah punya 5 Kartu Kredit, dan semuanya over limit, :)
    Tetapi, setelah membaca buku karya Robert T Kiyosaki, bagaimana cara melunasinya, syukurlah, awal Januari 2009 saya sudah akan menyelesaikan pembayaran reschedule Kartu Kredit, dengan bunga bervariasi, antara 0-1% per bulan, bahkan ada yg mendapatkan diskon 30% dari total tagihan

    Tx


  3. esther sid Says:

    setiap tagihan kartu kredit selalu saya bayar lunas spy hutangnya tidak berbunga..


Post a Comment