My Mind

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu : Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.  (Lukas 11 : 9 – 10)

Semua anak-anak Tuhan di muka bumi ini, pasti sudah sangat familiar dengan isi kedua ayat Firman Tuhan diatas. Para Pendeta, Pastor, maupun Gembala Sidang Gereja, sering kali menggunakannya sebagai ayat penuntun atau bahan renungan saat menyampaikan khotbah.

Walau cukup panjang, anak-anak Tuhan juga dapat mengingat atau menghafal isi kedua ayat Firman Tuhan ini dengan mudah dan cepat, karena konsep pemikirannya amat sederhana (mewakili situasi serta kondisi yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari).

Oleh sebab itulah, makna hakiki yang dinyatakan dalam kedua ayat Firman Tuhan ini, dapat dengan mudah dicerna dan dimengerti, bahkan oleh logika pemikiran manusia paling sederhana sekalipun.

Tidaklah salah kiranya kalau kemudian, ada banyak anak-anak Tuhan yang menetapkan ayat Firman Tuhan ini, sebagai salah satu ayat favorite mereka.


I.      Agar Tetap Berharap Tuhan Menjawab Doa

Pada dasarnya, ruang lingkup pemikiran Firman Tuhan yang terdapat dalam kitab Lukas 11 : 9 – 10 tersebut diatas, memiliki daya tarik tersendiri. Apabila kita cermati lebih jauh, didalamnya akan kita jumpai : sebentuk ungkapan kasih Tuhan, yang dinyatakan untuk dapat meneguhkan kembali, iman percaya yang sempat mengendur, dari orang-orang yang sedang mengalami keriuhan suasana hati.

Daya tarik terbesar lainnya, terletak pada kuatnya pengharapan yang ditaruhkan. Kedua ayat Firman Tuhan tersebut, mendorong anak-anak Tuhan agar tidak cepat putus asa dan patah semangat, saat belum menemukan adanya kejelasan terhadap hal-hal yang ingin segera diperoleh atau didapatkan. 

Melalui FirmanNya ini, Tuhan menghendaki kita menjadi pribadi-pribadi yang sabar dalam bertekun, pribadi-pribadi yang tetap optimis dan menjaga sikap percaya, tidak terburu-buru negative thinking, tidak mudah ragu, serta mudah goyah dan menjadi pribadi yang pesimistik.

Aaahhhh.. Tuhan memang tidak menghendaki kita untuk mudah galau atau larut dalam kegalauan. Menanti memang pekerjaan yang membosankan. Namun Tuhan menghendaki, setiap anak-anakNya tidak menggalau kalau belum mendapatkan yang diinginkannya. Why? Karena ketika hati ini mulai galau, anak-anak Tuhan mudah tergoda untuk berbuat dosa.

Siapa sih orang yang gak galau kalau terlalu berlama-lama menantikan sesuatu, tanpa (sepertinya) pernah ada satu kepastian? As we know, menunggu merupakan pekerjaan yang bisa menggalau-kan suasana hati dengan cepat.

Penantian yang terlalu lama, membuat mereka menghadirkan suatu anggapan, kalau Tuhan terlalu tega membuat anak-anakNya menunggu dalam “ketidakpastian”, hingga akhirnya banyak yang tidak lagi sabar menanti, adanya jawaban doa dari Tuhan. Keinginan untuk terus-menerus “menagih janji” Tuhan dengan penuh pengharapan, perlahan-lahan mulai mengendur.

Terkait dengan besar dan kuatnya keinginan anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan jawaban atas doa permohonan yang mereka nyatakan kepada Tuhan, rasa galau mengemuka, karena mereka juga mengingat, akan adanya janji Tuhan yang mengatakan : Tuhan pasti memberikan jawaban terhadap doa permohonan mereka.  

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.  (Matius 21 : 22)

Perhatikan baik-baik bagian dari ayat Firman Tuhan didalam Matius 21 : 22. Disana ada disebutkan : “dengan penuh kepercayaan”. Kalimat dengan penuh kepercayaan tersebut berarti : selayaknya kita berdoa dengan penuh keyakinan (dan dilandasi oleh iman percaya) kalau Tuhan pasti merealisasikan adanya jawaban atas doa permohonan kita kepadaNya.

Kalimat “dengan penuh kepercayaan” diatas, memiliki satu energi yang teramat kuat, yaitu adanya keyakinan yang teguh, bahwa Tuhan akan menunjukkan kuasa kasihNya, apabila kita memintanya di dalam iman penuh percaya, serta menyerahkan segala sesuatunya (bentuk dari jawaban doa Tuhan, termasuk : kapan) ke dalam urapan tangan pengasihan Tuhan.

Jika dikaitkan dengan isi Firman Tuhan yang tertulis dalam kitab Lukas 11 : 9 – 10 diatas, kita tidak pernah mengendurkan semangat dan keyakinan hati kita untuk terus menantikan jawaban doa dari Tuhan, dengan tetap keukeuh meminta kepada Tuhan, dan tetap sabar menanti hingga Tuhan kelak merealisasikan suatu jawaban atas doa permohonan kita.

Apabila dirasakan perlu, kita justru menambah intensitas waktu kita dalam berdoa. Langkah ini perlu dilakukan, agar kita tidak menjadi bimbang, atau bahkan tidak lagi percaya.

Dengan kata lain, apabila kita semakin meneguhkan iman percaya kita dari hari ke hari, maka kita akan melihat serta merasakan, saat Tuhan merealisasikan janjiNya, menjawab doa permohonan kita. Oleh karena itu, jangan sekali-kali pun kita ragu, kalau Tuhan akan menjawab doa permohonan kita.

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikan.  (Roma 4 : 20 – 21)

Contoh dari sikap orang yang menjaga kepercayaan hati kalau Tuhan akan memberikan jawaban atas doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya, dapat kita temui pada kisah seorang perempuan kafir dari Kanaan, dalam Matius 15 : 21 - 28, serta kisah tentang kesembuhan pelayan seorang perwira Roma yang menemui Yesus di Kapernaum dalam Matius 8 : 5 – 13.

Kalau setiap hari Minggu hati dan mulut kita menyatakan percaya bahwa Tuhan adalah “Pribadi yang Empunya kuasa” (yaitu saat mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli), kenapa kemudian menjadi ragu, bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita karena lama direalisasikan?

Janganlah mulut kita memuji dan memuliakan nama Tuhan, namun hati kita tidak meyakini segenap kuasa Tuhan, termasuk diantaranya, berkuasa untuk menjawab doa permohonan kita.  

Sampai disini, kita sudah mendapatkan 2 point penting : meminta tanpa ada putus-putusnya, serta meminta dengan penuh rasa percaya kalau doa permohonan kita akan dijawab Tuhan.

II.    Ketika Doa Kita Lambat atau Tidak Dijawab Tuhan

Pada dasarnya, setiap orang memiliki satu atau sejumlah keinginan. Adapun sifat dari keinginan hati tersebut : dibutuhkan atau hanya sebatas ingin menyenangkan hati belaka. Apapun sifatnya, semua orang memiliki harapan yang sama : tidak ingin Tuhan lambat atau tidak menjawab doanya.

Namun, terkadang Tuhan mempunyai kehendak yang berbeda dengan keinginan hati manusia yang menyampaikan doa permohonan kepadaNya. Beberapa doa permohonan itu, ada yang tidak segera dijawab Tuhan, bahkan ada yang sama sekali tidak Tuhan realisasikan.

Apakah penyebabnya, sehingga Tuhan tidak segera memberikan jawaban, atau bahkan sama sekali tidak memberikan jawaban atas sejumlah doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya? Bukankah Tuhan telah berjanji akan mengabulkan setiap doa permohonan? 

Masih Melakukan Yang Salah

Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.  (Yesaya 59 : 1 – 2)

Firman Tuhan dalam Yesaya 59 : 1 – 2 dengan jelas menyatakan, penyebab doa kita lambat dijawab atau bahkan sama sekali tidak dijawab oleh Tuhan, karena kita masih melakukan dosa (atau berbuat kesalahan yang sama).

Misalnya : kita memohon kepada Tuhan agar diberikan penghasilan yang dapat mencukupi segenap kebutuhan hidup kita, akan tetapi kita sendiri masih suka berjudi, masih menjalani gaya hidup boros, atau masih suka menggelapkan uang yang dipercayakan pada kita, dll.

Jangan kita bertekun untuk meminta sesuatu pada Tuhan, akan tetapi kita masih mempertontonkan suatu sikap atau perilaku yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Oleh sebab itu, selayaknya pula kita mengintrospeksi diri kita sendiri, memperbaiki hal-hal yang dapat menghambat adanya realisasi janji Tuhan untuk menjawab doa permohonan yang kita sampaikan kepadaNya.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5 : 23 – 24)

Upaya kita dalam mengkoreksi sikap dan perilaku yang dirasakan masih belum berkenan dihadapan Tuhan, merupakan sikap aktif kita untuk mengenal dan mengetahui, apa saja yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, supaya Tuhan berkenan untuk menjawab doa permohonan kita.

Dalam hal ini, menghadirkan suatu perbuatan, pola sikap, serta perkataan yang benar, merupakan sebentuk inisiatif diri yang mengemuka oleh karena besarnya hasrat, keinginan dan harapan, kiranya Tuhan memperhatikan serta mempertimbangkan untuk segera mengabulkan doa permohonan kita.

Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.  (Roma 8 : 27)

Jadi, segenap harapan dan fokus perhatian kita, tidak hanya bertumpu pada besarnya keinginan agar Tuhan segera menjawab doa kita semata, akan tetapi diikuti pula dengan menghadirkan suatu sikap yang sesuai dengan kehendak Tuhan, agar doa kita dapat dikabulkan.

Kesalahan Dalam Motivasi dan Motif

Dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.  (Yohanes 2 : 25)

Ada banyak orang yang secara khusus meluangkan waktunya, untuk memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan. Hal ini mereka lakukan karena mereka meyakini, apabila mereka menyampaikannya secara khusus (apalagi dilakukan secara terus-menerus), doa mereka akan dikabulkan Tuhan. Salah satu bentuk permohonan khusus itu adalah : minta diberikan jodoh.  

Doa meminta jodoh, merupakan bagian dari cerita kehidupan yang bisa kita jumpai dalam kehidupan orang-orang yang usianya sudah cukup dewasa untuk menikah. Keinginan untuk mendapatkan jodoh dan segera menikah, seakan baru muncul, karena selama ini mereka sedang semangat-semangatnya mengejar karir dengan gaji besar.  

Lalu, apa yang salah sehingga muncul satu kesan, kalau Tuhan sepertinya lamban menjawab doa dari orang-orang dewasa muda yang meminta jodoh itu? Bukankah menikah memiliki tujuan yang mulia? Bukankah menikah sama artinya kita menjalankan perintah Tuhan agar manusia beranak-cucu?

Sebagian besar kesalahan, terletak pada motivasi dan motifnya. Pertama, mereka berdoa meminta jodoh oleh karena orang lain : karena teman atau orang-orang terdekatnya sudah menikah, karena desakan orang tua, atau karena tidak ingin menjadi bahan pembicaraan orang lain.

Ada kecenderungan, orang-orang muda yang berdoa meminta jodoh pada Tuhan, lebih didasari oleh karena munculnya satu keinginan untuk bisa sama seperti yang lain, atau untuk bisa menyenangkan hati orang lain. Beberapa orang lainnya bahkan berdoa minta jodoh karena tak ingin, status mereka yang belum menikah, menjadi hambatan atas kemajuan karir atau usahanya.   

Jadi, doa meminta jodoh kepada Tuhan dinyatakan karena sekedar menginginkannya, bukan karena mereka sendiri merasa benar-benar membutuhkannya. Padahal, prinsip dan hakekat yang benar itu, lebih ditekankan pada : karena kita membutuhkannya, bukan karena sekedar kita menginginkannya. Tentu saja, ini adalah sebuah motivasi serta motif yang salah.

Ingin saja tapi tidak merasa butuh, maka akan sia-sia atau tidak membawa manfaat dalam hidupnya. Beda halnya kalau butuh lalu menginginkannya. Sesuatu yang dibutuhkan, pasti diperlukan. Sesuatu yang diperlukan, sudah pasti akan bermanfaat atau membawa kemajuan hidup.

Kedua, motivasi yang salah juga ditunjukkan anak-anak Tuhan dengan : “mencoba mendikte Tuhan”, dengan berupaya menentukan, bagaimana atau seperti apa jawaban yang harus Tuhan berikan atas doa permohonan yang dinyatakan padaNya. Tentu saja, that is a wrong way.

“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”  (I Yohanes 5 : 14 – 15)

Otoritas dalam menjawab doa, sepenuhnya merupakan hak Tuhan. Berharap Tuhan menjawab doa kita agar sesuai dengan beragam kriteria seperti yang kita inginkan, boleh-boleh saja. Namun, jangan pernah membatasi rupa jawaban Tuhan atas doa kita dengan kata : “Harus seperti ini, harus seperti itu, ya, Tuhan,” dengan berbagai alasan yang “dianggap” logis.

Apabila kita berdoa untuk memohon sesuatu pada Tuhan, serahkan segala sesuatunya pada Tuhan, dengan merepresentasikan sebuah pernyataan pada bagian akhir doa kita : “Biarlah kehendak dan rencanaMu saja yang terjadi”.

Kita yang seharusnya menyamakan persepsi dengan kehendak Tuhan, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, apabila kita merasa Tuhan “agak lama” menjawab doa kita, ada baiknya kalau kita me-review lagi isi doa permohonan kita, mengkoreksi hal-hal yang dirasakan masih belum benar dinyatakan.

Tuhan Ingin Memberikan Yang Terbaik

Terkadang, jawaban Tuhan tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Dalam hal ini, Tuhan ingin supaya kita mengerti, arah dari hakekat jawaban Tuhan atas doa kita di kemudian hari, yaitu sebagai sebuah rancangan kehidupan yang terbaik bagi kita, sebab Tuhan tidak ingin mencelakakan anak-anakNya.

Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya : betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukannya bagi orang-orang kudus.  (Efesus 1 : 18)              

Dalam tulisan artikelnya yang berjudul BODY LOTION, Samuel Mulia – Pengasuh kolom PARODI di koran KOMPAS (dimuat pada tanggal 25 September 2011) – mengatakan, Tuhan tidak selalu berkata “YA” untuk jawaban doa permohonan yang dinyatakan kepadaNya.

Realisasi dari jawaban doa yang Tuhan nyatakan kepada kita, juga bisa “TIDAK”, karena Tuhan ingin kita menerima dan menjalani suatu proses pembelajaran hidup yang sejalan serta seturut kehendak Tuhan, sehingga kita bisa “naik kelas” dan hidup kita menjadi lebih lengkap.

Jawaban yang Tuhan berikan, mungkin tidak seturut hati kita : membuat kita kehilangan kesempatan yang sudah ada di depan mata, membuat kita kehilangan banyak teman, membuat kita menangis, atau membuat kita tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang selama ini kita miliki.

Namun, adanya “pengalaman baru” tersebut (keadaan yang tercipta karena Tuhan tidak meluluskan doa kita –> menjalankan rencanaNya sendiri), akan membuat pribadi serta jalan hidup kita menjadi more better, karena kita akan menjadi lebih peka mendengar suara Tuhan.

Pada awal mulanya, mungkin terasa pahit. Namun, apabila kita mau memandang keadaan yang kita alami secara lebih bijaksana (dengan membebaskan alur pikiran kita dari sikap serta perilaku egois), kelak kita akan tahu, segenap rencana Tuhan atas jalan hidup kita itu, membawa banyak kebaikkan, dan bukan untuk mencelakakan.

Tuhan Ingin Menguji Kesungguhan Hati

Sebagian besar anak-anak Tuhan, memang lebih sigap untuk menyampaikan permintaan, akan tetapi tidak tanggap untuk memperhatikan, apa-apa saja yang seharusnya mereka tunjukkan atau perbuat supaya Tuhan menjawab doanya.

Ada banyak anak-anak Tuhan yang inginnya diperhatikan dan didengarkan, akan tetapi enggan atau tidak mau memperhatikan serta mendengarkan. Bisa dibilang, sikap ini membuat anak-anak Tuhan, lambat membaca isyarat Tuhan apabila kita ingin doa permohonan kita dikabulkanNya.

Keseriusan anak-anak Tuhan dalam menyampaikan doa permohonan, memang ikut menjadi pokok perhatian Tuhan, sebab ada banyak anak-anak Tuhan yang menyampaikan doa permohonan karena memang membutuhkannya, akan tetapi tidak tampak ada keseriusan agar dapat cepat terwujud. 

Contoh : kita berdoa kepada Tuhan agar diberikan pekerjaan karena sudah lama menganggur. Akan tetapi, bagaimana pekerjaan bisa kita dapatkan apabila kita sendiri tidak pernah mengirimkan surat lamaran, tidak mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan yang mengadakan walk in interview?

Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan uang apabila malas bekerja atau malas berusaha? Bagaimana kita bisa mendapat pacar (calon pasangan hidup) kalau kita sendiri tidak berusaha untuk mencarinya, atau kita tidak membuka hati untuk kehadiran seseorang yang kita kasihi? Bagaimana kita bisa naik kelas kalau belajar saja kita ogah-ogahan dan malas membuat PR?

Doa kita tidak akan dijawab Tuhan apabila kita sendiri tidak menghadirkan sikap yang menunjukkan kalau kita memang mempunyai hasrat agar doa kita terwujud. Firman Tuhan mengatakan :

Demikian jugalah Iman tanpa perbuatan adalah mati.  (Yakobus 2 : 26)

Jadi, kalau pun kita mengimani dengan sungguh-sungguh isi doa kita akan dijawab oleh Tuhan sama seperti yang kita kehendaki, akan tetapi kita sendiri tidak melakukan sesuatu agar keinginan kita itu bisa terwujud, maka itu sama aja bohong.

sedangkan pada sisi yang lain, apabila kekuatan iman tidak dipakai untuk memperteguh keyakinan dan membesarkan harapan, maka doa yang disampaikan kepada Tuhan, tidak dilandasi oleh adanya sikap percaya, kalau Tuhan akan menjawab doa kita.

Firman Tuhan berkata :  Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.  (Yakobus 1 : 6)

Belum Meminta Dengan Sungguh-Sungguh

Dalam banyak kesempatan, pada saat kita berdoa untuk menyampaikan permohonan kepada Tuhan, sesungguhnya kita hanya berkeluh-kesah saja, tanpa ada satu kejelasan penyampaian permohonan, hal-hal apa saja yang ingin segera mendapatkan jawaban dari Tuhan.

Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.  (Yohanes 16:23b–24)

Begitu hebatnya keluh-kesah yang kita disampaikan kepada Tuhan saat berdoa, sehingga kita sendiri lupa untuk menyampaikan permintaan kepada Tuhan. Kebesaran nama Tuhan memang nyata dalam salah satu ciri Pribadi Tuhan, sebagai Pribadi Yang Maha Tahu. Namun Tuhan juga ingin tahu dengan jelas serta benar, apa keinginan umatNya dalam doa.

III.   Jika Ingin Doa Kita Dijawab Tuhan

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.  (Efesus 3 : 20)

Tuhan punya banyak cara untuk merealisasikan jawaban doa yang kita sampaikan. Cara-cara Tuhan dalam menjawab doa kita, terkadang diawali dengan melihat keseriusan hati kita : apakah memang ada kesungguhan didalamnya, apakah dinyatakan dengan iman percaya, dan apakah kita akan tetap bertekun menantikan Tuhan merealisasikan jawaban doa permohonan kita.

Lalu, bagaimanakah agar permohonan yang kita sampaikan melalui doa, bisa segera mendapatkan jawaban dari Tuhan?

Pertama, pada saat kita berdoa kepada Tuhan, janganlah mendoakan bagaimana permasalahan yang sedang kita hadapi, akan tetapi berdoalah dengan penuh iman percaya, tentang segala sesuatu yang kita butuhkan, dan bukan berdasarkan apa yang kita inginkan.

Kedua, meyakini, bahwa segenap permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan, bukanlah sesuatu hal yang mustahil, karena memang, bagi Tuhan tidak ada satu pun yang tidak mungkin.

Ketiga, nyatakan pula, bagaimana janji-janji Tuhan kepada manusia akan digenapi, ketika kita datang menghampiri tahtaNya, saat kita berdoa.

Saat kita memvisualisasikan (segenap janji-janji, sifat, kuasa, dan kebaikkan Tuhan) didalam doa kita, iman serta keyakinan kita akan semakin kokoh. Demikian pula dengan rasa percaya kita, akan terus bertumbuh dengan sendirinya, sehingga kita tidak akan bimbang dan ragu lagi, akan besarnya kuat kuasa Tuhan dalam menjawab doa permohonan kita.

Keempat, tetapkan prioritas utama dalam doa permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan. Cara kita menetapkan prioritas, sangat tergantung pada seberapa besar waktu yang kita sediakan dalam berkomunikasi dengan Tuhan, untuk dapat memahami, bagaimana kehendak dan keinginan Tuhan, agar dapat merealisasikan adanya jawaban dari doa permohonan yang kita panjatkan.

Upaya menghadirkan waktu untuk aktif berkomunikasi dengan Tuhan, membuat kita dapat lebih jauh mengetahui, mengenal, dan juga melihat, dimensi terbesar serta lebih luas dalam segenap rencana, rancangan visi, dan juga penjelmaan kasih Tuhan kepada kita.

Pada dasarnya, doa merupakan sumber kekayaan serta kekuatan manusia, karena melalui doa, kita akan mengetahui bagaimana kehendak Allah terhadap kehidupan kita, dan itu semua akan langsung diungkapkan kepada kita.

Satu hal yang perlu kita ingat : Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.  (Matius 6 : 33)

Satu hal yang perlu kita ingat : Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.


Kiranya tulisan ini membawa banyak manfaat. GBU ALL.


.Sarlen Julfree Manurung

Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment