My Mind

Entah karena merasa dirinya “kurang kaya” atau karena memang dirinya telah menjadi seorang yang kemaruk (rakus) oleh harta, Gayus Tambunan, tersangka kasus penggelapan pajak, dikabarkan telah “membuang” uangnya sebesar Rp. 4 milyar (dalam bentuk dollar Singapura), karena (katanya) telah ditipu oleh rekan sesama tahanan yang mengaku bisa melipatgandakan uangnya.

Hingga kini, belum ada pihak yang dapat memastikan tentang kebenaran berita itu. Namun banyak anggota masyarakat yang menyangsikan kebenaran cerita yang dikemukakan Gayus kepada media.

Ada yang mengatakan, Gayus sedang mencari sensasi belaka, supaya para hakim yang mengadilinya, tidak memasukkan penyitaan atas harta kekayaannya, ke dalam amar putusan mereka. Lalu ada pula orang yang mengatakan, kalau Gayus sedang mencoba menarik simpati masyarakat, yaitu dengan membangun opini publik yang ingin mengatakan, kalau kini dirinya sudah jatuh miskin.

Tidak sedikit pula anggota masyarakat yang percaya, kalau uang sebanyak itu diperbolehkan petugas LP Cipinang untuk dibawa masuk ke dalam kamar selnya. Kecenderungan yang ada, uang sebanyak itu habis dipakai untuk menyuap petugas LP agar dirinya bisa pulang ke rumah untuk bertemu anak dan isterinya, atau agar dirinya bisa plesiran di luar LP, menikmati kebebasan tanpa pengawalan.    

Nampaknya, uang telah membutakan mata hati serta mata iman seorang Gayus Tambunan. Dirinya telah menjadi seorang anak manusia yang menghamba kepada uang (slave of money), sehingga tak lagi berpikir secara logis atau mempersoalkan, bagaimana caranya mendapatkan uang.

Uang juga membuat Gayus lupa, kalau Tuhan merupakan sumber karunia kehidupan, dimana dirinya lebih mempercayai, kalau rekannya satu sel itu, mempunyai kuasa yang sama dengan Tuhan, karena mengaku bisa menggandakan milyaran uang yang dimiliki Gayus, dalam waktu singkat, tanpa bekerja atau melakukan aktifitas investasi.

Fakta, memang seperti itulah sifat dari sebagian anak manusia di dunia ini. Mata manusia nyaris tak berkedip apabila ada yang menjanjikan, bisa memberikan keuntungan finansial berlipat ganda dalam waktu singkat (cepat kaya), tanpa harus capek-capek bekerja, tanpa harus merintis usaha terlebih dahulu, maupun melakukan investasi terlebih dahulu.

Setiap Orang Ingin Hidup Layak

Siapa sih orang yang tidak menginginkan, segenap mimpi, angan-angan maupun harapannya, dapat terwujud? Apalagi kalau terwujudnya mimpi, angan-angan, maupun harapan itu, bisa dicapai dalam waktu (relatif) singkat.

Demikian pula dengan Gayus Tambunan dan sejumlah pelaku tindak pidana korupsi. Mereka adalah orang-orang yang tak mampu menahan godaan untuk cepat kaya secara instan. Selain itu, sebagian dari mereka ingin melepaskan bayang-bayang kemiskinan yang membelenggu mereka selama ini.

Fakta, tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin tetap hidup miskin hingga hembusan nafas yang terakhir. Terlahir sebagai anak pertama dari orang tua tak mampu, membuat Gayus ingin menggapai hidup sejahtera. Namun sayangnya, Gayus memilih cara-cara instan untuk cepat kaya.

Aahhh... Coba uang Rp. 4 milyar itu, diberikan Gayus kepada orang-orang yang saat ini membutuhkan modal usaha. Mereka pasti senang apabila ada orang yang mau membantu mereka untuk bisa memperbaiki kualitas hidup mereka, yang penuh dengan derita : hidup segan, mati pun tak mau.

Fakta, ada jutaan orang masyarakat Indonesia, hidup dalam garis kemiskinan (bahkan dibawah garis kemiskinan). Mereka mengalami kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Ketika kemiskinan membelenggu, pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari sering kali sulit tercapai. Penyebabnya, karena penghasilan yang mereka peroleh, jauh dari kata mencukupi. Apabila hari ini bisa makan (walaupun ala kadarnya), belum tentu esok hari ada makanan yang bisa disantap. Perut kenyang karena makan angin doang...

Urusan mengisi perut, memang jadi prioritas utama. Meskipun penting, menyekolahkan anak-anak ditempatkan pada urutan ke sekian. Demikian pula dengan tempat tinggal yang layak huni atau baju yang layak pakai. Semua berlaku apa adanya saja.

Hal yang paling menyedihkan, orang miskin itu.. gak boleh sakit, karena mahalnya biaya pengobatan di negeri kita. Kalau sakit, antara berobat seadanya, atau pasrah saja. Ngenes banget...

Fakta, kemiskinan hanyalah berisikan derita. Antara derita yang satu, berpadu dengan derita yang lainnya. Itulah sebabnya, dapat menjalani kehidupan yang layak, merupakan kondisi atau keadaan yang diimpikan dan dicita-citakan semua orang.   

Berlimpah Perbuatan Baik Dalam Hidup Yang Berkecukupan

Bersyukurlah kepada Tuhan kalau saat ini Anda tidak hidup kekurangan. Seseorang yang tak pernah lupa mengucap syukur di dalam kehidupannya, adalah orang yang menyadari arti keberadaan Tuhan di dalam hidupnya.

Mungkin Anda tidak hidup dengan berkelimpahan harta. Namun Anda memiliki kemampuan untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup Anda sehari-hari. Setidaknya, Anda masih dapat makan 3x sehari, atau di saat perut Anda lapar.

Tentu saja, kondisi Anda lebih baik dibandingkan mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama dengan Anda. Oleh sebab itulah, di saat Tuhan memberkati Anda dengan hidup yang berkecukupan seperti sekarang ini, hadirkan suatu pola, sikap atau gaya hidup yang tidak berlebih-lebihan.

Lihatlah orang-orang miskin di sekitar Anda. Tidak ada seorang pun dari orang-orang miskin itu yang “menikmati” kemiskinan hidupnya. Mereka juga ingin merasakan kesenangan hidup seperti Anda : merasakan berbagai menu makanan enak, ingin tinggal di rumah yang nyaman walau tidak mewah, dapat pergi berwisata atau membeli barang-barang yang diinginkan, dan lain sebagainya.

Dalam realita kehidupan, kaya dan miskin merupakan keadaan yang terpisahkan oleh sebuah jurang lebar lagi dalam. Padahal, pemisahan selebar jurang itu, merupakan buah pola pemikiran manusia.

Adanya kesenjangan sosial ditengah-tengah masyarakat, terjadi karena orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi baik, menutup rapat-rapat pintu sikap empati mereka kepada sesama. Mereka cenderung menghindari, adanya persinggungan secara langsung dengan individu ataupun kelompok masyarakat ekonomi lemah.

Mereka berlaku diskriminatif dan senang menekan, bergaul dalam lingkup kelompok-kelompok kecil yang bersifat eksklusif, dan menerapkan prinsip-prinsip nepostisme sebagai langkah antisipatif untuk menjaga kenyamanan mereka beraktifitas agar tetap berada dalam lingkup yang terbatas.  

Bisa dibilang, sebagian besar orang kaya, cenderung berlaku protektif dan bersikap resisten terhadap kelompok masyarakat ekonomi lemah, yang dianggap bisa mengganggu ketenangan dan citra hidup mereka. Oleh sebab itulah, banyak dari antara mereka yang sengaja membangun “tembok pemisah” dari orang-orang yang dianggap bisa mengganggu ketenangan mereka.

Padahal, kondisinya akan terasa berbeda, apabila setiap orang yang hidupnya telah mencapai taraf berkecukupan, tidak ragu untuk berbagi kasih pada sesama, mengulurkan tangan bagi yang lemah, dan merangkul orang-orang yang masih hidup dalam kemiskinan, sehingga tidak akan ada lagi kisah kesenjangan yang membumi.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kemampuan dan kualitas hidup mereka di kemudian hari. Beberapa contoh diantaranya : memberikan mereka ketrampilan dasar, mengadakan pelatihan gratis, memberikan mereka modal usaha, membantu pendidikan anak-anak mereka, membantu mereka agar bisa menyalurkan bakat serta kemampuan mereka, atau membuka lapangan kerja (mencarikan mereka pekerjaan, memberikan mereka kesempatan untuk bekerja).

Semuanya itu, merupakan tindakan yang bisa dilakukan untuk bisa meningkatkan kapasitas maupun kualitas hidup orang-orang miskin, dengan cara-cara manusiawi, sehingga mereka mampu melewati rintangan hidup, menuju tingkat kehidupan yang lebih layak serta bermartabat.

Jika semuanya itu bisa dilakukan, niscaya tak akan banyak lagi orang miskin yang hidupnya berada di bawah bayang-bayang kesengsaraan dan tekanan hidup, karena diperlakukan sebagai sosok manusia seutuhnya.

Hidup Dengan Banyak Perbuatan Mulia, Untuk Menjadi Pewaris Di Sorga

Tidak ada satu pun pihak yang berhak melarang Anda, untuk dapat menyukakan hati Anda sendiri atau orang-orang disekitar Anda, dengan harta kekayaan yang Anda miliki. Namun bukan pula suatu kesalahan, apabila Anda juga memakainya untuk menghadirkan manfaat atau kemajuan hidup bagi orang lain.

Uang memang bisa membuat Anda menikmati beragam kesenangan yang ingin Anda rasakan. Akan tetapi, ingatlah pula kalau uang juga bisa menghancurkan hidup Anda, terutama apabila Anda tidak mampu lagi mengendalikan diri, untuk mendapatkannya secara berlimpah-limpah tapi mudah, atau dalam menghambur-hamburkannya.   

Ada tertulis : “Cinta uang, adalah sumber dari segala dosa”.

Oleh sebab itu, bagaimana hakekat mendapatkan uang dengan baik, serta bagaimana prinsip-prinsip menggunakan uang secara bijaksana, perlu terus ditanamkan dalam benak pikiran, untuk diingat dan dipergunakan sebagai cermin dalam mengendalikan diri, sehingga uang tidak menjadi sumber dosa bagi kehidupan Anda. Nyata, uang dapat pula melumpuhkan sendi-sendi kebebasan hidup Anda.

Segenap harta kekayaan itu merupakan titipan Tuhan, yang diberikanNya sebagai anugerah. Apabila Tuhan menghendaki, Tuhan juga bisa mengambilnya dari Anda, kapan saja.

Nyata, Anda tidak akan membawa segenap harta kekayaan Anda dalam alam kubur. Kekayaan yang Anda bawa, hanya risalah perbuatan-perbuatan baik yang telah Anda lakukan, dan bagaimana Anda menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup Anda. So, ingatlah selalu kalau Tuhan itu ada.

Apabila Anda sudah hidup berkecukupan, perkaya juga jalan hidup Anda dengan beragam perbuatan baik, yaitu perbuatan yang menyukakan hati Tuhan serta perbuatan yang membawa kebaikkan bagi kehidupan orang lain. Lakukan semua bentuk perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan.

Fakta, apabila Anda senang melakukan perbuatan baik, hati Anda akan dipenuhi oleh sukacita. Rasa sukacita Anda tidak akan pernah berakhir, karena Tuhan berkenan untuk menerima Anda menjadi warga Sorga, setelah melihat panjangnya daftar kekayaan perbuatan baik yang telah Anda lakukan. 

Apalah arti hidup seseorang yang berlimpah-limpah harta kekayaan dan bermandikan kesenangan, namun nanti Tuhan menganggapnya miskin dalam perbuatan baik?  

Beriringan jalan dengan perbuatan baik, jangan lupakan waktu untuk beribadah pada Tuhan. Jadilah orang yang tahu mengucap syukur pada Tuhan, jadilah orang yang selalu menyediakan waktu untuk mendekatkan diri pada Tuhan, dan jadilah orang yang menjalankan perintah-perintahNya dalam alur kehidupannya.

Orang-orang yang senang bergaul dengan Tuhan, adalah pribadi-pribadi manusia yang takut berbuat dosa. Sedangkan orang yang takut berbuat dosa, tidak akan mengilhami hati dan pikirannya untuk maruk harta, karena dirinya tahu, Tuhan akan melimpahi hidupnya dengan berkat-berkatNya. 

Fakta dan nyata, pernyataan diatas bukanlah omong kosong, sebab ada tertulis dalam FirmanNya : “Carilah Aku dan kebenaran di dalam namaKu, maka Aku pun akan memberkati hidupmu.”

Apabila Anda mampu menjaga sikap Anda dengan mengekspresikan beragam perbuatan baik, maka hati dan hidup Anda akan selalu diliputi rasa sukacita serta kebahagiaan. Dalam menjalani hidup ini... jangan hanya berpangku tangan, jangan hanya mencari aman.

You must out of the box. Make it your mind free  from fear of living poor. Why?

Pertama, karena kebahagiaan seseorang itu, tidak dinilai dari seberapa banyak uang maupun harta kekayaan yang dimilikinya. Uang memang diperlukan, namun uang bukanlah segala-galanya.

Kedua, kebahagiaan hidup akan Anda peroleh serta rasakan, apabila Anda mendekatkan diri kepada Tuhan, karena Tuhan adalah sumber berkat dan juga karunia. Cukup dengan taat menjalankan segenap perintah-perintahNya, maka IA akan memberkahi hidup Anda, IA akan mencukupi kebutuhan hidup Anda.

Jadilah bagian dari orang-orang yang senang berbuat baik. Jadilah orang yang namanya telah dicatat sebagai warga Sorga, oleh karena sikap, perbuatan, dan perilakunya, sesuai kehendak Tuhan.

Selamat berkarya di jalan Tuhan. Selamat beraktifitas. Tuhan memberkati Anda.

 

.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment