My Mind
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
(Galatia 6 : 9)


Ada 2 hal mendasar yang ingin disampaikan oleh ayat Firman Tuhan yang terdapat dalam kitab Galatia pasal 6 pada ayat yang ke-9 diatas.

Pertama :
Jangan pernah merasa lelah untuk berbuat baik, karena segenap perbuatan baik yang kita lakukan, membuat kita menuai berlimpah berkat Tuhan dan banyak tanda kasih dari sesama manusia, pada satu masa waktu nanti.

Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.  
(Efesus 6 : 8)

Kedua :
Berkat Tuhan dan tanda kasih dari sesama manusia, tidak akan kita peroleh, dapat rasakan, atau dapat kita temui, apabila kita sempat mengendurkan semangat, adanya niat dan besarnya keinginan untuk selalu berbuat baik, sepanjang hidup kita.

Bisa dikatakan, ayat Firman Tuhan ini disampaikan untuk mengingatkan setiap orang, agar selalu berbuat baik dan menyatakan kebaikkan kepada orang-orang di sekitar kita, karena teramat besar manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh apabila aktif melakukannya.

Realita kehidupan menunjukkan, tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengalami kerugian (baik dalam bentuk materi atau dalam bentuk lainnya), karena telah berbuat baik kepada orang lain.

Tetapi jalan orang benar itu seperti fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.  
(Amsal 4 : 18)

Tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik.  
(Roma 12 : 10a)

Apa sih, susahnya berbuat baik atau menghadirkan kebaikkan hidup pada orang lain? Setiap orang pasti bisa berbuat baik. Bahkan diri seseorang yang sepanjang hidupnya dikenal masyarakat sebagai seorang penjahat, identik sebagai seseorang yang kejam atau tidak pernah lepas dari tindak kejahatan sekalipun, masih bisa berbuat baik.

Meskipun intensitas perbuatan baik yang dilakukan oleh para pelaku tindak kejahatan tersebut tidak sebanyak atau seintens yang bisa dilakukan “orang baik-baik” perbuat,  namun para pelaku tindak kejahatan itu, masih bisa mengapresiasikan suatu perbuatan baik kepada orang lain, setidaknya, perbuatan baik itu dinyatakan kepada orang-orang yang ada disekitarnya.

Oleh karena itu bisa dikatakan, semua orang yang mempunyai pikiran dan akal budi, serta semua orang yang telah mengenal kehidupan, pasti bisa berbuat baik.

Sedangkan sesuatu hal yang agak sulit untuk dilakukan semua orang terkait dengan perbuatan baik, adalah konsisten untuk terus-menerus melakukan perbuatan baik.

Ya, tidak semua orang yang mampu tetap konsisten serta berketetapan hati untuk mengapresiasikan adanya perbuatan baik sepanjang hidupnya.

Bahkan bagian dari komunitas orang-orang yang dikenal sebagai anak-anak Tuhan, orang-orang yang disebut sebagai pelayan-pelayan Firman Tuhan, atau bagian dari orang-orang yang diketahui suka mempelajari Firman Tuhan, juga dapat "tersandung" untuk tidak berbuat baik.

Padatnya aktifitas ibadah dan pelayanan Firman Tuhan yang dilakukan oleh seorang anak Tuhan, tidak menjamin kalau dirinya akan konsisten untuk tidak berbuat sesuatu hal yang tidak baik, karena mereka adalah manusia yang masih memiki kemungkinan untuk jatuh kedalam dosa.

Kenapa begitu ya?

Sulitnya seseorang untuk dapat terus-menerus berbuat baik atau membawa kebaikkan hidup kepada orang lain dalam mengisi hari-hari kehidupannya, bisa terjadi karena didalam diri setiap orang, masih bersemayam cara-cara hidup manusia duniawi, yang terkadang masih agak sulit untuk dikendalikan, dimana hal tersebut tidak terlepas dari adanya keinginan didalam hati dan benak pikiran, adanya amarah atau emosi jiwa, serta adanya pergolakan maupun beban di hati.

Selain faktor manusiawi, hal-hal apa sajakah yang membuat diri seseorang sulit untuk berbuat baik?

Perbuatan baik juga tidak dapat dirupakan, karena seseorang masih sulit untuk dapat melepaskan adanya pemikiran-pemikiran egois atau mementingkan diri sendiri, dan karena seseorang merasa sulit untuk mengambil kebijakan yang tepat atau keputusan yang bisa menyenangkan hati orang lain.   
   
Oleh sebab itu dapat pula dikatakan, bahwa adanya besar keinginan untuk berbuat baik dalam diri seseorang, tidak dapat diapresiasikan karena seseorang tersebut telah membuat suatu batas maya agar dirinya “diperkenankan” untuk bertindak tidak baik, terutama pada saat terdesak oleh keadaan.

Sering kali pula, perbuatan baik itu sulit untuk dilakukan serta diapresiasikan, karena manusia tidak tulus atau setengah hati untuk melakukannya. Adanya perbuatan baik yang tidak disertai dengan sikap tulus, tidak akan membawa sukacita.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan perbuatan baik yang dilakukan dengan tidak sepenuh hati disini, adalah sebuah perbuatan baik yang diapresiasikan kepada orang lain, namun dibalik perbuatan baik tersebut, menyertakan sebuah hasrat tersembunyi untuk bisa menyalurkan kepentingan pribadi.

Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHAN lah yang menguji hati.   (Amsal 16 : 2)

Jelas, sikap tidak tulus dan setengah hati dalam perbuatan baik, bukanlah sebuah sikap yang benar, tidak patut ditiru, sebaiknya tidak menjadi gaya hidup.

Sikap tidak tulus dan berbuat dengan tidak sepenuh hati, kiranya tidak layak untuk dikembangkan sebagai ciri pribadi seseorang, atau bahkan dijadikan satu konsepsi kehidupan yang dipakai dalam pergaulan.

Apabila kita ingin berbuat baik, maka sudah selayaknyalah perbuatan baik kita itu, dilakukan dengan tulus, terbuka, dan apa adanya. Sebaiknya kita juga tidak membawa serta adanya keinginan-keinginan tersembunyi pada saat melakukannya.

Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri, jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.  
(I Korintus 3 : 18)

Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.  
(Filipi 2 : 2 – 3a)

Hal terburuk yang terkait dengan perbuatan baik adalah “pura-pura” berbuat baik, karena didalam sikap penuh kepura-puraan, membawa serta dosa dibelakangnya.

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
(Roma 12 : 9)

Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan pakaian yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.  
(II Korintus 5 : 4)

Selain berlandaskan ketulusan, perbuatan baik itu sebaiknya diapreasiasikan sebagai sebuah ungkapan kasih.

Pada dasarnya, sebuah perbuatan yang dilandasi oleh kasih, akan membuat seseorang tahu bagaimana mengungkapkan atau menyatakan hal-hal yang benar dan baik kepada orang lain. Dalam hal ini, segenap perbuatan baik membuat kita belajar untuk mampu mengasihi orang lain.

Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seoang akan yang lain oleh kasih.  
(Galatia 5 : 13)

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.  
(Efesus 4 : 2)

Faktor lain yang membuat seseorang bisa berbuat tidak baik atau tidak sepenuh hati berbuat hati, adalah karena adanya pemikiran negatif thinking didalam benak pikiran. Sikap curiga atau sikap tidak senang membuat seseorang “pikir-pikir” dahulu untuk mengekspresikan perbuatan baik.

Kenapa kita harus berbuat baik?

Selain telah disebutkan dalam penjabaran diatas, kenapa perbuatan baik harus menjadi citra hidup kita, adalah karena melakukan perbuatan baik merupakan perintah atau kehendak Tuhan agar kita semua bisa menjadikan suka berbuat baik sebagai sikap serta gaya hidup kita.

Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan!
(Mazmur 97 : 1a)

Bunyi ayat Firman Tuhan tersebut dengan tegas memerintahkan agar setiap anak-anak Tuhan membenci segenap perbuatan tidak baik, yaitu perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan atau dianggap jahat di mata Tuhan, dimana perbuatan-perbuatan tidak baik itu dapat mendatangkan dosa bagi diri sendiri.

Dalam banyak kesempatan pelayanan sepanjang keberadaanNya di dunia ini, Tuhan Yesus sendiri banyak sekali memberikan contoh perbuatan baik, yaitu perbuatan yang dilandasi oleh adanya kasih Bapa, dimana segenap perbuatan-perbuatan baik penuh kasih tersebut, dapat pula dilakukan anak-anakNya, yaitu kita, para pengikut Kristus.

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.  
(Efesus 5 : 8 – 9

Pada bagian yang lain, Firman Tuhan juga menyampaikan agar masing-masing kita, dapat hidup saling bertolong-tolongan dan saling membantu diantara sesama manusia.

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.   (Galatia 6 : 2)

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.  
(Galatia 6 : 10)

Realita kehidupan ternyata juga menunjukkan, bahwa mengapresiasikan perbuatan baik merupakan pilihan terbaik dalam pembentukkan karakter setiap pribadi manusia, agar dapat hidup penuh sukacita serta mendapatkan tanggapan sikap yang baik pula dari orang lain. Tidak salah pula kalau aktif melakukan perbuatan baik, bisa menjadi gaya hidup bagi setiap orang.

Setiap orang beriman sepatutnya memenuhi kehidupannya dengan berbagai tindakan baik, karena melakukan perbuatan baik merupakan perintah Tuhan, dimana Tuhan menghendaki agar setiap anak-anak Tuhan membenci dan tidak melakukan seluruh bentuk tindak atau perilaku jahat.

Bagaimana kalau ada orang lain yang berbuat tidak baik pada kita? Apa yang harus kita lakukan?

Sulit rasanya bagi sejumlah anak-anak Tuhan untuk dapat menahan diri atau menahan emosi ketika ada orang lain yang melakukan perbuatan atau menyampaikan pernyataan yang membuat diri kita tidak senang atau tersakiti. Akan tetapi Firman Tuhan berkata :

Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
(Roma 12 : 15)

Isi ayat Firman Tuhan diatas dengan jelas melarang kita untuk tidak membalaskan segenap perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan orang lain kepada kita dengan perbuatan tidak menyenangkan, melainkan memberkati orang lain tersebut.

Artinya, prinsip membalas dendam tidak berlaku dalam kehidupan orang-orang yang beriman kepada Kristus, karena yang berlaku adalah hukum kasih, sebab ada tertulis :

Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
(Roma 12 : 19)

Ya, kita tidak memiliki hak untuk menghakimi orang lain. Kita seharusnya menjadi teladan bagi banyak orang, dengan aktif menyatakan perbuatan kasih, meskipun diri kita sudah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain.

Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
(Roma 12 : 21)

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
(Roma 13 : 10)

Dalam FirmanNya, Tuhan memang tidak jemu-jemu untuk selalu mengingatkan kita, anak-anakNya, untuk selalu mengedepankan adanya prinsip-prinsip kasih pada setiap tindakan atau ucapan yang kita nyatakan dalam setiap langkah kehidupan.

Intinya, setiap orang yang menjalankan segenap perintah Tuhan, tidak akan menghadapi beban berat, meskipun terkadang, orang lain mengartikan lain atas kebaikkan hati kita.

Rasa-rasanya sudah cukup jelas kiranya, kalau kita tidak lagi memiliki sebuah alasan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik, akan tetapi kita selalu bersemangat untuk terus-menerus melakukan perbuatan yang baik.

Selama masih dapat dikatakan "hari ini", penuhilah segenap waktu dalam hidup kita dengan berangkai-rangkai perbuatan baik tanpa pernah berhenti untuk terus-menerus melakukannya.

Akhir kata, marilah kita menjadikan sikap hidup yang suka melakukan perbuatan baik dengan tulus, menjadi bagian dari karakter dan kepribadian diri kita, karena memang, perbuatan baik bukanlah sebuah perbuatan yang membuat diri kita jatuh kedalam dosa namun memperoleh berlimpah-limpah berkat Tuhan serta tanda kasih dari orang lain.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekelan dalam hati mereka.
(Pengkhotbah 3 : 11a)



Tuhan Yesus memberkati kita semua.




.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment