My Mind
Satu periode keanggotaan DPR dan DPRD kita, sebentar lagi akan berakhir. Banyak hal yang telah dihasilkan, namun tidak sedikit pula pengungkapan-pengungkapan perilaku buruk dari para anggotanya, menjadi bahan pembicaraan luas ditengah-tengah masyarakat.

Harus diakui, banyak anggota DPR RI dan DPRD kita yang bermasalah. Banyak yang tidak bertindak sebagai wakil rakyat, karena cenderung lebih mementingkan kepentingan partai dan aktif mencari imbalan jasa atas setiap usaha atau kegiatan rapat yang mereka lakukan.

Jadi jangan heran kalau tidak sedikit anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009 yang tersangkut masalah hukum, karena mereka memang benar-benar tidak berniat sebagai wakil rakyat, namun sebagai wakil partai.

Perilaku yang tidak mementingkan rakya, masih pula ditambah dengan adanya perilaku amoral dalam diri sejumlah anggota DPR dan DPRD kita, yang suka melakukan tindak pelecehan kepada kaum perempuan, atau menjadikan kaum perempuan sebagai "insan" melampiaskan nafsu birahi yang tak mampu ditahan.

Baik buruknya moral seseorang, memang kita tidak tahu. Namun selayaknya kita, sebagai warga negara yang berhak memilih wakil-wakilnya di DPR, tidak memilih pribadi-pribadi pemimpin yang tidak dapat menjaga sikap dan perilakunya, karena buruknya perilaku anggota DPR dan DPRD kita, akan berimbas pada kinerja mereka sebagai anggota legislatif.

Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memilih calon anggota legislatif, terutama yang kata-katanya tidak hanya berisi janji-janji, suka membagi-bagikan uang, atau memilih seorang caleg yang hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa diri mereka berasal dari kaum "putih" yang akan membela rakyat habis-habisan.

Mari kita lihat kenyataan hidup bahwa sejak mulanya tidak ada seorangpun di tanah darat bumi kita ini, yang benar-benar "putih dan bersih" tanpa bernoda. Temukanlah nama calon anggota legislatif yang benar-benar bersedia hidup sebagai pengabdi bagi rakyat, bukan bersikap eksklusif di mata rakyat, apalagi hanya berjuang untuk mementingkan kepentingan satu kelompok atau golongan masyarakat semata.

Artinya, kita memilih calon pemimpin yang benar-benar bersedia dan siap berdiri diatas kepentingan pribadi dan kelompok. Mayoritas bukan berarti punya hak untuk menekan yang minoritas, karena tanpa kaum minoritas, negara ini tidak memiliki simbol identitas PERSATUAN dan KESATUAN BANGSA.

Oleh sebab itu, kita harus memilih calon anggota legislatif yang benar-benar mau mengabdi untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan semata.

Bangsa ini bukan milik sekelompok atau segolongan orang saja. Bangsa ini adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas etnis, suku, dan iman kepercayaan. Bangsa ini adalah Bhineka Tunggal Ika sejak dulu kala.

Pluralisme adalah fakta sejarah bangsa kita dan telah tercipta jauh sebelum negara kita menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadi, janganlah kita memilih calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya pluralisme dalam kehidupan masyarakat kita, sebab calon anggota legislatif yang ingin "menyangkal" adanya pluralisme, cepat atau lambat, mereka akan menebar benih-benih perpecahan dalam persatuan dan kesatuan di negara kita dengan berbagai cara.

Kenapa demikian? Karena mereka akan memaksakan kehendak agar hanya ada satu culture saja di negara ini, sedangkan negara kita terdiri dari aneka budaya dan suku daerah, yang merupakan karunia Tuhan dan membuat negara ini besar serta kaya akan ragam kebudayaan daerah.

Tanggal 9 April 2009 nanti, bangsa Indonesia kembali akan mengadakan pemilu. Salurkanlah aspirasi politik dengan memilih calon anggota legislatif yang dapat menyampaikan suara seluruh anggota masyarakat, dan bukan segolongan saja.

Kita harus belajar dari situasi yang telah dibangun serta diciptakan oleh para anggota DPR dan DPRD periode 2004 - 2009, yang banyak menghasilkan produk UU yang tidak aspiratif (cenderung lebih mengarah pada pemenuhan kepentingan golongan atau kelompok tertentu), dan banyak yang memiliki perilaku seorang koruptor atau amoral.


.Ir. Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment