My Mind
DEBAT KUSIR
By : Sarlen Julfree



Meruntuhkan corong demokrasi...
Menyampaikan segenap ide, seperti sedang orasi
Meriah berucap, dalam rangkaian kata-kata basi...
Ada yang bicara halus, ada pula yang dihalusi,
Sedang satunya lagi, seperti sedang makan sambal terasi...
Hingga lamat-lamat terdengar banyak orang ketawa-ketiwi,
Membuat muka merah, antara malu atau terbakar emosi...

Katanya, "Tahu apa kamu?"
Jawab lawannya, "Tahukah kamu siapa aku?"
Tak ada yang mengalah, tak ada yang membeku...
Lumat-melumat hingga salah satu menjadi kaku
Terdiam mengulum ludah, lalu membisu,
Seakan menyerah kalah, namun akhirnya meninju :
"Mulutku, tak penuh dengan paku...!!!"

Mencari sebuah pengakuan,
Mengharapkan adanya pembenaran...
Membiarkan orang lain terluka karena perkataan...
Dalam uraian jurus-jurus bicara, menakutkan,
Semua tak ada yang terlewatkan,
Bahkan kata-kata penuh sampah diucapkan,
Merelakan kehormatan, demi mendapat dukungan...
Meski ia tahu, itu bukan yang diharapkan...

Ketika angin berhembus,
Semuanya harus ditebus...
Bahkan bila perlu, orangnya direbus...
Memaknai kebebasan berucap, dalam arti culas...
Bertarung kata penuh tanda seru, 'tuk melibas atau dilibas
Hingga penonton takjub, seperti sedang menonton debus...

Apa arti semua ini...?
Semua diungkapkan dengan penuh akumulasi
Dijabarkan seakan telah di kalkulasi,
Dalam kewibawaan, terucap kata-kata penuh sensasi...
Tak lagi ditimbang, namun terus mengimbangi
Agar dirinya terlihat pintar, dan namanya mewangi
Hingga yang lain, tak berani interupsi...

Seharusnya mereka memakai kaca mata kuda
Seharusnya mereka tahu apa yang di kata,
Agar mereka dapat terarah dalam bicara,
Bukan berlagak tahu, tapi ternyata tak tahu apa-apa...
Seperti denting tong kosong, nyaring bunyinya...

Sebuah debat kusir memang tak butuh ada kusir...
Namun mereka butuh cermin, agar mereka dapat... nyisir...


3 Oktober 2007
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment