My Mind
"Jangan pernah memandang tempat dan pekerjaan apa yang sedang kita kerjakan, selama semuanya itu kita lakukan dengan tidak melanggar hukum serta penghasilan yang didapat, diperoleh dari hasil keringat kita sendiri."

Begitulah kira-kira kesimpulan dari artikel yang dimuat di halaman pertama Harian Surat Kabar KOMPAS pada tanggal 19 Januari 2010, yang mengupas tentang kehidupan dari para pemulung ban bekas yang ada di daerah Bongkaran, Tanah Abang.

Semua orang pasti ingin meraih keberhasilan di setiap langkah kehidupan yang dijalani. Adanya keberhasilan akan membawa kebahagiaan dan kebanggaan diri.

Pada sisi yang lain, tidak sedikit pula orang yang mengeluh, karena hingga kini perjuangan mereka belum membuat mereka hidup sejahtera, sehingga sedikit sekali cerita kesuksesan yang bisa membuat diri mereka bangga atas segenap hasil yang telah dicapainya.

Bagi mereka, memiliki penghasilan yang membuat mereka bisa mencukupi kebutuhan hidup, baru sebatas mimpi semata.

Nominal rupiah yang diterima setiap bulan sebagai penghasilan, adalah buah dari usaha. Semakin besar nilainya, merupakan buah yang sepadan sebagai sebuah penghargaan atas ketekunan serta eksistensi kerja yang telah dicapai.

Tentu saja, semakin besar nominal penghasilan yang diperoleh, merupakan tanda pengakuan orang lain atas dedikasi yang ditunjukkan selama ini.

Memang, tidak semua orang yang bisa meraih penghasilan besar untuk setiap usaha yang dilakukannya. Hal ini disebabkan karena adanya pengelompokkan bidang pekerjaan dan adanya komponen tanggung jawab yang menimbulkan adanya perbedaan dalam penghitungan terhadap upah yang akan diterima setiap bulannya.

Sejumlah keterbatasan serta kendala, baik yang berasal dari dalam diri, maupun kendala yang muncul oleh karena situasi dan kondisi faktual yang sulit ditolak, dapat menjadi penyebab seseorang hanya bisa pasrah memiliki penghasilan yang pas-pasan atau bahkan kurang memadai.

Haruskah pasrah dengan keadaan? Tentu saja tidak, sebaiknya jangan.

Pada dasarnya, hasil terbaik dari sebuah usaha akan sulit diperoleh apabila hambatan yang sekiranya bisa membuat seseorang tidak dapat bangkit dari kesusahan atau kesulitan hidup, tidak segera disikapi. Dasar pemikirannya, hidup tak akan berkembang seperti yang diinginkan apabila tidak mencoba untuk menghadirkan perubahan gaya dan sikap hidup.

Jangan pernah berharap ada perubahan kondisi kemampuan ekonomi apabila memelihara sikap malas didalam diri.

Seorang pemalas adalah pribadi yang lambat menyadari kalau kehidupan harus disikapi dengan bekerja, mencurahkan segenap kemampuan diri untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan besarnya biaya hidup sehingga dapat hidup dengan layak.

Bagaimana hidup ini mau berkembang dan mengalami perbaikan kalau kemalasan dibiarkan menjadi bagian dari sikap hidup? Perang yang paling sulit itu adalah memerangi hal-hal negatif yang ada didalam diri sendiri.

Ingat! Perbaikan kualitas hidup dan kemampuan ekonomi itu, adalah pilihan.

Pada dasarnya, setiap orang dapat memperbaiki kondisi kemampuan ekonominya. Adanya hambatan dari dalam diri dipecahkan dengan menghadirkan kemauan dan hasarat untuk tidak terlalu lama terjebak dalam kekurangan dan kelemahan diri.

Langkah perubahan tingkat kesejahteraan hidup seakan sulit digapai dan akan selalu menghadirkan dilema, apabila seseorang tidak menghadirkan keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat hidup dengan segenap kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya.

Oleh sebab itu, arus perubahan harus dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan merubah gaya berpikir serta sikap diri. Buka cakrawala berpikir lebih luas lagi. Yakinkan diri, bahwa segala sesuatu yang sekiranya bisa memperbaharui kualitas hidup, layak untuk dilakukan.

Jangan batasi diri dengan pemikiran-pemikiran yang membuat kita hanya terpaku pada apa yang ada, namun proyeksikanlah diri untuk menatap masa depan. Buatlah skema pengembangan diri yang dapat membuat kita tidak mudah menyerah dan pasrah oleh keadaan.

Konsep selanjutnya adalah : mengembangkan / meningkatkan kapasitas dan kemampuan diri, terutama untuk melengkapi segenap kekurangan atau kelemahan diri.

Dunia kerja sangat identik dengan persaingan. Mempersiapkan langkah-langkah untuk terus bertumbuh, mengembangkan / meningkatkan kapasitas diri adalah sebuah pilihan yang tak mungkin dihindari apabila ingin tetap berada pada kancah persaingan sehat di dunia kerja.

Eksplorasi segenap kemampuan yang ada saja, tidaklah cukup. Dalam periode waktu tertentu, harus pula diimbangi dengan adanya upaya-upaya terukur untuk memperkaya diri dengan ilmu dan ketrampilan baru agar wawasan dapat terus bertambah.

Beberapa orang yang berpikiran kritis mengatakan, "Bagaimana caranya mengembangkan kemampuan dan ketrampilan, kalau untuk mendapatkannya, kita harus mengeluarkan sejumlah besar uang?"

Pertanyaan itu memang mengandung kebenaran. Akan tetapi, Tuhan telah menentukan manusia untuk memiliki akal pikiran yang bisa digunakan sebagai alat negosiasi atau menghadirkan inspirasi dalam mendapatkan satu atau sejumlah pengetahuan / wawasan baru. Kenapa kita tidak menggunakannya?

Cukup banyak orang-orang sukses di dunia ini yang berhasil karena mereka mau terus-menerus mengasah kemampuan dan berusaha untuk memperdalam wawasan, dengan memanfaatkan daya pikir serta menginspirasikan hal-hal yang mungkin kita kerjakan (berpikir kreatif) untuk kita selesaikan. Dalam hal ini, jangan pernah setengah-setengah untuk mengerjakan sesuatu.

Bill Gates (pendiri Microsoft), Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), Harland Sanders (pendiri KFC), Henry Ford (pendiri perusahaan automotif Ford), dan Ir. Ciputra (pendiri kelompok usaha konglomerasi CIPUTRA GROUP) adalah contoh pribadi-pribadi orang yang memulai langkah kemajuan hidup dengan kerja keras serta kemauan diri untuk terus berkembang.

Mereka adalah orang-orang sukses dan diakui keberhasilannya oleh masyarakat dunia serta masyarakat Indonesia. Mereka tidak berasal dari keluarga kaya, namun mereka tetap bisa maju dan menjadi orang terpandang oleh karena membangun kemauan yang kuat dan terus berusaha.

Jangan biarkan keinginan untuk hidup maju mengalami hambatan hanya karena kita sudah "nelangsa" terlebih dahulu karena terbentur oleh biaya. Gunakan akal dan kedekatan pribadi kita dengan banyak orang untuk bisa membantu diri kita mendapatkan tambahan pengetahuan dan perluasan wawasan.

Apabila kita melakukannya (aktif memperkaya pengetahuan dan wawasan diri), itu sama artinya diri ini siap untuk menghadapi tantangan dan dapat bekerja secara dinamis.

Tahap selanjutnya, tanamkan dalam diri sendiri, bahwa diri ini bisa mencapai tangga kesuksesan dengan bekerja keras dan mengembangkan segenap potensi diri yang dapat membuat diri kita untuk bersaing dengan lainnya.

Dengan memperkokoh keyakinan diri, sama artinya kita mulai berusaha untuk membuka segenap pintu hambatan, yang telah mengekang kita dengan keterbatasan inspirasi untuk terus bergerak maju.

Penekanan selanjutnya, kendalikan diri dengan dekat kepada Tuhan. Adanya pengendalian diri yang didasari oleh prinsip "takut akan Tuhan" akan mendorong kita untuk selalu ingat akan kebaikkan Tuhan (adanya sikap mengucap syukur selalu), dan mengingat akan perintah-perintahNya, terutama untuk menjauhi perilaku kotor dalam bekerja.

Tuhan melalui FirmanNya dalam Yosua 1 : 7 menyatakan tentang prinsip-prinsip dasar dalam menjalani usaha dan dalam memulai suatu pekerjaan :
"Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati dengan seluruh hukum yang telah diperntahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa, janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, kemanapun engkau pergi.

Apabila kita terus menumbuhkan rasa kecintaan kita pada Tuhan, kita akan dapat meraih banyak hal, termasuk diantaranya kesuksesan dan keberhasilan hidup, karena kecintaan kita padaNya itu, akan berbuah berkat yang Tuhan berikan dengan berlimpah-limpah kepada kita.

Setiap orang pasti dapat meraih keberhasilan hidup, dengan tidak membatasi diri dan alam pikiran. Pada satu sisi, memang ada kendala. Menyadari adanya kelemahan diri, sebaiknya menjadi langkah awal untuk menggali dan mengembangkan potensi diri yang selama ini tidak terasah dengan baik.

Jangan cepat puas dengan kemampuan individual yang kita miliki. Buka terus wawasan berpikir dan jangan pernah berhenti untuk terus berlatih, mengasah kemampuan diri.

Cari dan update terus pengetahuan baru, yang kelak bermanfaat bagi kemajuan hidup kita. Ketika ilmu pengetahuan terus berkembang, apakah kita hanya diam saja, berpuas diri dengan pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki? Sebaiknya, jangan pernah berpikir demikian.

Hal-hal penting lainnya, yang dapat mendorong kita pada keberhasilan hidup : meyakini adanya campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita, dengan menjaga sikap percaya kepada Tuhan, sebab Tuhan yang bisa kasih kita jalan untuk berhasil dan meraih kesuksesan.

Tetap jaga alur pikiran kita untuk terus berkembang, tidak menyerah oleh keadaan tapi kalahkan keadaan dengan berusaha / bekerja keras dengan tetap menjaga prinsip-prinsip hidup benar serta bertindak dalam kebaikan hati dan pikiran, tidak hanya kepada diri kita sendiri, tetapi juga kepada orang-orang di sekitar kita.

Orang lain bisa meraih keberhasilan atau kesuksesan hidup, kenapa kita tidak bisa?

Kiranya tulisan ini membawa banyak manfaat dan bisa memotivasi diri untuk terus mengembangkan wawasan berpikir kita, agar dapat meraih keberhasilan hidup, apapun pekerjaan kita.

Tuhan yang teramat baik, memberkati kita semua.



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment