My Mind
Beberapa waktu yang lalu, status facebook dan tulisan dalam blog pribadi milik sejumlah orang teman, dipenuhi dengan curahan hati yang bertutur tentang sikap menyebalkan atasan mereka di kantor.

Apabila dibandingkan dengan pernyataan tentang atasan di kantor yang sikapnya menyenangkan serta baik pada karyawannya, maka catatan status atau cerita yang diungkapkan di blog, cenderung lebih di dominasi oleh curahan hati tentang adanya atasan yang menyebalkan dan suka bersikap arogan.

Perilaku dan hal-hal yang buruk serta tidak menyenangkan, memang lebih mudah diingat dan dijadikan bahan pembicaraan, termasuk didalamnya : sikap atasan di kantor.

Jadi teringat dengan ucapan para pemimpin di Indonesia pada saat diri mereka akan diangkat atau akan mundur sebagai seorang pejabat negara. Pada saat diwawancara atau berpidato, mereka kerap kali mengucapkan kata-kata : "Mendapatkan tugas sebagai pemimpin itu, adalah amanah."

Kalimat pernyataan para pemimpin kita tersebut menarik untuk disimak, mengingat menjalani amanah sebagai seorang pemimpin memang dibatasi oleh waktu (hanya temporer, bukan untuk selamanya).

Dalam jangka waktu tertentu, mereka dibebani oleh tugas dan juga tanggung jawab yang tidak mudah, yaitu menghadirkan kemajuan atau perkembangan kearah yang lebih baik atas organisasi / komunitas / instansi yang dipimpinnya.

Apabila bicara keterbatasan waktu dan adanya kemajuan yang harus dicapai, maka seorang atasan di kantor harus bisa menciptakan keadaan yang mendorong karyawan yang dipimpinnya, dapat produktif serta bisa mengaktualisasikan adanya kemajuan dengan segenap tenaga dan kemampuan mereka, sehingga tercapai target-target pencapaian kerja seperti yang telah ditentukan sebelumnya.

Cerita tentang atasan yang menyebalkan, mungkin ada di setiap kantor atau kegiatan usaha. Tanpa adanya atasan yang memiliki sikap menyebalkan atau arogan, suasana kerja dan kehidupan masyarakat kantor, akan terlihat datar-datar saja.

Akan tetapi, bukan itu keadaan yang ingin dirasakan oleh para karyawan. Pada dasarnya, karyawan sangat mendambakan adanya seorang atasan yang bisa memimpin mereka dengan penuh wibawa, namun tetap dengan mengedepankan sikap yang ramah dan komunikatif.

Membangun image "atasan yang menyebalkan" atau "atasan yang arogan" di antara karyawan yang dipimpinnya, justru dapat menurunkan kinerja dan kualitas kerja dari karyawan yang dipimpinnya, sebab kinerja seorang karyawan, juga tergantung pada sikap yang ditunjukkan oleh atasannya.

Pemimpin yang baik seharusnya membangun komunikasi yang baik dengan para karyawannya. Dalam hal ini, sebaiknya tidak membuat jurang komunikasi dengan para karyawannya, akan tetapi dapat memberikan waktu kepada karyawannya. Keterbukaan sikap seorang pimpinan, akan menghadirkan penerimaan yang baik dari para karyawan atas segenap arahan dan keputusan yang dibuat atasannya.

Tentu saja keadaan tersebut secara langsung akan mempengaruhi pula suasana kerja para karyawan, yang mengharapkan adanya kenyamanan suasana, sehingga dapat mendorong adanya peningkatan produktivitas serta kualitas kerja dari para karyawan.

Seorang atasan sebaiknya menempatkan karyawan sebagai mitra kerja, bagian dari tim yang akan membawa keberhasilan usaha, sebab, segenap proyeksi usaha seorang atasan akan sulit tercapai tanpa dukungan para karyawan.

Bukankah tanpa kehadiran karyawan, seorang atasan tidak dapat menjalankan segenap fungsi yang perlu dilakukan? Membangun kepercayaan karyawan itu penting dan sebaiknya diterapkan sejak atasan mendapat amanat untuk menjadi pemimpin di perusahaan.

Proses pembinaan dan pengawasan kinerja karyawan juga dapat lebih mudah apabila seorang atasan dapat bersikap terbuka serta mengayomi karyawannya.

Setiap arahan yang diberikan atasannya, akan dapat diterima, dicerna, dan diterjemahkan dengan baik, karena para karyawan akan menganggap hal itu sebagai sikap seorang pemimpin yang membimbing anak buahnya agar dapat lebih maju.

Sikap terbuka dan bersahabat pada karyawan juga dapat ditunjukkan dengan memberikan kesempatan kepada para karyawan, khususnya karyawan yang telah lama mengabdi, untuk meniti jenjang karir, sebagai tanda apresiasi dan dukungan untuk kemajuan para karyawan. Tindakan ini merupakan salah satu kebijakan yang menunjukkan kalau seorang atasan memikirkan nasib karyawan yang dipimpinnya.

Oleh sebab itu, adanya respon yang bersahabat kepada karyawan, sesungguhnya adalah sebuah "pilihan" yang harus diambil oleh seorang atasan. Image " atasan yang menyebalkan" atau "atasan yang arogan" diantara karyawan yang dipimpinnya, sama artinya membangun tembok masalah, karena tugas yang diberikan atasan, dapat diterjemahkan berbeda oleh karyawan.

Seorang atasan memang memiliki kekuasaan. Namun itu bukan berarti kekuasaan yang dimilikinya dipakai untuk menghadirkan tekanan psikologis kepada para karyawan.

Peraturan perusahaan memang harus ditegakkan apabila ada karyawan yang berbuat salah. Akan tetapi penggunaannya, harus sesuai dengan prinsip-prinsip penerapan yang benar dan sesuai dengan tingkat kesalahan karyawan.

Kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan, adalah untuk meraih keuntungan. Oleh sebab itu, posisikan para karyawan sebagai komponen yang akan mewujudkan keberhasilan usaha, bukan diperlakukan sebagai "sapi perah" hanya karena ingin mengejar banyak keuntungan.

Memang tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin. Namun jalan sebagai seorang pemimpin akan semakin berat apabila tetap menempatkan sikap yang menyebalkan (layaknya arogansi sikap) selama masa kepemimpinannya.

Adanya beban dan tanggung jawab untuk memenuhi target pencapaian, sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk dapat menekan karyawan, kecuali tingkat produktifitas karyawan memang benar-benar menurun jauh. Dalam kondisi ini, harus ada pendekatan dan pembinaan sehingga dapat diketahui apa sebenarnya permasalahan yang sedang dihadapi karyawannya.

Lebih baik menghadirkan pendekatan dan pembinaan dibandingkan ancaman berupa Surat Peringatan maupun pemecatan. Bicarakan dari hati ke hati, sebisa mungkin beri jalan keluar bukan langsung memberikan hukuman.

Segala sesuatunya harus memiliki dasar, termasuk kebijakan untuk menegur karyawan yang mengalami penurunan kinerja.

Bisa menjadi atasan adalah anugerah karena tidak semua orang bisa menjadi atasan. Thomas Carlyle (04 Desember 1795 – 05 Februari 1881), sejarawan asal Skotlandia di era Victoria, mengatakan : "Sejarah manusia sebetulnya hanya terdiri dari kumpulan biografi (para pemimpin), sebab jutaan nasib orang ada ditangannya."

Ketika jabatan adalah sebuah anugerah, apakah harus dikotori dengan sikap-sikap yang bisa memancing aksi protes dan rasa tidak senang dari para karyawan? Bukankah lebih baik menjadi seseorang yang menyenangkan dibandingkan menjadi seseorang yang dikenal menyebalkan?


Tuhan yang teramat baik, memberkati kita semua.


. SARLEN JULFREE MANURUNG


===

NOTE :
Baca juga tulisan yang berjudul : ANALISIS : BOSS BERKHARISMA DI INDONESIA.
http://cantik40s.blogspot.com/2010/01/analisis-boss-berkharisma-di-indonesia.html

===

Turut berduka cita atas wafatnya CEO PT. Astra International, Michael Ruslim, pada hari Rabu, 20 Januari 2010 karena sakit. Michael Ruslim adalah CEO terbaik di Indonesia yang terkenal ramah, sangat mengayomi karyawan-karyawannya, dan sangat mencintai Indonesia.
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment