My Mind
Beberapa saat yang lalu, saya baru saja pulang ke rumah usai membayar sejumlah tagihan di bank dan tagihan koneksi internet Speedy di Plaza Telkom Pondok Kelapa. 

Di bank tidak ada masalah karena kebetulan antriannya tidak panjang. Lain halnya dengan di Plaza Telkom. Seperti biasanya, setiap tanggal 19 dan 20 tiap bulan, antrian warga yang akan membayar tagihan, sudah cukup banyak. Saya pun harus ikut bersabar mengantri, menunggu nama saya dipanggil untuk melakukan pembayaran.

Saat menunggu, muncul seorang pria mengenakan jaket biru bertuliskan BNN (Badan anti Narkotika Nasional), berkemeja kotak-kotak abu-abu dan celana jeans. Pria itu langsung saja berdiri di depan loket antrian dan menyerahkan nomor telefon tertagih ke petugas loket, meminta agar tagihannya di proses. 

Seorang ibu tua menegur pria itu, "Mas, ngantri dong. Saya aja ngantri."

Sebuah teguran dengan menggunakan bahasa teramat halus namun punya arti amat mendalam.

Pria (kira-kira berusia 30-an) itu pun menjawab : "Maaf Bu, ini saya bayar tagihan instansi negara." 

Usai urusannya selesai, pria itu pergi menggunakan sepeda motor penuh stiker Repsol.

Saya tidak respect dengan sikap pria tersebut. Terserah saja, dia mau pegawai dari instansi mana, antrian tetap antrian. Kalau mau cepat tanpa mengantri lama, silahkan ke Plaza Telkom di Prumpung atau transfer via bank. 

Sebagai abdi negara, kalian harus memberi contoh yang baik, tidak arogan dan minta didahulukan. Kalian yang harusnya menghadirkan sikap melayani rakyat. Bukan minta didahulukan untuk dilayani.

Jujur saja, saya salute dengan sikap yang ditunjukkan oleh adik saya saat mengantri untuk memperpanjang KTP. Beliau adalah seorang pejabat eselon IV di suatu kementerian, namun Beliau tidak minta didahulukan untuk dilayani oleh pegawai Kelurahan yang bertugas melayani di loket perpanjangan KTP. 

Negara ini butuh abdi negara yang tahu aturan, baik tertulis maupun aturan tidak tertulis, yang berlaku umum di masyarakat. Wajar saja kalau masyarakat merasa diperlakukan tidak adil karena abdi-abdi negara selalu minta didahulukan untuk di perhatikan.

Sudah pola pelayanannya buruk, masih pula minta didahulukan. Apa gak malu sama rakyat? Tahu dirilah sedikit...


Labels: | edit post
4 Responses
  1. setuju. kl sy byr speedy d fotokopian dekat rumah, jdi gk jauh2 n gk antri


  2. Imeel *** Says:

    contoh spt ini banyak bgt pak,....

    spt di bandara misalnya boarding time sdh closed, pswt bsa delay gara2 nunggu org2 macam gini krn telat mrk chek in....payaah!!


  3. Iya, saya juga sering mendengar akan hal itu. Bahkan saya pernah merasakan menjadi "korban" pesawat yang delay karena menunggu pejabat yang terlambat datang ke bandara.

    Kita doakan saja agar kiranya para pejabat di negara kita melakukan tobat nasional, hehehe...


  4. Pihak Telkom Speedy memang seharusnya memperbanyak lokasi-lokasi yang bisa di datangimasyarakat untuk membayar tagihannya, dengan bekerja sama dengan pihak lain (usaha ritel, bank, atau perseorangan), sehingga model antrian panjang setiap tanggal 19 atau 20 di setiap loket pembayaran tagihan yang ada di Plaza Telkom, tidak terjadi lagi.


Post a Comment