My Mind

"Perjalanan cinta sepasang anak manusia, tak pernah ada yang dapat menduganya."

- NI LUH SEKAR  ( Pemimpin Redaksi Majalah dewi) 

 

Banyak orang tua (khususnya para orang tua yang memiliki anak perempuan) dilanda rasa cemas oleh isi pemberitaan media massa yang menyebutkan : pada saat ini, tindak kekerasan dalam masa pacaran (abusive dating relationship) di kalangan anak muda, begitu tinggi.

Apabila melihat ekspose berita media massa, para orang tua bahkan tidak menyangka, kalau beragam tindak kekerasan yang terjadi pada diri seorang anak remaja putri atau perempuan usia muda beberapa tahun belakangan ini, ternyata banyak yang berawal dari perkenalan dengan memanfaatkan perangkat teknologi yang biasa dipergunakan atau berada di tangan anak-anak mereka.

Isi pemberitaan media ini seakan mengingatkan masyarakat pada kasus pelik yang dihadapi : Marietha Novatriani, Syilvia Russarina, Steffany Adelina, serta Icha Airlangga, yang menempatkan mereka sebagai korban dari sebuah tindak kejahatan.

Mereka hanyalah sebagian kecil dari sejumlah remaja putri dan perempuan usia muda yang dikabarkan telah lama meninggalkan rumah setelah berkenalan serta diketahui pergi bersama teman pria yang belum lama mereka kenal melalui situs jejaring sosial, facebook. 

Sejumlah media mengatakan, dalam rentang 6 bulan terakhir, ada lebih 100 remaja putri dan perempuan usia muda mengalami hal yang sama, "dibawa pergi" seseorang yang tidak mereka kenal dengan baik. 

Apabila dilakukan penyelidikan lebih jauh, mungkin masih ada banyak perempuan usia remaja dan dewasa muda lain yang memiliki alur cerita sama namun tidak disebutkan dalam pemberitaan media massa karena orang tua atau keluarga besar mereka tidak ingin ada publikasi atas kasus kepergiaan anak-anak mereka dari rumah dengan seseorang yang tidak mereka kenal dengan baik.

Terlihat jelas kalau ada banyak anak-anak remaja putri atau perempuan usia muda di negara kita, yang teramat polos dalam berpikir serta lemah dalam kemampuan mengenali sikap terselubung orang lain yang berusaha mendekati mereka, sehingga mudah tergoda oleh perilaku “berkesan baik” namun sesungguhnya berbalutkan lumpur nafsu.

Cukup menyedihkan rasanya, karena tindakan mereka itu didasari oleh adanya suatu keinginan untuk mendapatkan cinta dari orang lain kepada diri mereka, meskipun perasaan ingin dicintai itu, kelak berasal dari orang yang baru saja memasuki kehidupan mereka.

Kemanakah cinta itu, sehingga mereka harus mencari dalam "tumpukan jerami” dan akhirnya teramat mudah terpana oleh adanya "pesona cinta semu" yang dinyatakan secara gombal oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab?

Mungkin ini yang dinamakan dengan cinta buta : Menerima pernyataan kasih dari seseorang yang belum diketahui apa sesungguhnya maksud dan tujuan dari orang tersebut untuk menawarkan / mengarahkan gairah cinta pada mereka, sedangkan mereka sendiri amat mudah percaya pada orang lain yang teramat gencar mengumbar kata cinta pada mereka, meskipun sesungguhnya mereka sadar, mereka baru saja mengenal orang lain itu.

Hakekat cinta yang mereka terima adalah palsu, dimana kata-kata rayuan dan beragam ungkapan kasih yang dinyatakan, bukan didasari oleh cinta, namun keinginan untuk mendapatkan sesuatu diluar cinta.

Diakui atau tidak, mungkin kita juga pernah mendapatkan (bahkan pernah menerimanya) adanya tawaran sebuah cinta semu yang penuh kepalsuan dari orang-orang yang sesungguhnya hanya ingin mengumbar nafsu dengan mengatasnamakan cinta.

Sangat mungkin pula, kita juga pernah menawarkan cinta semu kepada orang lain. Semuanya itu, adalah bagian dari pesona cinta pada saat mulai ditaburkan. Kita semua butuh menerima atau membagikan rasa cinta yang menggelora di hati kita, meskipun terkadang, kita salah menerjemahkannya.

Kehangatan cinta bisa muncul sebagai sebuah "hadiah" yang tak terduga, sehingga sampai lupa untuk meneliti terlebih dahulu kebenarannya, hingga segenap pesona cinta yang ditawarkan, langsung diterima, meskipun ada kesadaran, bahwa pada akhirnya, kesemuanya itu kelak menghadirkan rasa sesal teramat mendalam.

Cinta itu, milik semua orang. Karena cinta itu, ada di dalam hati. Bisa dirasakan, bisa diungkapkan, dan bisa membuat hidup ini indah, bahkan teramat indah untuk sekedar dilalui.

Mencintai dan dicintai orang lain, merupakan keadaan yang diinginkan oleh setiap orang. Itu adalah sebuah kondisi alamiah.

Tuhan menghadirkan adanya rasa cinta didalam hati manusia, memang bukan untuk menyakiti, namun untuk membawa kebahagiaan hidup, karena cinta itu, adalah sebuah anugerah terindah yang memang dimiliki setiap insan manusia. Cinta, adalah milik semua orang.

Dan ketika cinta mulai bersemi, manusia ingin segera menggapai kebahagiaan, bukan menuai rasa sakit hati, atau menerima hadirnya penyesalan yang teramat dalam.

Oleh karena thema yang begitu indah, telah membuat banyak orang yang percaya tentang adanya cinta pada pandangan pertama. Padahal, apabila ditelusuri lebih jauh, rupa nyata yang sesungguhnya ada, adalah nafsu pada pandangan pertama (Dr. Jill Murray – penulis buku : But I Love Him).

Relationship is not about how much love you have in the beginning, but how much love you build till the end.

Kebesaran makna cinta memang bukan pada saat awal rasa itu ada. Akan tetapi, obyektifitas kekuatan rasa cinta, sesungguhnya merupakan rangkuman beragam ungkapan dan tindakan kasih yang mengalir serta menaungi hati seseorang yang mencinta kepada pasangannya.

Ungkapan cinta mungkin membuai. Perjalanan kisah cinta, memang tak terduga. Namun, segenap pesona cinta yang dinyatakan, bukanlah untuk menempatkan orang lain dalam sebuah keadaan penuh dilema, laksana sebuah masalah yang tak pernah ada kata akhir.

Akan tetapi agar semua orang menyadari, bahwa hasrat mencintai dan dicintai, mengandung nilai-nilai kebersamaan yang dibangun untuk hadirkan harmoni dalam tatanan nilai yang sederajat, terus mengalir, terus terjaga, penuh dengan rasa, dan bukan untuk bisa menyakiti atau berlaku sesaat.

Cinta, adalah sebuah kata untuk semua orang. Wujudnya penuh keagungan, pesonanya penuh dengan ragam ungkapan. Oleh sebab itu, perlakukanlah cinta dengan penuh kejujuran didalam rasa, bukan untuk mencari kesenangan, atau hanya untuk membangun sebuah citra, agar tidak diejek orang.


.Sarlen Julfree Manurung

Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment