My Mind
BELAJAR DARI SANG AYAH

Nama lengkapnya : Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri. Terlahir pada tanggal 23 Januari 1947 di Yogyakarta, sebagai anak kedua dari Bapak Proklamator negara kita, Ir. Soekarno, dan ibunya adalah Ibu Fatmawati.

Terlahir sebagai anak pemimpin, Ibu Megawati banyak belajar untuk hidup dan berperilaku layaknya anak seorang pemimpin, serta bagaimana bertindak layaknya seorang pemimpin. Apalagi masa kecil Ibu Mega beserta saudara-saudaranya banyak dihabiskan di lingkungan istana.

Hidup sebagai anak pemimpin bangsa, membuat Ibu Megawati mengenal banyak pemimpin dunia, terutama yang singgah ke istana, atau pada saat Ibu Megawati mengikuti kegiatan kunjungan kerja Bung Karno keluar negeri.

Kedekatan diri Ibu Megawati dengan Bung Karno, membuat dirinya dapat belajar langsung bagaimana hidup serta bertindak layaknya seorang pemimpin dari ayahanda tercinta. Adanya pola pembelajaran langsung dari "sang pemimpin" inilah yang membuat kharisma Ibu Megawati sangat menyerupai kharisma dari Bung Karno.

Proses pembelajaran langsung kepada "sang pemimpin" ini pula yang kelak membuat Ibu Megawati menerapkan suatu konsepsi kepemimpinan yang semangat membela kepentingan serta kemajuan bangsa dan negara. Tak diragukan lagi, jiwa nasionalisme yang mengalir dalam diri Ibu Megawati memang berasal dari pola pembelajaran yang Ibu Megawati dapatkan dari ayah dan ibunya.


SOSOK PEREMPUAN PEMIMPIN, PEMIMPIN PEREMPUAN

Ibu Megawati adalah sosok pemimpin perempuan yang telah membawa arus perubahan kearah yang lebih baik pada bangsa kita. Mereka yang tidak sependapat, cenderung lebih mengangkat sisi fenimisme pada gaya kepemimpinan Ibu Megawati, yang memang selalu membawa sifat keibuan pada saat dirinya bertindak sebagai seorang pemimpin.

Terlihat jelas kalau mereka yang tidak sependapat itu, telah mengungkapkan sebuah kalimat deskriptif yang hanya didasarkan pada omongan atau bisikan dari orang-orang yang terlalu lama tertidur lelap dan bermimpi untuk berkuasa pada saat Ibu Megawati bertindak sebagai Wakil Presiden dan Presiden RI.

Benarkah Ibu Megawati Soekarnoputri tidak menghadirkan pembaharuan hidup pada saat menjadi Wakil Presiden dan Presiden RI, sehingga sejumlah orang berani menghadirkan anggapan kalau Ibu Megawati tidak layak untuk dipilih lagi sebagai kepala negara kita untuk periode 5 tahun mendatang?

Ibu Megawati adalah sosok perempuan pemimpin yang dedikasi, kemampuan dan kredibilitasnya, sudah diketahui oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, bahkan oleh negara-negara sahabat. Bahkan majalah Forbes Edisi 4 September 2004 telah menempatkan Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai perempuan kedelapan terkuat di dunia.

Jadi, pengakuan atas keberadaan Ibu Megawati ini telah ada semenjak Ibu Megawati menjadii pimpinan partai politik, dan semakin menonjol ketika Ibu Mega dipercaya untuk menjadi pemimpin bangsa.

Meskipun sering kali mendapatkan tekanan agar mundur dari panggung politik, namun Ibu Megawati tetap sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia - Perjuangan (PDI-P), bahkan semenjak partai ini masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Perlu diketahui bahwa Ibu Megawati sudah aktif sebagai pimpinan partai (dalam hal ini PDI) sejak tahun 1986, pada saat Ibu Megawati diangkat sebagai Wakil Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.

Bisa dibilang, sampai saat ini, Ibu Megawati masih tercatat sebagai perempuan pemimpin partai yang paling lama duduk menjabat sebagai Ketua Umum Partai. Mungkin, diantara kaum laki-laki yang pernah atau sedang memimpin partai politik, Ibu Mega masih tetap lebih lama menjabat.

Adakah pribadi lain di negara kita yang mampu menjaga segenap kepercayaan kader, simpatisan dan massa konstituen lainnya, sehingga dapat tetap ditunjuk sebagai seorang Ketua Umum Partai, seperti yang telah dilalui oleh Ibu Megawati? Seperti tidak ada.

Mungkin, nama Ibu Megawati layak untuk dicatatkan kedalam buku Rekor MURI, karena telah menjadi pemimpin partai terlama di Indonesia.

Upaya memecah belah partai yang dipimpinnya, ternyata tidak mampu atau tidak cukup kuat untuk menggoyahkan Ibu Megawati Soekarnoputri dari tampuk kursi pimpinan partai, bahkan juga dari pentas panggung politik nasional. Mereka yang membelot atau mereka yang bersekutu untuk menjatuhkan Ibu Megawati, justru tidak mampu bertahan lama. Nama mereka memudar seiring waktu.

Tidak demikian halnya dengan Ibu Megawati. Kuatnya karisma Ibu Mega di mata massa pendukungnya, membuat dirinya tetap dipercaya sebagai pemimpin partai. Meskipun banyak aral yang melintang dan menghadang, namun Ibu Mega tetap mendapatkan dukungan serta berhasil membesarkan partai.

Itu fakta, itu realita. Adakah yang ingin memungkirinya?

Pada sisi yang lain, Ibu Megawati juga pernah menjadi pemimpin bangsa, baik sebagai Wakil Presiden, juga sebagai Presiden RI. Hanya Bapak BJ. Habibie yang pernah mempunyai prestasi sama seperti yang Ibu Megawati telah jalani.

Melihat kedua hal itu saja (lama bertindak sebagai Ketua Umum Partai dan pernah diangkat sebagai Wakil Presiden serta Presiden RI), sudah cukup menunjukkan bahwa Ibu Megawati adalah sosok pribadi pemimpin yang berhasil.

Ketika Ibu Megawati menjadi diangkat sebagai Ketua Umum Partai dan pemimpin bangsa, Ibu Megawati menerapkan konsepsi kepemimpinan yang menempatkan dirinya sebagai ibu bangsa. Dalam hal ini, Ibu Megawati membangun citra dirinya sebagai pribadi yang mengayomi rakyat.

Bukti dari pernyataan itu adalah : Ibu Megawati tidak segera merespon dengan cara mencari-cari alasan untuk maksud membantah, terhadap sejumlah opini yang berupaya untuk memojokkan Ibu Megawati, atau opini yang aktif mengatakan bahwa sikap diam yang diambil oleh Ibu Megawati sebagai sebuah sikap seorang pemimpin yang tak mampu menjawab kegelisahan masyarakat.

Diam bukan berarti tak tahu. Diam bukan berarti tidak punya alasan. Akan tetapi pilihan untuk diam, adalah sebuah sikap agar tidak ada pihak yang mencari kesempatan dalam kekeruhan suasana. Sesuatu yang liar tidak perlu ditanggapi dengan hal-hal yang liar pula.

Jelas, siap diam Ibu Megawati terhadap opini-opini yang tidak bertujuan baik itu adalah pilihan sikap yang bijaksana.

Tanda kebijaksanaan dari Ibu Megawati juga terlihat ketika SBY aktif memanfaatkan media massa untuk mencari simpatik masyarakat (gaya melankolis agar rajukannya di media massa bisa mencuri perhatian banyak orang) karena merasa keberadaannya sebagai Menko Polkam seakan-akan tidak dianggap oleh Ibu Megawati.

Pada saat itu, Ibu Megawati tidak mencoba untuk menggunakan hak jawabnya atas pilihan sikap SBY itu, karena Ibu Mega lebih memilih bersikap sebagai seorang negarawan, bukan pribadi seseorang yang suka mencari perhatian saja.

Oleh sebab itu, pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Ibu Megawati tersebut, tidak perlu membuat para kaum perempuan untuk mengajukan suatu sentimen negatif yang dapat menimbulkan reaksi atau gejolak penolakan dari kaum laki-laki, terutama kepada mereka yang merasa kalau kaum perempuan itu adalah kelompok masyarakat "kelas dua" di negeri ini.

Jadi, nilai lebih Ibu Megawati sudah dua.

Apabila ditambah dengan keberanian Ibu Megawati untuk turut andil dalam mereformasi kehidupan berpolitik di negara kita, meruntuhkan kuasa besar yang ada pada Presiden Soeharto pada masa Orde Baru bersama-sama dengan tokoh reformis lainnya (Abdurahman Wahid, Amien Rais, Sultan HB X), maka nilai Ibu Megawati sudah bertambah menjadi tiga.


IBU MEGAWATI, SANG PEMIMPIN

Kharisma Ibu Megawati memang sangat kuat sehingga pengaruh yang dihadirkan Ibu Megawati, turut pula mendorong hadirnya demokratisasi di negara kita secara konsisten.

Hal ini semakin terbukti saat Ibu Megawati menjadi Presiden RI, pelaksanaan pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2004, adalah pemilu yang paling demokratis, meskipun pada akhirnya Ibu Megawati kalah secara terhormat pada tahap kedua pemilihan presiden.

Bisa dibilang, Ibu Megawati adalah simbol kebangkitan kehidupan berdemokrasi di Indonesia, sebab oleh karena konsistensi perjuangannya yang teramat luar biasa semenjak menjadi ketua umum partai dan mulai mengalami tekanan serta tindakan represif dari pemerintah Orde Baru semenjak tahun 1993 (pada saat pelaksanaan Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya), negara kita akhirnya dapat merasakan kehidupan demokrasi, bebas mengeluarkan pendapat, bebas menentukan sikap (asal tetap bersikap dalam koridor aturan hukum yang berlaku).

Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tak gentar meskipun badai keras menghantam, tetap maju dengan semangat dan kerja keras untuk membangun masyarakat atau orang-orang yang dipimpinnya agar dapat hidup lebih baik, atau merasakan kebaikan hidup. Itulah sosok Ibu Megawati Soekarnoputri, sang perempuan pemimpin, pemimpin perempuan.
Labels: | edit post
2 Responses
  1. Setuju Mo. Saya diam-diam adalah Mega-pro. God bless you.


  2. God Bless You too, kuasadoa.


Post a Comment