My Mind
Adanya persaingan yang tidak sehat dalam lingkungan kerja (dan juga dalam dunia pendidikan), sebagian besar berawal dari adanya sikap dan perasaan iri terhadap pihak lain, yang dianggap sebagai kompetitor. 

Kalau rasa iri mengemuka dalam hati dan pikiran, langkah yang seharusnya diambil adalah berusaha menunjukkan kualitas serta kemampuan terbaik diri, dari waktu ke waktu. Asah kemampuan diri agar kualitas dan kinerja menjadi jauh lebih baik lagi.

Yang lainnya? Lebih baik diam saja, duduk dengan tenang, dan bekerja seperti biasanya.

Jika yang muncul adalah hasrat untuk bersaing secara tidak sehat, itu sama artinya Anda secara tidak langsung telah menunjukkan kepada banyak orang (setidaknya, kepada rekan kerja, atasan, atau bahkan rekanan usaha Anda), betapa bodohnya Anda karena telah mengisi pikiran Anda dengan hasrat serta keinginan yang tidak membawa manfaat bagi kemajuan dan kelanggengan karir Anda, dalam menyikapi kehadiran kompetitor. 

Oleh karena syirik, banyak karyawan yang justru mengkerdilkan kemampuannya sendiri, dengan berupaya membangun pola persaingan yang tidak sehat. 

Padahal, jika tindakan itu mereka lakukan, itu merupakan sebuah pertanda, bahwa mereka mengakui kelebihan kualitas dan kemampuan karyawan lain sebagai kompetitor, meskipun mereka sendiri sebenarnya memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi pesaing terbaik bagi kompetitor itu. 

Lucunya lagi, terkadang, mereka melakukannya secara vulgar (terbuka) dan disertai dengan rasa bangga karena telah berlaku tidak fair.

Teman's,

Jadikan persaingan yang tidak sehat sebagai sesuatu hal yang riskan untuk Anda lakukan, kapan pun dan dimana pun... tidak hanya hari ini, tapi juga hari esok, lusa, dan hari-hari di masa depan nanti. 

Berlakulah kreatif, uletlah dalam bekerja, cintai pekerjaan Anda, dan jangan takut capek untuk meraih keberhasilan. Gunakanlah akal dan pikiranmu untuk menjadi pribadi-pribadi pemenang, dengan bersaing secara sehat. 

Tetap semangat dan sukses selalu, ya, teman-teman.


.Sarlen Julfree Manurung