My Mind
NOTE :

Tulisan ini terinspirasi oleh catatan status dan tulisan note (catatan) teman-teman saya di facebook, yang kemudian menginspirasi saya untuk menulis artikel dengan judul : Jangan Biarkan Masalah Menyandung Cinta.

Dalam seminggu ini, aku banyak sekali melihat status atau tulisan note (catatan) dari sejumlah orang teman aku di facebook, yang isinya bertutur tentang adanya kegundahan hati yang membuat kebesaran makna arti cinta menjadi pudar atau seakan-akan ingin disangsikan. 

Sepanjang rentang waktu perjalanan hidup kita, sulit rasanya untuk menghindari adanya masalah agar tidak menaungi diri kita. Alasannya, ketika masalah mulai memecah perhatian kita, rasa-rasanya tidak mudah bagi hati serta pikiran kita untuk segera mendamaikan diri dengan suasana tidak nyaman yang tercipta, yaitu pada saat masalah mulai merampas sebagian waktu dan energi kita.

Besarnya beban masalah yang sedang kita hadapi, disadari atau tidak, pada satu masa waktu, dapat pula mengganggu tumbuh kembangnya cinta kasih kita pada seseorang yang kita kasihi. Hal ini terjadi karena diri kita cenderung lebih fokus pada upaya memecahkan masalah yang sedang kita hadapi, dibandingkan memberikan perhatian lebih atas cinta yang ada di hati terhadap pasangan atau kekasih hati kita.

Pada sisi yang lain, cinta sulit mengalir dengan indah, apabila masalah hadir sebagai "batu ujian" dalam hubungan cinta kasih dengan kekasih hati kita. 

Cinta yang seharusnya membuat hati dan wajah kita tampak ceria serta berseri-seri sepanjang hari. Namun keadaan akan terasa berbeda, ketika cinta dapat dianggap sebagai perusak harmonisasi hidup, yaitu pada saat masalah mulai menaungi gairah diri untuk dapat mengekspresikan berbagai ungkapan kasih kepada pasangan atau kekasih hati tercinta. 

Masalah yang menaungi hubungan sepasang anak manusia yang saling mengasihi, akan menghadirkan : rasa kesal, amarah, gelisah, sedih dan kecewa. Padahal, masalah tak akan pernah usai apabila kita sendiri tidak pernah mencoba untuk menyelesaikannya.

Sepandangan mata aku, pada status atau note (catatan) yang dituliskan oleh sejumlah teman, hal-hal yang menjadi masalah dalam hubungan cinta kasih yang sedang dibina dalam bentuk pacaran (atau bahkan, pasangan suami-isteri) adalah masalah kurangnya perhatian, masalah keuangan, dan masalah pengendalian sikap. Lalu masalah komunikasi (terutama sikap egois dari salah satu pihak) yang terhambat. Kemudian, ada pula yang memaparkan tentang adanya suatu prasangka yang berlebih-lebihan.

Ada yang tersirat, namun ada pula yang "sepertinya" terus terang diucapkan, yaitu sebagain ungkapan suasana hati yang sedang dirasakan.

Apabila ingin dijabarkan lebih lanjut, maka semua masalah yang teman-teman kemukakan melalui status atau note tersebut, pada akhirnya akan bermuara pada sebuah kalimat yang ingin bertanya : haruskah kondisi itu terjadi?

Teman-teman ku semua,

Jangan biarkan problema mengaburkan (bahkan mampu menghanyutkan) makna indah dari keagungan cinta yang ada didalam hati kita.

Kalau ada masalah, bicarakanlah. Sebuah titik temu (kesepakatan untuk saling mengerti, memahami, dan menghargai) tak akan pernah tercipta apabila masing-masing pihak tidak memiliki keinginan untuk bertemu, saling memberikan pandangan dan mendengarkan pandangan yang dapat diterima atau tidak dapat diterima, serta berbagai kemungkinan yang dapat dikompromikan dengan pasangan / kekasih hati kita. 

Apabila ada kesalahan yang terjadi, segeralah minta maaf, jangan tunggu lama-lama. Sebuah kesalahan mungkin saja terjadi sebagai sebuah kealpaan. Namun, kesalahan juga bisa terjadi karena salah satu pihak lebih mementingkan diri sendiri dan seakan-akan melupakan atau lupa dengan keberadaan pasangannya. Kesalahan, dapat pula terjadi karena tidak sengaja melakukannya.

Kesalahan yang dibiarkan berlarut-larut, dapat membebani pikiran dan menimbulkan kekacauan suasana hati. Kita dapat mengelimir kondisi tersebut apabila pihak yang berbuat salah, berani mengucapkan kata maaf, sedangkan pihak yang disakiti oleh adanya kesalahan yang dibuat oleh pasangan atau kekasih hatinya, dapat mengucapkan kata maaf dengan tulus.

Satu kesalahan kecil jangan pula dibesar-besarkan kalau kita tidak ingin masalah kecil itu justru membuat hati kita berkecamuk oleh karena telah tercipta suatu suasana yang penuh dengan ketidak-pastian, kemudian menjadi cerita kehidupan yang tidak ingin kita lalui atau hadapi. 

Bicaralah baik-baik. Kita tidak selalu dapat menerka, kapan masalah datang. Jadi, sebuah komunikasi merupakan sebuah alur yang seharusnya intensif dilakukan, karena dengan mengembangkan suatu pola komunikasi yang baik, maka akan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan semakin baik lagi, akan cara pandang serta pola sikap pasangan / kekasih hati kita.

Sebisa mungkin, jangan biarkan diri kita ini mudah untuk mengucapkan kata-kata kecaman...! Sebuah kecaman akan bisa menimbulkan perasaan ditolak atau dipersalahkan, bukan mengayomi, menghibur atau mendukung.

Keberadaan kekasih hati dapat dimanfaatkan sebagai tempat curahan hati atau berbagi rasa sayang, bukan sebagai majikan atau atasan kita di kantor. Oleh sebab itu, ungkapkan segala sesuatunya dengan baik-baik, tanpa harus mengecam. 

Pada situasi atau kondisi tertentu, kesalahan memang sangat mungkin saja terjadi. Tapi itu bukan berarti, kita dapat dengan bebas menyatakan bahwa kesempurnaan itu ada pada diri kita. Jangan egois dehhh...

Yup, sikap egois adalah musuh terbesar dari hubungan cinta kasih yang sedang dibina. Ketika sikap egois mengemuka, maka diri ini hanya ingin menguasai, bukan menerima adanya kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita.

Dalam menjalin ikatan cinta kasih, adanya sifat saling melengkapi kekurangan yang ada pada diri pasangan kekasih hati kita, merupakan sebuah kondisi yang seharusnya kita ciptakan TANPA HARUS DIMINTA. Ini bukanlah sebuah kondisi yang dapat ditawar-tawar, namun sebuah kondisi yang sepatutnya kita bangun sejujurnya, setulusnya, dan sebaik-baiknya, dengan kekasih hati kita.

Percaya deh, apabila kita biarkan sikap egois selalu hadir untuk menciptakan suasana seperti yang kita inginkan, maka pada sisi yang lain (yaitu sisi diri kekasih hati kita), api cinta itu dapat perlahan-lahan padam. Hanya menghitung waktu saja, sepertinya.

Siapa sih, yang ingin dikekang dengan hanya diijinkan mengatakan kata "ya" tanpa pernah ada kesempatan untuk mengatakan "tidak" sebagai sikap tidak setuju? Nobody.

Mengkritisi, boleh, mengekang, jangan. Memberi anjuran, ya, boleh sekali. Tapi aktif melarang-larang, sebaiknya jangan. Bila kita coba untuk mengekang dan aktif mengucapkan kata larangan, itu sama artinya kita semakin membangun tembok rasa tidak nyaman pada diri kekasih hati kita.

Kita tidak punya hak untuk mengekang atau melarang. Hak yang dapat kita nyatakan atau apresiasikan kepada pasangan kita adalah menjadikan dirinya tampil lebih baik dan lebih merasakan hakekat hadirnya cinta di hati kita dan juga dirinya. Pada kedua hal itu, kita benar-benar memiliki hak untuk melakukannya.

Apabila memiliki rasa tidak puas, buatlah diri pasangan kekasih hati kita untuk memahami dengan cara-cara yang sederhana, bahwa kita tidak puas dengan sikapnya. Jangan pernah menjadi "buas" karena ada rasa tidak puas pada sikap atau dalam diri pasangan kita.

Well, cinta mungkin juga bermasalah. Apabila itu terjadi, kita tidak memiliki pilihan yang lain, selain merundingkan jalan terbaik atas kondisi itu, agar tidak ada upaya untuk menyakiti, tentunya, dengan mengatasnamakan cinta. Berhenti sejenak... pikirkan masak-masak... dan nyatakan dengan bijak.

Emosi tak akan pernah berhasil menyelesaikan masalah. Demikian pula pada saat cinta sedang ada masalah, emosi bukanlah pilihan tepat untuk mendamaikan suasana hati.

Ingatlah selalu, bahwa tiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan pada saat ada masalah menaungi cinta. Dalam kelebihan yang kita miliki, pasti kita memiliki kekurangan. Oleh karena cinta, kekurangan itu dapat tertutupi dengan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kekasih hati kita. Gunakan itu untuk tampil lebih baik, bukan untuk menekan lebih keras. 

Memang, segala sesuatunya itu, ada saatnya. Namun, ketika cinta adalah dasarnya, kita bisa menjadi bintang ditengah gelapnya malam, apabila kita biarkan cinta itu menjadi "malaikat" yang menyejukkan setiap kasih yang melingkupi diri dan hati kita.

So, jangan biarkan masalah menyandung adanya cinta didalam hati dan diri kita. Lakukan segala sesuatunya dengan didasari oleh cinta.


.Sarlen Julfree Manurung

My Mind
Siang ini, tidak seperti biasanya, pada saat sedang asyik mencari inspirasi untuk bahan tulisan artikel, aku melakukannya sambil mendengarkan sejumlah lagu pilihan yang ada di folder MP3 komputer aku. 
Beberapa lagu terlewati begitu saja, tanpa aku sendiri turut bersenandung menyanyikan lagu yang sedang kudengarkan dengan menggunakan headset.

Inspirasi untuk membuat sebuah artikel tiba-tiba terhenti, ketika aku mendengarkan sebuah lagu yang dibawakan oleh kelompok vokal Warna. Entah kenapa, lagu yang dinyanyikan kelompok vokal Warna tersebut, tiba-tiba saja menarik perhatian aku.

Judul lagu yang aku maksud adalah 50 tahun lagi...

Bagiku, lagu itu merupakan sebentuk ungkapan pernyataan cinta, yang sarat dengan unsur rasa sayang serta cinta teramat mendalam kepada orang yang kita kasihi.

Entah mendapat ide dari mana pencipta lagu tersebut mendapatkan inspirasi. Mungkin, sang pencipta lagu mendapatkan inspirasi berdasarkan kisah atau pengalaman orang lain. Tapi bisa juga, lirik lagu tersebut adalah ungkapan yang dilagukan berdasarkan pengalaman pribadi penciptanya.

Mungkin pula hal itu ia dapatkan setelah dirinya membaca buku. Dan bisa juga, inspirasi indah itu muncul dan didapatkan setelah ia melihat sepasang kakek-nenek, dan mengagumi kemesraan yang mereka tunjukkan.

Hmmm… Kalau tahun ini umur aku 35 tahun, maka hitungan 50 tahun ke depan umur aku sudah mencapai usia 85 tahun. 

Waahhh… Cukup tua juga yaaa… Sebuah umur manusia yang sudah termasuk lanjut usia (sekali). Seperti apa ya, penampilan aku kalau sudah berumur setua itu?

Kalau setiap insan manusia memiliki cinta serta kesetiaan begitu mendalam, rasanya seru sekali kalau dapat mengasihi kekasih hati tercinta hingga begitu lama. Mungkin tak harus sampai masa lima puluh tahun, untuk takaran 20 atau 30 tahun saja, itu sudah merupakan ekspresi kasih sayang yang patut diacungkan jempol.

Indahnya cinta dan kasih sayang. Sulit untuk dibayangkan, kira-kira seperti apa bentuk dan rupa ungkapan atau tindakan cinta kasih yang ingin kita ekspresikan kepada pasangan kita pada usia setua itu. 

Tentu beda dengan apa yang bisa kita lakukan pada saat ini. Energi masih ada. Ide-ide segar untuk mewujudkan romantisme sikap dan tindakan, masih dapat dilakukan. 

Kita hanya bisa berimajinasi kalau itu harus kita lakukan dalam masa waktu 50 tahun, karena mungkin saja, energi dan kesehatan kita pada usia tua, kita belum tahu apakah kita masih dalam kondisi segar bugar, mulai sakit-sakitan, atau mungkin pula, kuasa Tuhan berkehendak lain atas kelanjutan kehidupan kita.

Mampukah kita memupuk cinta pada pasangan yang sama hingga masa waktu 50 tahun lagi? Dapatkah kita menjaga kesetiaan kita hingga masa tua kita pada pasangan kita?

Istilah golden marriage dipakai untuk pasangan yang telah mencapai masa kebersamaan dalam ikatan pernikahan hingga 50 tahun lamanya. Selama 50 tahun, pasangan itu tetap saling mengasihi, saling mencintai, dan menjaga kesetiaan di antara mereka.

Menilik gaya berpacaran yang ada pada anak-anak muda pada saat ini, mungkinkah mereka dapat mempertahankan rasa cinta kasih mereka hingga masa 50 tahun pada pasangan yang sama? 

Bukan bermaksud untuk menghakimi atau menciptakan pikiran yang tidak-tidak dengan gaya berpacaran anak muda saat ini. Namun, dengan begitu banyaknya godaan-godaan dari pihak ketiga atau dari berbagai kesenangan yang ditawarkan di dunia ini, boleh dong, untuk berpikiran sedikit skeptis.  

Apalagi banyak diantara anak muda pada saat ini, yang cenderung menggunakan pola pemikiran instan, yang hanya berdasarkan apa yang dirasa dan apa yang disenanginya, serta cenderung bersikap tak mau terjebak atau dipusingkan oleh berbagai perbedaan cara pandang atau permasalahan seharusnya mereka selesaikan bersama.  

Pada banyak peristiwa, sangat terlihat jelas bahwa generasi muda pada saat ini, sangat senang sekali untuk “menyederhanakan” masalah yang ada. Mereka cenderung hanya mau menikmati keindahan atau kesenangan. Ketika permasalahan menghampiri, ketika sebentuk tanggung-jawab harus mereka lakukan, mereka akan mencoba berkelit atau menyampaikan sejuta satu alasan.

Mereka mau senang, namun tidak mudah untuk menerima begitu saja pada saat diminta bertanggung-jawab atas setiap kesenangan yang telah mereka lakukan atau dapatkan.

Harus diakui, tidak sedikit pula diantara generasi muda sekarang, yang memiliki tingkat kesetiaan diri kepada pasangan kekasih hatinya dengan kadar cukup baik atau bahkan sangat baik.

Tapi banyak juga diantara generasi muda sekarang, yang menganggap pernyataan kesetiaan itu, hanyalah sebagai sesuatu hal yang manis di bibir saja. Mudah terucap, namun ketika harus direalisasikan, sulit untuk diekspresikan. Apalagi kalau jarak sudah memisahkan, kesetiaan itu pun perlahan-lahan dapat dengan mudah luruh. 

Pada dasarnya, tidak ada seorang pun di bumi ini, yang di dalam dirinya, hanya berisikan kelebihan dan nilai baik semata. Dalam diri seseorang pasti ada nilai kurangnya. Pada diri seseorang, pasti ada sikap atau perilaku yang tidak baik.

Pada sejumlah pasangan yang sedang berpacaran, nilai sikap dan perilaku kurang baik dalam diri salah seseorang atau masing-masing diantara mereka, agak sulit untuk dapat dikompromikan, dibicarakan, atau dicari jalan keluar, agar dapat diperbaiki atau ditutupi oleh sikap baiknya. 

Bila itu yang terjadi, bagaimana prosesi masa 50 tahun kebersamaan bisa tercapai? Apa yang ingin dicari dan digapai kalau hanya hal-hal baik atau menyenangkan saja yang ingin di dapat saat berpacaran?

Jadi teringat pada sederet bait-bait lagu nihhh…

Aku mau mendampingi dirimu…

Aku mau cintai kekuranganmu…

S’lalu bersedia bahagiakan mu,

Apapun terjadi, Ku janjikan aku ada…


Dapatkah masing-masing diantara kita yang mampu membuat sebuah pernyataan seperti potongan bait-bait lagu yang dibawakan Once tersebut?

Yaa… Secara keseluruhan, lagu itu merupakan salah lagu yang berisi ungkapan perasaan cinta yang amat mendalam, dari seorang cowok kepada kekasih hatinya. Bukan berarti cewek tidak bisa melakukannya. Ini merupakan salah satu contoh saja.

Sesungguhnya banyak hal-hal yang bisa dipakai oleh pasangan yang sedang berpacaran untuk membangkitkan inspirasi dalam pikiran mereka bahwa mereka pun seharusnya bisa mencintai orang lain hingga 50 tahun lamanya, atau lebih. Mereka dapat membangun nuansa penuh kasih dan rasa sayang, sesuai dengan keinginan atau ide/inisiatif mereka sendiri, atau dengan mengambil contoh dari upaya serta tindakan orang lain. 

Tidakkah menyenangkan dan membanggakan apabila kita bisa mempertahankan rasa itu hingga 50 tahun lamanya bahkan lebih? 

Sepasang anak manusia yang dapat mempertahan, menjaga, dan menghargai rasa cinta serta kebersamaan mereka selama 50 tahun atau lebih, merupakan satu contoh yang sangat baik apabila dikaitkan dengan upaya dua orang anak manusia menjaga kesetiaan kepada pasangannya.  

Sebuah kebersamaan memang dapat menjadi sebuah cerita yang menarik ketika hal itu bisa berlangsung dalam tempo waktu cukup lama, tanpa harus diakhiri oleh tindak perceraian dengan berbagai alasannya.  

Jadi tidaklah salah kalau dikatakan bahwa lagu yang dibawakan oleh Warna tersebut (dan juga potongan lagu yang dinyanyikan Once tentunya) dapat dijadikan sumber inspirasi serta motivasi bagi setiap orang.

Kedua lagu tersebut, seharusnya dapat meyakinkan diri setiap orang, bahwa menjaga rasa sayang, rasa cinta, dan juga kesetian kepada pasangan belahan jiwa hingga masa 50 tahun lagi, adalah sesuatu hal yang sangat mungkin mereka lakukan, asalkan mereka memiliki suatu keinginan tulus untuk mau saling menjaga kobaran api cinta serta kesetiaan diantara mereka. 

Itu bukanlah sebuah langkah yang mudah. Namun apabila ada keteguhan hati dan satu keinginan yang mendalam untuk saling menghargai kesucian cinta serta menimbulkan satu keinginan untuk mau melakukan makna mendalam yang terkandung di balik arti kata “KASIH” dan “SAYANG.”

Mereka yang dapat menjaga keabadian cinta serta kesetiaan pada pasangannya adalah orang-orang yang diberkati dan penuh dengan berkat…

Sungguh, betapa indahnya dapat mencintai orang lain hingga 50 tahun lagi…


Kiranya kasih itu, selalu dapat kita ungkapkan, dan kesetiaan itu, selalu dapat kita nyatakan... 
  

.Ir. Sarlen Julfree Manurung
My Mind
Seorang teman memposting tulisan menarik di milist yang aku ikuti. Tulisan itu diberi judul : CERITA TENTANG KODOK...PELAJARAN HIDUP NO.1.

Tulisan teman itu bertutur tentang sekelompok kodok yang mengadakan perlombaan menaiki suatu menara sampai keatas. Sejumlah kodok yang tadinya bersemangat mengikuti lomba, tiba-tiba tidak siap melanjutkan lomba karena mendengar suara-suara para penonton yang mengatakan : "Mana mungkin kodok bisa sampai pada puncak menara.."

Ketika yang lainnya mulai ragu untuk melanjutkan lomba, seekor kodok tetap naik keatas dan akhirnya memenangkan lomba itu. Sang kodok dapat membuktikan, kalau kodok juga dapat meniti tangga hingga ke puncak menara karena ia percaya bahwa ia mampu.

Rasa percaya diri membuat sang kodok tidak menghiraukan suara-suara para penonton yang mencoba untuk membuat ragu kodok-kodok yang lain sehingga banyak yang gagal mencapai puncak menara.

Pesan moral yang disampaikan pada bagian akhir postingan tulisan teman tersebut :

"Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis... karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan mencoba menjauhkannya darimu. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu! Karena itu: Tetaplah selalu... BERPIKIR POSITIF. Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu! Selalu berpikirlah: I CAN DO THIS !"

Mendengarkan suara-suara pesimis yang disampaikan orang lain, memang dapat mempengaruhi kesiapan diri dan upaya kita untuk dapat mencapai puncak kesuksesan dengan didasarkan pada adanya usaha serta kerja keras.

Adanya kata-kata pesimis dari orang lain, secara langsung atau tidak langsung, memang dapat membuat kita melemah dan mengendurkan upaya serta semangat kita untuk mencapai puncak prestasi.

Padahal, apabila kita merasa memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu, dan kita tetap memelihara hasrat itu, kita dapat menggapainya.

Berpikir positif memang merupakan syarat mutlak apabila kita ingin menjalani sesuatu untuk mencapai puncak pencapaian seperti yang kita inginkan. Kita bisa saja mendengarkan pernyataan pesimistis orang lain. Namun pernyataan pesimistis itu sebaiknya tidak mempengaruhi keinginan hidup kita untuk mencapai apa yang ingin kita capai.

Sebuah pembuktian memang perlu dilakukan agar orang lain (terutama orang yang berpikiran pesimis) tahu, kalau kita memang mampu mencapai segenap mimpi dan harapan kita.

Jangan biarkan orang lain membentuk kita menjadi pribadi yang "HANYA BISANYA" bermimpi tanpa pernah bisa mewujudkan mimpi. Orang lain boleh pesimis tapi jangan biarkan diri ini menjadi pesimis juga, karena apabila orang lain bisa mewujudkan mimpi, kenapa kita tidak?

Jangan pula kita hanya menggantung cita-cita setinggi langit namun kita sendiri tidak pernah sampai ke langit. Kalau kita tahu dan sadar bahwa kita mampu, berusahalah, agar langit bisa kita capai dan orang lain tahu, usaha yang kita lakukan (dengan dibawa dalam doa tentunya) tidak akan berakhir dengan kesia-siaan, tapi sebuah hasil seperti yang kita inginkan.

Semangat... terus berusaha... jangan menyerah oleh keadaan, tapi kalahkanlah keadaan. Kiranya Tuhan memimpin langkah kita untuk dapat mewujudkan cita-cita atau mimpi yang ada didalam benak pikiran kita.

Orang lain boleh saja berpikiran pesimis, tapi kita tidak boleh menjadi lemah oleh karena sikap pesimis orang lain karena kita yang menjalani hidup kita.
My Mind
Ketika keinginan untuk mendapatkan yang lebih baik telah mengalahkan kesetiaan diri untuk menjaga rasa dan cinta kepada pasangan hidup atau kekasih hati, maka sebuah tindak perselingkuhan dapat terjadi.

Banyak orang yang berpendapat kalau perselingkuhan itu bisa terjadi karena adanya perasaan tidak puas seseorang terhadap apa yang ada didalam diri pasangannya. Selalu saja ada yang dianggap kurang. Padahal, ketika seseorang menjalin hubungan dengan kekasih hatinya, kondisi yang seharusnya diciptakan adalah saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Seseorang yang dapat mempertahankan atau melanggengkan hubungan cinta kasihnya bersama dengan kekasih hatinya tercinta, adalah pribadi anak manusia yang dapat menerima dengan tulus kekurangan yang terdapat dalam diri kekasih hatinya, dan oleh karena cintanya pada kekasih hatinya itu, seseorang tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk menutupi kekurangan yang terdapat didalam diri kekasih hatinya.

Demikian pula sebaliknya. Seseorang yang mencintai kekasih hatinya, tidak akan menganggap kekurangan yang terdapat didalam diri kekasih hatinya, sebagai sebuah "permasalahan besar" namun sebuah kondisi yang harus dilengkapi dengan apa yang ada pada dirinya. 

Oleh sebab itulah, mereka yang berhasil mempertahankan kelanggengan hubungan cinta kasih dengan kekasih hatinya tercinta, akan terlihat sebagai pasangan yang sempurna karena kebersamaan yang dibangun diantara mereka, akan membuat masing-masing pribadi yang saling mengasihi, tampil lebih baik, seakan-akan tidak memiliki kekurangan diri. 

Normatif sajalah, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang sempurna. Apabila kita menuntut adanya kesempurnaan dalam diri pasangan kekasih hati kita, maka sudah selayaknya pula kita harus memiliki sebentuk kesempurnaan diri juga, yaitu kesempurnaan sikap dan perilaku seperti yang diharapkan oleh kekasih hati kita. 

Bahasa sederhananya, kalau mau menuntut dari pasangan, yaaa...harus mau dituntut pula.

Kalau hanya mau menerima namun tak mau memberi, itu sama artinya, perselingkuhan merupakan jalan pembenaran bagi seseorang untuk dapat mencari "kesempurnaan" seperti yang diinginkannya. 

Padahal, upaya melupakan "rasa" kasih itu dengan jalan berselingkuh, dapat terjadi karena seseorang tersebut tidak mau menerapkan pola komunikasi yang seimbang dalam menjalin hubungan. Oleh sebab itu, perselingkuhan bisa terjadi karena seseorang yang melakukan perselingkuhan, adalah orang yang lebih mementingkan keinginan dirinya sendiri, tanpa mau perduli dengan keinginan orang lain atas dirinya.

Adanya keengganan diri untuk mau menjadi pribadi yang sesuai dengan harapan pasangan kekasih hati, membuat penerimaan akan diri kekasih hati apa adanya, tidak dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan menyayangi pacar tanpa melihat kekurangan yang ada pada dirinya. Ketika kondisi itu terjadi, besar kemungkinan, perselingkuhan dengan yang lain dapat terjadi.

Perselingkuhan bukanlah sebuah pembenaran sikap yang dapat membuat seseorang benar-benar dapat merasakan, ketulusan cinta kasih itu apabila dijalani dengan sikap setia, selalu menghadirkan komunikasi yang intensif dan berkualitas, serta dapat menjaga rasa cinta kasih didalam hati. 

Haruskah perselingkuhan terjadi? Tentu tidak, terutama apabila seseorang tahu dan menyadari, kalau komunikasi, kesetiaan, dan memupuk rasa sayang itu, merupakan konstruksi yang kuat untuk menghadirkan hubungan cinta kasih yang dapat "diarahkan" agar bisa sesuai dengan harapan serta keinginan masing-masing pihak yang terikat benang-benang cinta.

Kalau ada orang yang mengatakan, berselingkuh untuk iseng, sebaiknya orang itu mengingat kalau perasaan dan hati orang lain itu bukan untuk dipermainkan. Apa ada, orang tua yang iseng menyayangi anak-anaknya? Apakah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Penyayang itu menyayangi kita karena IA iseng? Tentu saja jawabannya : TIDAK.

So, apabila ingin merasakan indahnya cinta kasih dengan kekasih hati, peliharalah rasa cinta yang ada didalam hati dengan sikap setia. Terapkan pola komunikasi yang berkualitas dengan intensitas yang selalu terjaga. Jadikan pasangan kita sebagai teman dan pribadi yang akan menjadikan kita lebih baik, karena kasih yang melingkupi hubungan dua anak manusia yang saling mengasihi, dapat kita pakai untuk membuat hidup kita dan orang yang kita kasihi, menjadi lebih baik atau bertambah baik.


.SARLEN JULFREE MANURUNG
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
Terkadang, melakukan sesuatu dengan dilandasi sikap tulus, harus menghadapi tantangan atau cibiran dari orang lain. Apalagi kalau pelaku tindakan yang dilandasi sikap tulus tersebut, adalah seseorang yang sama sekali tidak terkait dengan sebuah peristiwa atau keadaan yang akan berlangsung kemudian.

Sesuatu yang dilandasi sikap tulus, adalah sebuah perbuatan yang pada dasarnya tidak mengharapkan adanya tindakan balas jasa atau ucapan terima kasih. 

Pada dasarnya, melakukan sesuatu dengan sikap tulus adalah perbuatan yang dilandasi oleh adanya kasih didalam hati dan diri kita, dimana sikap tersebut merupakan bagian dari kepribadian manusia, yang menjadi cerminan hidup, bahwa dalam melakukan sesuatu kepada orang lain, kita tidak harus mengharapkan adanya imbalan apapun dari orang lain tersebut. Bahkan, tidak berharap ada pujian.

Kita juga tidak harus mempublikasikan/menyatakansecara terbuka kepada orang lain atau kepada pihak-pihak yang akan menerima adanya perbuatan tulus yang akan kita lakukan, karena memang, sebuah ketulusan sikap tidak harus ditandai oleh adanya sebuah pernyataan yang ingin menunjukkan sebuah keinginan untuk berbuat baik.

Oleh karena itu, banyak perbuatan yang dilandasi oleh sikap tulus tidak harus diketahui atau didiskusikan terlebih dahulu dengan orang lain, apalagi oleh pihak-pihak yang akan merasakan perbuatan tulus yang kita lakukan. 

Berbuat tulus berarti juga melakukan sesuatu hal tanpa ada rasa terpaksa atau merasa dipaksa. Dalam hal ini, sebentuk tindakan yang dilandasi oleh adanya keinginan atau inisiatif pribadi, merupakan salah satu ciri seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang dilandasi oleh ketulusan sikap.

Tulisan ini mungkin belum lengkap membahas berbagai hal yang berkaitan dengan perbuatan yang dilandasi oleh sikap tulus. Namun, tanpa dibahas panjang lebar, keinginan berbuat sesuatu dengan tulus, sudah selayaknya ada didalam hati dan benak pikiran kita.

Tanpa terkecuali, semua orang di muka bumi ini, dapat melakukan sesuatu dengan dilandasi sikap tulus. Bagaimana denganmu, apakah sudah melakukannya? 

Apapun bentuknya, lakukan perbuatan tulus kepada sesama tanpa memandang atau memikirkan adanya sebuah imbalan atau pujian atas tindakan tulus yang kita lakukan kepada orang lain. Kepuasan sejati akan kita rasakan pada saat perbuatan tulus yang kita lakukan dapat membahagiakan orang lain, dapat membuat suatu keadaan rumit menjadi lebih baik, dan suatu kegiatan dapat terlaksana seperti yang diinginkan.

Biarkan orang lain berprasangka atau berpikir lain atas segenap tindakan tulus yang kita lakukan. Mantapkan langkah dan keinginan hati untuk melakukan segala sesuatunya dengan tulus.

Salam damai,


.Sarlen Julfree Manurung
My Mind
Ketika hati hanya mampu berbisik,
Ke arah mana lara akan dituju?
Kehidupan yang berdetak seiring dentang waktu,
Mengalir apa adanya,
Mungkin engkau bisa mengarahkan, tapi tetap saja tak tahu bagaimana akhirnya
Sisi batin hanya mampu berharap, diri ini menjalankan
Dalam keheningan, dalam keramaian...semua masih belum pasti
Hingga engkau tahu akhir dari semua pencapaian yang engkau ingin
Dapat, tidak dapat, setengah dapat...

Ketika benak berpikir dalam gundah,
Apakah yang akan digapai?
Melayang-layang bagai kupu-kupu
Pagi menjelang, engkau berkutat rencana,
Siang penuh cahaya mentari, akal pikiranmu mengaduh dalam sibuk
Sore yang datang, rasanya ingin cepat-cepat pulang...
Akal mengakali, berbisik layaknya gosip, langgam damai berpikir pintar
Ada yang bisa diraih, meskipun tak semua tergapai...
Benar atau salah, bagai logika statika
Berpikirlah dahulu, agar engkau jarang berbuat dan berucap salah...

Ketika perbuatan menciptakan asa,
Apakah laut masalah dapat diarungi?
Rentang waktu terkadang tak cukup untuk membuai atau mencari suka
Tapi semua harus dilalui dengan bijak agar tak terjerembab jatuh
Karena angin yang berhembus, dapat melenakan dan membuat engkau terpuruk
Yaitu saat alur yang engkau bangun dalam perbuatan,
Hanya berpikir tentang diri, bukan mengekspresi dari hati
Bila itu bisa engkau tepis,
Laju layar melarung maju hadapi gelombang masalah, itu bukan masalah...

Hidup ini terkadang membuat engkau harus berpikir panjang, bukan larung mengkhayal 
Luruh sesaat bukan sebuah kisah bahwa engkau tak berarti
Tapi sebuah benang alur kehidupan yang akan membuat engkau tahu,
Bahwa belajar menjadi yang terbaik, ada proses yang harus engkau lalui
Tidak satu titi anak tangga, tapi mungkin, ratusan hingga ribuan jumlahnya
Semua harus engkau tapaki, semua harus engkau pijak
Karena hidup ini tidak hanya bicara soal hari ini, tapi juga nanti dan hari esok

Dengarkan suara hati, layakkan dengan pemikiran bijak, dan lakukan dalam perbuatan 
Kembangkan layar kemajuan hidup, dimulai dari diri sendiri... mulailah hari ini...
Jangan tunggu, jangan nanti-nanti...
My Mind
Adanya iman kepercayaan kepada Tuhan, telah mendorong setiap orang percaya untuk mengaku, bahwa Tuhan adalah Pribadi yang empunya kuasa untuk mengampuni dosa-dosa manusia.

Pengakuan tersebut masih pula diikuti dengan pernyataan, kalau mereka juga meyakini, Tuhan akan memaafkan kesalahan manusia yang datang memohon pengampunan dosa padaNya, meskipun manusia telah kotor oleh lumpur dosa.

Namun entah mengapa, sejumlah besar anak-anak Tuhan justru terlihat tidak antusias apabila mereka harus bertindak sebagai pribadi yang dapat dengan tulus ikhlas memaafkan kesalahan orang lain yang telah menghadirkan luka dan derita batin, melalui perkataan atau perbuatan yang mendukakan hati.

Hati mereka seakan tidak tergerak untuk mengucapkan kata maaf, baik kepada orang yang langsung meminta maaf atau yang tidak secara langsung meminta maaf, bahkan sulit memaafkan kesalahan orang lain meskipun orang lain tersebut tidak memintanya.

Faktanya, walaupun anak-anak Tuhan sering membaca Firman Tuhan, buku-buku telaah Firman Tuhan atau buku renungan harian yang menuliskan agar manusia dapat memaafkan kesalahan orang lain dengan tulus, serta mengaminkan isi khotbah pendeta dengan perikope yang sama, atau bahkan telah menjawab dengan lantang pertanyaan kesediaan mengampuni kesalahan orang lain dalam Perjamuan Kudus, namun tetap saja, banyak anak-anak Tuhan yang sulit memaafkan kesalahan orang lain dengan tulus.

Bahkan bagi sejumlah anak-anak Tuhan, memaafkan kesalahan orang lain yang telah menghadirkan luka dan derita batin, menganggap hal itu sebagai "bukan harus" dilakukan sebelum rasa sakit yang tercipta, terobati. Terasa berat rasanya kata-kata maaf terucap dengan lancar dari mulut.  

Tuhan saja mau memaafkan kesalahan kita, kenapa kita sulit memaafkan kesalahan yang diperbuat orang lain kepada kita? 

Dengan sulit mengungkapkan kesediaan diri untuk memaafkan kesalahan orang lain, apakah kita ingin menghadirkan otoritas yang sama dengan Tuhan, yaitu menjadi pribadi yang berhak mengampuni serta menghakimi sesama manusia?

Oleh karena tidak senang dan merasa telah disakiti, sejumlah anak-anak Tuhan bahkan memilih untuk tidak bersedia mengucapkan kata maaf kepada orang yang telah menciptakan luka serta derita batin.

Kenapa sulit memaafkan?

Pertama

Seseorang yang mengalami derita batin karena telah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan atau tidak adil dari orang lain, akan membangun dinding sikap bermusuhan.

Adapun bentuk dinding sikap bermusuhan tersebut diwujudkan dengan : menjaga jarak, memutuskan rantai pertemanan, dan menutup/mengurangi akses komunikasi dengan orang yang telah menghadirkan luka batin, dengan alasan, untuk mempertahankan posisi, integritas dan eksistensi di depan orang lain, kestabilan emosi atau nama baik.

Kedua

Memaafkan cenderung dikonotasikan sebagai sebuah tindakan berani untuk melupakan atau mengingkari adanya perbuatan salah yang telah dilakukan orang lain. 

Bagi sejumlah orang, melupakan begitu saja suatu perbuatan atau pernyataan yang membuat diri ini merasakan hati yang terluka, bukanlah sebuah keharusan moral, bukanlah sebuah tindakan fair, dan tidak otomatis menyembuhkan derita yang telah dihadirkan orang lain tersebut.

Ketiga

Karena amarah telah menciptakan dendam dan upaya-upaya protektif diri (seperti yang disebutkan pada point pertama diatas), dimana keadaan itu lebih mendominasi akal serta alam pikiran.

Dalam hal ini, meskipun seseorang mengerti, memahami serta merasakan indahnya makna kasih, akan tetapi, oleh karena adanya rasa sakit lebih melingkupi hati dan perasaan, seseorang tersebut tidak memperdulikan adanya kasih, sehingga yang putih dapat menjadi hitam, dan yang hitam, dianggap lebih layak menjadi putih.

Secara tidak langsung, seseorang tersebut telah menambahkan atau mengganti literatur makna kasih yang sesungguhnya.

Apabila dikaitkan dengan prinsip keimanan, maka, tindakan memaafkan merupakan upaya "memaksa" agar dilakukan. Adanya prinsip "memaksa" dalam memaafkan kesalahan orang lain tersebut, terdeskripsikan karena memaafkan kesalahan orang lain merupakan "perintah" Tuhan.

Ketika kata "maaf" sulit untuk diucapkan, itu terjadi karena seseorang yang mengalami luka dan derita batin oleh perbuatan atau pernyataan tidak menyenangkan dari orang lain, menganggapnya sebagai sebuah beban. 

Beban tercipta karena seseorang yang berada pada posisi telah disakiti orang lain tersebut, harus mengingkari adanya kesalahan yang telah membuat dirinya mendapatkan luka dan derita batin, dengan menghadirkan suatu anggapan bahwa luka serta derita batin yang telah membuat dirinya tersakiti, tidak perlu diingat-ingat lagi.

Artinya, dengan memaafkan kesalahan orang lain, kita telah berusaha sekuat tenaga untuk mendamaikan hati dan diri kita, agar segenap amarah, rasa kecewa, serta perasaan diperlakukan tidak adil, tidak lagi mendominasi pikiran, meskipun tidak ada keharusan bagi kita, untuk melupakan begitu saja kesalahan yang telah diperbuat orang lain tersebut.

Jelas, ini bukanlah perkara yang mudah namun harus dilakukan apabila kita benar-benar berpegang pada perintah Tuhan. 

Kesulitan terbesar untuk memaafkan kesalahan orang lain, memang ada pada upaya untuk mereduksi segenap perasaan tertekan dan adanya kebencian yang berkecamuk di dada oleh karena amarah, rasa kecewa, dan perasaan telah diperlakukan tidak adil, menjadi sebuah keinginan baik (memaafkan) dan tidak lagi memfokuskan kesalahan atau perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukan orang lain, sebagai sebuah tindakan sulit yang harus dilakukan.

Bagaimana agar tidak terasa sulit untuk memaafkan orang lain?

Well, konsepsi pertama yang harus kita ingat adalah : tindakan memaafkan orang lain merupakan bagian dari menyatakan kasih, yaitu kepada orang yang telah kita anggap musuh atau orang yang telah kita anggap bersikap bermusuhan dengan kita.

Artinya, kita telah menjalankan perintah Tuhan, untuk menyatakan kasih kepada semua orang, yaitu menyatakan kasih kepada orang yang telah membuat hati kita terluka, dengan memaafkannya.

Kita mengerti, tahu, dan memahami, bahwa Tuhan telah memerintahkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain. Tuhan sendiri telah pula memberikan contoh nyata, dimana kita bisa mencontohnya. Dalam hal ini berlaku keadaan : kita memaafkan kesalahan orang lain agar Tuhan juga memaafkan kesalahan-kesalahan kita.

Berpikir positif merupakan salah satu elemen penting yang membuat kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, meskipun kita tahu, orang lain tersebut telah membuat kita mengalami luka dan derita batin. 

Kenapa kita harus berpikir positif? 

Sebab dengan berpikir positif, kita dapat melanjutkan hidup kita tanpa kita sendiri harus memikul beban, dan memiliki dendam yang melingkupi hati serta pikiran kita.

Beban dan dendam, yang terangkum dalam aroma kebencian kita pada seseorang, pada dasarnya dapat merusak persepsi kita, tentang bagaimana kita harus bersikap kepada orang lain, dan bagaimana cara kita menyikapi makna kehidupan beserta keindahan yang bisa kita nikmati tanpa harus menyertakan adanya amarah didalam diri kita.

Memang tidaklah mudah untuk mematahkan segenap derita, rasa sakit serta kebencian yang membara di dada, dengan tindakan tidak menghakimi orang lain karena perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukannya (yang sesungguhnya tidak perlu terjadi). 

Dalam hal ini, sikap toleransi kita kembangkan kepada orang yang menyebabkan kita menghadapi kondisi tidak pasti yang hadir setelah rasa sakit hadir ke permukaan.

Ada baiknya pula apabila kita memposisikan diri kita sebagai orang yang membutuhkan orang lain memaafkan kesalahan kita, namun kita harus menerima kenyataan, bahwa kata maaf itu tidaklah mudah kita dapatkan. Apakah kondisi ini dapat kita terima? Tentu saja tidak.

Memaafkan memang sama artinya kita harus bisa melupakan dan tidak lagi mengingat-ingat kesalahan atau perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukan orang lain pada kita. 

Mungkin kita membutuhkan waktu untuk melakukannya. Namun tidak ada salahnya, kalau kita memikirkannya untuk tidak menunda-nunda melakukannya.

Awalnya memang tidak mudah, karena sisi kemanusiaan kita yang dilingkupi oleh rasa benci dan amarah, akan cepat menolak untuk memaafkan. 

Namun, apabila kita segera menyadari, bahwa memaafkan kesalahan orang lain itu perlu dan harus, itu sama artinya, kita telah mengurangi 2 masalah : menghapus rasa benci dalam diri kita, serta memperbaiki hubungan yang retak dengan orang lain.

Why we must do that?

Sia-sia saja kita percaya pada Tuhan kalau kita masih menyimpan dendam didalam hati kita dan membiarkan diri kita memendam amarah yang terpicu oleh kebencian atau rasa tidak senang karena orang lain telah membuat hati kita terluka, karena Tuhan tidak menentukan kita hidup dengan cara demikian.

Pesan indah yang ingin disampaikan dalam artikel ini : memaafkan kesalahan orang lain itu memang sulit, tapi kita harus melakukannya, karena itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.

Maafkanlah kesalahan orang tulus...
 
Semoga tulisan ini menggugah rekan-rekan untuk membuka pintu maaf kepada orang yang telah berbuat salah, baik diminta atau tanpa diminta, dengan tulus tentunya.


God Bless You Everybody


.Sarlen Julfree Manurung

dimuat di : http://sarlenjm.blogspot.com

My Mind
Dipersembahkan untuk semua Plus Size Women (Wanita bertubuh Besar) - oleh Plus Size Women - dari Plus Size Women.

Untuk pertama kalinya di Indonesia, JS21 dan MISE Indonesia menyelenggarakan sebuah pagelaran peragaan busana dengan konsep LEBIH dari Biasa - memperagakan rancangan gaun malam, gaun pesta, baju kebaya dan gaun pengantin untuk para wanita yang berukuran tubuh Besar.

Disponsori oleh:
ZA Cosmetics
Nahdi Jewellry
La Belle Team Art
Bellydance Jakarta

Peragaana busana akan dibawakan oleh para model dari Komunitas Xtra-L Indonesia.
Diadakan di Grand Ballroom Hotel Dharmawangsa, Jln. Dharmawangsa Raya - Jakarta Selatan.

Hiburan berupa Bellydance akan dibawakan oleh para penari dari Bellydance Jakarta.

Harga tiket : Rp.200.000,- , Rp.300.000,- dan Rp.400.000,- (termasuk coffee break).
Untuk informasi pembelian tiket dan selanjutnya, dapat menghubungi nomor telpon yang tertera di bawah.

Komunitas Xtra-L Indonesia mendukung sepenuhnya atas terselenggaranya peragaan busana tersebut di atas.

Untuk pemesanan tiket dan informasi, hubungi : 02133098818 atau 021. 91203600 (Ms. Sagita Damayanti)
My Mind
Ketika keinginan untuk mendapatkan yang lebih baik telah mengalahkan kesetiaan diri untuk menjaga rasa dan cinta kepada pasangan hidup atau kekasih hati, maka sebuah tindak perselingkuhan dapat terjadi.

Banyak orang yang berpendapat kalau perselingkuhan itu bisa terjadi karena adanya perasaan tidak puas seseorang terhadap apa yang ada didalam diri pasangannya. Selalu saja ada yang dianggap kurang. Padahal, ketika seseorang menjalin hubungan dengan kekasih hatinya, kondisi yang seharusnya diciptakan adalah saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Seseorang yang dapat mempertahankan atau melanggengkan hubungan cinta kasihnya bersama dengan kekasih hatinya tercinta, adalah pribadi anak manusia yang dapat menerima dengan tulus kekurangan yang terdapat dalam diri kekasih hatinya, dan oleh karena cintanya pada kekasih hatinya itu, seseorang tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk menutupi kekurangan yang terdapat didalam diri kekasih hatinya.

Demikian pula sebaliknya. Seseorang yang mencintai kekasih hatinya, tidak akan menganggap kekurangan yang terdapat didalam diri kekasih hatinya, sebagai sebuah "permasalahan besar" namun sebuah kondisi yang harus dilengkapi dengan apa yang ada pada dirinya.

Oleh sebab itulah, mereka yang berhasil mempertahankan kelanggengan hubungan cinta kasih dengan kekasih hatinya tercinta, akan terlihat sebagai pasangan yang sempurna karena kebersamaan yang dibangun diantara mereka, akan membuat masing-masing pribadi yang saling mengasihi, tampil lebih baik, seakan-akan tidak memiliki kekurangan diri.

Normatif sajalah, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang sempurna. Apabila kita menuntut adanya kesempurnaan dalam diri pasangan kekasih hati kita, maka sudah selayaknya pula kita harus memiliki sebentuk kesempurnaan diri juga, yaitu kesempurnaan sikap dan perilaku seperti yang diharapkan oleh kekasih hati kita.

Bahasa sederhananya, kalau mau menuntut dari pasangan, yaaa...harus mau dituntut pula.

Kalau hanya mau menerima namun tak mau memberi, itu sama artinya, perselingkuhan merupakan jalan pembenaran bagi seseorang untuk dapat mencari "kesempurnaan" seperti yang diinginkannya.

Padahal, upaya melupakan "rasa" kasih itu dengan jalan berselingkuh, dapat terjadi karena seseorang tersebut tidak mau menerapkan pola komunikasi yang seimbang dalam menjalin hubungan. Oleh sebab itu, perselingkuhan bisa terjadi karena seseorang yang melakukan perselingkuhan, adalah orang yang lebih mementingkan keinginan dirinya sendiri, tanpa mau perduli dengan keinginan orang lain atas dirinya.

Adanya keengganan diri untuk mau menjadi pribadi yang sesuai dengan harapan pasangan kekasih hati, membuat penerimaan akan diri kekasih hati apa adanya, tidak dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan menyayangi pacar tanpa melihat kekurangan yang ada pada dirinya. Ketika kondisi itu terjadi, besar kemungkinan, perselingkuhan dengan yang lain dapat terjadi.

Perselingkuhan bukanlah sebuah pembenaran sikap yang dapat membuat seseorang benar-benar dapat merasakan, ketulusan cinta kasih itu apabila dijalani dengan sikap setia, selalu menghadirkan komunikasi yang intensif dan berkualitas, serta dapat menjaga rasa cinta kasih didalam hati.

Haruskah perselingkuhan terjadi? Tentu tidak, terutama apabila seseorang tahu dan menyadari, kalau komunikasi, kesetiaan, dan memupuk rasa sayang itu, merupakan konstruksi yang kuat untuk menghadirkan hubungan cinta kasih yang dapat "diarahkan" agar bisa sesuai dengan harapan serta keinginan masing-masing pihak yang terikat benang-benang cinta.

Kalau ada orang yang mengatakan, berselingkuh untuk iseng, sebaiknya orang itu mengingat kalau perasaan dan hati orang lain itu bukan untuk dipermainkan. Apa ada, orang tua yang iseng menyayangi anak-anaknya? Apakah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Penyayang itu menyayangi kita karena IA iseng? Tentu saja jawabannya : TIDAK.

So, apabila ingin merasakan indahnya cinta kasih dengan kekasih hati, peliharalah rasa cinta yang ada didalam hati dengan sikap setia. Terapkan pola komunikasi yang berkualitas dengan intensitas yang selalu terjaga. Jadikan pasangan kita sebagai teman dan pribadi yang akan menjadikan kita lebih baik, karena kasih yang melingkupi hubungan dua anak manusia yang saling mengasihi, dapat kita pakai untuk membuat hidup kita dan orang yang kita kasihi, menjadi lebih baik atau bertambah baik.


.SARLEN JULFREE MANURUNG


N O T E :

Terkait dengan adanya "rumor" perselingkuhan, baca juga tulisan berjudul :
Seandainya Antasari Sudah Baca "CANTIK SELAMANYA"
dengan membuka link :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=81415347369&ref=mf

Dan tulisan yang berjudul :
Cowok Ganteng vs Cantik Selamanya
dengan membuka link :
http://cantik40s.blogspot.com/2009/05/cowok-ganteng-vs-cantik-selamanya.html

Serta tulisan yang berjudul :
Fakta Tentang Cowok Ganteng
dengan membuka link :
http://cantik40s.blogspot.com/2009/05/fakta-tentang-cowok-ganteng.html
My Mind
CANTIK SELAMANYA

Perempuan memang suka dibilang cantik. Itu natural. Namun Dian Manginta, pemilik blog
http://cantik40s.blogsopt.com menjadikan topik ini menarik, mendalam, penulis alasan, mendalam.

Ia menuliskan judul blognya Cantik Selamanya. Dari judulnya, orang bisa menebak bahwa isinya mengajak perempuan berupaya memelihara kecantikannya. Bahwa "inner beauty" itu sangat penting. Sampai di sini, belum ada hal yang baru.

Namun, ada yang menarik. Dian Manginta juga menarik pembacanya ke wilayah yang baru, buat beberapa orang akan terkesan mengejutkan, belum terpikirkan.

Dalam topik kecantikan atau kebagusan fisik, Dian Manginta menggeret kita untuk mendiskusikan hal-hal yang bisa diterima begitu saja, "taken for granted".

Sebut saja mengenai persepsi perempuan terhadap lelaki yang tampan. Suatu isu yang jarang dikemukakan, namun dibahas oleh Dian Manginta dalam dua bagian tulisan. Masing-masing agaknya ditujukkan kepada perempuan terlebih dahulu, baru kepada lelaki.

Kepada para perempuan, Dian mengajak untuk berhenti berpikir bahwa lelaki tampan cuma hanya akan menyalahgunakan kelebihannya untuk melecehkan kaum hawa. Perempuan diajak untuk menikmati fakta bahwa kaum lelaki punya keunikan, menjadi bertambah tampan saat usia dan jiwanya kian menjadi
matang. Tentu saja publik tahu ini adalah kontribusi perempuan.

Dari sini, mungkin kita jadi teringat tentang kasus-kasus para pejabat yang selingkuh, seakan mengobral nilai lebihnya hanya untuk kematangan duniawi. Dian justru mengajak para perempuan untuk tidak mengadopsi cara berpikir alergis seperti itu, demi untuk bisa membangun komitmen positif.

Namun bagi laki-laki, jangan gede rasa dulu. Dian Manginta melemparkan fakta penelitian psikologi mutakhir bahwa memang Kaum Adam yang memiliki daya tarik lebih tinggi justru akan menjadi pasangan kurang menjanjikan.

Dan dengan demikian, Dian menaruh harga lebih tinggi bagi kaum lelaki untuk bisa menunjuk dirinya punya manfaat lebih dari suatu kemitraan yang sedang dibangun.

Tanggungjawab yang diambil Dian Manginta cukup tinggi. Di samping menggunakan bahasa yang mudah dicerna dan lentur sesuai zaman, Dian Manginta juga menyisikan waktu untuk menguraikan berbagai referensi pengayaan kepada para pembacanya melalui situs facebook Cantik Selamanya (http://www.facebook.com/pages/Cantik-Selamanya/54526851698).

Dian Manginta memang beruntung, selain cantik, berpendidikan baik - pernah menuntut ilmu psikologi di Universitas Indonesia - juga sekarang bekerja sebagai "Senior Communication Specialist" di sebuah perusahaan multinasional di bidang energi.

Mudah-mudahan semua perempuan "biasa" Indonesia bisa jadi luar biasa seperti dirinya.
My Mind
Seorang teman memposting tulisan menarik di milist yang aku ikuti. Tulisan itu diberi judul : CERITA TENTANG KODOK...PELAJARAN HIDUP NO.1.

Tulisan teman itu bertutur tentang sekelompok kodok yang mengadakan perlombaan menaiki suatu menara sampai keatas. Sejumlah kodok yang tadinya bersemangat mengikuti lomba, tiba-tiba tidak siap melanjutkan lomba karena mendengar suara-suara para penonton yang mengatakan : "Mana mungkin kodok bisa sampai pada puncak menara.."

Ketika yang lainnya mulai ragu untuk melanjutkan lomba, seekor kodok tetap naik keatas dan akhirnya memenangkan lomba itu. Sang kodok dapat membuktikan, kalau kodok juga dapat meniti tangga hingga ke puncak menara karena ia percaya bahwa ia mampu.

Rasa percaya diri membuat sang kodok tidak menghiraukan suara-suara para penonton yang mencoba untuk membuat ragu kodok-kodok yang lain sehingga banyak yang gagal mencapai puncak menara.

Pesan moral yang disampaikan pada bagian akhir postingan tulisan teman tersebut :

"Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis... karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan mencoba menjauhkannya darimu. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu! Karena itu: Tetaplah selalu... BERPIKIR POSITIF. Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu! Selalu berpikirlah: I CAN DO THIS !"

Mendengarkan suara-suara pesimis yang disampaikan orang lain, memang dapat mempengaruhi kesiapan diri dan upaya kita untuk dapat mencapai puncak kesuksesan dengan didasarkan pada adanya usaha serta kerja keras.

Adanya kata-kata pesimis dari orang lain, secara langsung atau tidak langsung, memang dapat membuat kita melemah dan mengendurkan upaya serta semangat kita untuk mencapai puncak prestasi.

Padahal, apabila kita merasa memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu, dan kita tetap memelihara hasrat itu, kita dapat menggapainya.

Berpikir positif memang merupakan syarat mutlak apabila kita ingin menjalani sesuatu untuk mencapai puncak pencapaian seperti yang kita inginkan. Kita bisa saja mendengarkan pernyataan pesimistis orang lain. Namun pernyataan pesimistis itu sebaiknya tidak mempengaruhi keinginan hidup kita untuk mencapai apa yang ingin kita capai.

Sebuah pembuktian memang perlu dilakukan agar orang lain (terutama orang yang berpikiran pesimis) tahu, kalau kita memang mampu mencapai segenap mimpi dan harapan kita.

Jangan biarkan orang lain membentuk kita menjadi pribadi yang "HANYA BISANYA" bermimpi tanpa pernah bisa mewujudkan mimpi. Orang lain boleh pesimis tapi jangan biarkan diri ini menjadi pesimis juga, karena apabila orang lain bisa mewujudkan mimpi, kenapa kita tidak?

Jangan pula kita hanya menggantung cita-cita setinggi langit namun kita sendiri tidak pernah sampai ke langit. Kalau kita tahu dan sadar bahwa kita mampu, berusahalah, agar langit bisa kita capai dan orang lain tahu, usaha yang kita lakukan (dengan dibawa dalam doa tentunya) tidak akan berakhir dengan kesia-siaan, tapi sebuah hasil seperti yang kita inginkan.

Semangat... terus berusaha... jangan menyerah oleh keadaan, tapi kalahkanlah keadaan. Kiranya Tuhan memimpin langkah kita untuk dapat mewujudkan cita-cita atau mimpi yang ada didalam benak pikiran kita.

Orang lain boleh saja berpikiran pesimis, tapi kita tidak boleh menjadi lemah oleh karena sikap pesimis orang lain karena kita yang menjalani hidup kita.
My Mind
Seminggu belakangan ini, ramai dibicarakan kasus hukum yang sedang dihadapi oleh Ketua KPK nonaktif, Antasari Azhar.

Masih belum jelas apa yang sebenarnya terjadi. Pihak Reskrinum (Reserse Kriminal Umum) Polda Metro Jaya mengatakan kalau ada kuat dugaan, Antasari Azhar kuat terlibat dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, dengan motif asmara.

Cukup mengagetkan memang, kalau dikatakan Antasari Azhar terlibat kasus pembunuhan karena ada perasaan senang kepada seorang perempuan bernama Rani, mantan caddy di Padang Golf Modernland - Tangerang.

Sejumlah pemberitaan media menyatakan kalau ternyata Rani adalah isteri dari Nasrudin Zulkarnaen, yang telah dinikahi secara siri. Pada saat ini, Rani bekerja sebagai marketing di tempat yang sama.

Rumor yang beredar ditengah-tengah masyarakat, sepertinya Antasari Azhar terlibat perselingkuhan dengan Rani. Perselingkuhan itu diketahui oleh Nasrudin Zulkarnaen yang menangkap basah Antasari Azhar yang sedang berduaan di kamar suatu hotel bersama Rani.

Antasari sendiri sudah cukup lama mengenal Rani, yaitu semenjak Antasari Azhar masih bekerja sebagai seorang jaksa dan Rani sendiri adalah caddy di Padang Golf Modernland - Tangerang, tempat Antasari Azhar biasa bermain golf.

Benarkah karena ada cinta atau perasaan suka dalam diri Antasari Azhar kepada Rani? Pihak Reskrinum Polda Metro Jaya sendiri mengeluarkan kesimpulan soal adanya tindak pidana pembunuhan dengan motif asmara dalam kasus penembakan Nasrudin Zulkarnaen tersebut, setelah mendengarkan kesaksian dari para tersangka konspirasi pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang telah ditahan aparat kepolisian.

Latar belakang kehidupan Antasari Azhar adalah seorang penegak atau aparat hukum. Apabila benar dirinya menjadi otak pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, nampaknya Antasari lupa bahwa hukum berlaku kepada seluruh warga negara tanpa ada pengecualian, tanpa melihat jabatan atau latar belakang kehidupan seseorang.

Apabila benar Antasari Azhar memang bertindak sebagai pribadi yang menugaskan pembunuhan atas diri Nasrudin Zulkarnaen, maka, baiknya pengetahuan hukum yang dimiliki oleh Antasari Azhar, nampaknya tidak diingat karena rasa cinta atau suka pada perempuan lain yang telah membutakan.

Padahal, apabila benar terbukti terlibat kasus pembunuhan Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, yaitu sebagai otak pembunuhan, Antasari Azhar dapat dijatuhi hukuman mati.

Benar atau tidaknya, biarlah hukum yang berbicara. Para penasehat hukum Antasari Azhar sendiri mengatakan kalau mereka memiliki bukti kuat bahwa Antasari tidak terkait dengan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

Mereka juga mengatakan, ada "seseorang yang dihormati" Antasari yang dapat dijadikan saksi untuk membuktikan bahwa Antasari tidak terlibat. Dalam pemberitaan media massa yang dilansir kemarin, diketahui kemudian kalau seseorang yang dihormati Antasari Azhar itu adalah seorang pengusaha terkenal berinisial HT.

Pembuktian memang harus dilakukan. Asas praduga tak bersalah harus tetap dijunjung, karena bagaimanapun, apabila benar Antasari Azhar tidak terbukti bersalah atau tidak terbukti ikut terlibat dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, maka ia harus dibebaskan dan nama baiknya harus dibersihkan, harkat serta martabatnya harus dikembalikan seperti sedia kala.

Jabatan yang dipegang Antasari Azhar sebagai Ketua KPK, memang sangat rentan dengan perkara hukum. Walaupun Antasari Azhar adalah pejabat publik, itu bukan berarti dirinya kebal hukum. Namun, adanya perkara ini seakan ingin menunjukkan, bahwa sikap hati-hati dalam bertindak dan dalam mengungkapkan rasa, perlu ada didalam diri seorang pejabat publik, bahkan didalam diri setiap orang.

Sungguh memalukan bangsa ini apabila Antasari Azhar memang benar-benar menjadi otak pembunuhan orang lain. Tugas Antasari Azhar untuk memberantas korupsi, harus pula diimbangi oleh upaya diri untuk menjaga sikap dan perilakunya ditengah-tengah masyarakat. Salah sedikit bertindak, salah sedikit berkata, sebuah perkara hukum dapat mengganjal kepemimpinannya, seperti halnya perkara hukum yang sedang dihadapinya saat ini.

Masyarakat berharap, Antasari dapat membuktikan perkataannya, bahwa dirinya memang tidak terlibat, seperti yang diucapkannya ketika wartawan mendatangi rumahnya dan mencoba untuk melakukan klarifikasi atas kasus pembunuhan yang (saat itu) diduga melibatkan dirinya.

Pada sisi yang lain, aturan hukum juga harus ditegakkan apabila pengadilan dapat membuktikan bahwa benar, Antasari Azhar terlibat dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

Ini ujian bagi hukum positif di negeri kita. Apapun hasil pembuktian hukum, kita harus menghormatinya. Namun ada baiknya hukum tidak menghukum orang yang tidak bersalah, dan pada sisi yang lain, hukum dapat menghukum dengan seadil-adilnya pihak-pihak yang terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut. Justice for all...
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
Beberapa hari yang lalu, teman saya di milist, Petra Rumata br. Hombing, memposting satu pertanyaan untuk mendapatkan tanggapan dari rekan-rekan sesama anggota milist. Pertanyaan Ito Petra itu : Kenapa sih, ada orang yang susah sekali untuk minta maaf? Hmmm… kenapa ya?

Menarik untuk dibahas dan memperoleh tanggapan yang serius nihhhh... karena memang, kondisi seperti itu, ada didalam kehidupan.

Apabila ada kata maaf yang harus diucapkan, berarti ada perkataan atau perbuatan salah yang telah terjadi. Pada saat kata maaf harusnya atau seharusnya, rata-rata sifatnya adalah kasuistik. Namun tidak tertutup kemungkinan, kata maaf itu diucapkan meskipun orang yang akan menerima pernyataan maaf, tidak merasa ada kata maaf yang harus dikatakan.

Meskipun ada sesuatu hal yang salah atau sesuatu yang tak benar yang telah dirupakan, namun tidak mudah bagi sejumlah orang untuk merendahkan hati mereka sehingga dapat mengucapkan kata-kata : “Saya minta maaf.”

Permintaan maaf susah diucapkan karena beberapa hal.

1. Gengsi (menjaga superioritas diri)

Seseorang dapat susah mengucapkan kata maaf karena didalam diri serta benak pikiran seseorang itu, ada perasaan gengsi atau tidak mau mengakui kesalahan, karena tidak ingin image dirinya turun hanya karena seseorang itu telah berbuat salah.

Adanya pribadi diri yang susah mengucapkan kata maaf dengan alasan gengsi ini, terjadi karena seseorang itu ingin menjaga superioritas (berkaitan dengan : usia, jabatan/pangkat, status ditengah-tengah masyarakat, senioritas) diri seseorang dihadapan orang lain atau terhadap komunitas masyarakat tertentu yang ada disekitarnya.

Biasanya, seseorang yang susah mengucapkan maaf karena merasa memiliki superioritas ini adalah seseorang yang merasa lebih tua atau lebih senior apabila dibandingkan dengan orang yang harus ditemui untuk meminta maaf, seseorang yang merasa memiliki jabatan atau pangkat yang lebih tinggi, serta seseorang yang merasa memiliki status/derajat diri (contohnya : orang kaya biasanya sulit minta maaf kepada orang miskin) ditengah-tengah komunitas masyarakat tertentu.

Namun bisa pula perkataan minta maaf sulit diucapkan oleh seseorang yang “merasa” diri dan harga dirinya direndahkan oleh karena harus mengucapkan kata maaf kepada orang lain. Biasanya, seseorang yang memilih bersikap seperti ini adalah seseorang yang selalu menginginkan orang lain yang terlebih dahulu menyatakan kata maaf kepadanya.

2. Keras Kepala / Egois

Kata maaf sulit dapat pula sulit diucapkan karena seseorang merasa apa yang dilakukan atau dikatakannya, bukanlah sebuah kesalahan atau merupakan sesuatu hal yang salah.

Dalam hal ini, adanya sikap keras kepala mengemuka karena seseorang yang susah untuk mengucapkan kata maaf itu, tidak ingin menyangkal tindakan atau perkataan yang telah dilakukan atau yang telah diucapkannya, karena ia merasa telah melakukan sesuatu yang benar atau sesuatu yang dapat dibenarkan.

Jadi, kata maaf itu tidak terucapkan karena seseorang itu merasa tidak melakukan atau mengucapkan sesuatu hal yang salah (sebagai contoh : pernyataan yang bernada "agak kasar" saat menasehati, akhirnya mengucapkan kata yang "agak kasar" karena seseorang yang diajak berdiskusi tetap saja mempertahankan argumentasi yang kita anggap gak benar).

Pada sisi yang lain, kata maaf juga susah diucapkan oleh pribadi manusia yang cuek atau acuh tak acuh dengan kondisi atau keadaan disekitarnya.

Bagi seseorang yang memiliki kepribadian cuek, segala sesuatunya dilakukan dinyatakan berdasarkan anggapan atau penilaian dirinya semata.

Apabila dirasakannya mengucapkan kata maaf dianggap sebagai sebuah pernyataan yang tidak perlu untuk diucapkan, maka seseorang yang memiliki kepribadian cuek, tidak akan bersedia untuk melakukannya (bahkan untuk memikirkan agar mau melakukannya pun, besar kemungkinan pula, mereka tidak mau).

3. Malu karena merasa punya salah

Bagi sejumlah orang, perbuatan salah atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani adalah aib. Sedangkan bagi sejumlah orang lainnya, meminta maaf karena merasa memiliki kesalahan tak dapat diekspresikan karena dirinya cemas kalau dirinya minta maaf, ia justru akan dipermalukan oleh orang yang didatangi untuk dimintakan ketulusannya agar mau memaafkan.

Tidak semua orang siap dalam posisi dapat mengucapkan dengan lancar kata maaf. Selain takut dipermalukan, permintaan maaf dapat tak terucap dari mulut seseorang, karena adanya perasaan rendah diri dalam diri seseorang tersebut.

Dalam hal ini, perasaan takut ditolak permintaan maafnya lebih mengemuka dibandingkan keinginan kuat untuk tetap menyatakan permohonan maaf, karena seseorang itu merasa, status, derajat, atau pangkat dirinya lebih rendah dari orang yang akan ditemuinya untuk dimintakan ketulusannya agar mau menerima maaf yang dinyatakannya.

Pada dasarnya, berani mengakui kesalahan dengan mengucapkan kata maaf, merupakan sebuah kegiatan rekonsiliasi untuk maksud mendamaikan suasana. Pola pemahaman yang sama juga berlaku untuk setiap situasi dimana seseorang merasa tidak melakukan kesalahan, namun suasana atau keadaan yang dihadapinya kemudian, berubah atau tidak lagi sama dengan keadaan pada saat ada suatu pemikiran kalau ada sesuatu yang kesalahan.

Bagi sejumlah orang, mengucapkan kata maaf, mungkin adalah sebuah beban. Akan tetapi apabila mereka mencoba menelaah lebih mendalam lagi hakekat dan kebaikkan yang akan didapatkan saat mereka tidak berkeras diri untuk tidak mengucapkan kata maaf, maka mereka akan tahu, bahwa sebuah kata maaf akan memberikan kelegaan atau pembebasan diri dari adanya perasaan bersalah maupun kondisi yang tidak nyaman ketika sebuah kesalahan terjadi.

Ketika segala sesuatunya membuat kita merasa tidak nyaman, atau ketika keadaan menjadi tidak menyenangkan saat kesalahan terjadi (dianggap telah terjadi), beranikanlah diri untuk mampu mengucapkan kata : "Saya minta maaf."

Akan lebih baik lagi, kalau upaya untuk meminta maaf itu, muncul dari dalam hati, sebagai sebuah kesadaran, sebagai sebuah keinginan untuk menciptakan kedamaian suasana, baik didalam hati maupun dalam lingkungan pergaulan.



.Sarlen Julfree Manurung
My Mind
Awalnya, sejumlah pimpinan partai politik berkeinginan kuat untuk membuat kesepakatan membangun koalisi besar sejumlah partai politik peserta pemilu.

Niat itu dalam relatif waktu singkat, segera diwujudkan meskipun tidak semua partai politik dengan kekuatan basis massa besar, ikut menandatangani komunike bersama atas pembentukan koalisi besar partai-partai politik tersebut. Koalisi yang dibangun sejumlah partai politik tersebut bertujuan untuk membentuk suatu kekuatan besar partai politik di parlemen, yang akan bekerja jauh lebih baik dan bermartabat.

Bisa dibilang, agenda penyatuan visi dan misi sejumlah partai politik tersebut, bertujuan mulia. Apalagi negara kita pada saat ini sangat membutuhkan keberadaan parlemen yang mampu menghasilkan produk-produk aturan perundangan yang konsisten membela kepentingan rakyat, dan berdiri diatas semua kepentingan, kecuali kepentingan bangsa, bukan kelompok atau golongan.

Akan tetapi, koalisi yang dibangun dengan tujuan baik tersebut, nampaknya tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi, karena adanya keinginan tak terbendung dari sejumlah elite partai pollitik yang berhak menempatkan anggotanya di parlemen, untuk bisa menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Hanya oleh karena satu hal saja, kekaguman masyarakat atas baiknya inisiatif dan cara pandang para elite politik untuk membangun koalisi, harus berubah menjadi sikap apatis.

Masyarakat tidak mengerti dengan apa yang ada didalam benak pikiran para politisi kita. Mereka yang membangun, tapi mereka juga yang menghancurkan. Para politisi kita benar-benar tidak mendidik bagaimana cara bersikap ketika koalisi telah dibangun. Mereka tidak mengajari rakyat tentang kehidupan demokrasi, bersatu dan berperilaku sebagai seorang politisi yang baik.

Apa yang sebenarnya ingin dicari, apa yang sebenarnya ingin digapai, ternyata tidak lebih dari tampuk kekuasaan. Alih dalih membuat koalisi, ujung-ujungnya kursi RI-1 juga. Hebohnya, tidak ada yang mau menduduki kursi RI-2.

Jika perhatian para pemimpin hanya pada kekuasaan, apakah mereka akan mengingat pada rakyat yang harus dipimpinnya? Bagaimana rakyat mau bersimpati dan mendukung pencalonan diri mereka?

Keinginan untuk menjadi Presiden itu sah-sah saja. Tapi keinginan itu sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terus berkembang, jangan terlalu memaksakan diri dan menempatkan sikap egois dalam pencalonan diri mereka.

Indonesia butuh pemimpin yang memiliki keinginan kuat untuk memajukan rakyat. Oleh sebab itu, ajaklah rakyat berbicara. Masih ada waktu beberapa hari lagi sebelum hari pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, untuk menyapa rakyat, serta menanyakan apa dan bagaimana pendapat mereka. Bukankah pada akhirnya nanti, suara rakyat pula yang menentukan siapa yang akan menjadi RI 1 di negara ini?

Koalisi yang sudah dibangun untuk memperbaiki kualitas parlemen kita, sebaiknya tidak selesai begitu saja sebab negara kita butuh kehadiran anggota parlemen yang berkualitas. Apa yang sudah dirancang dan dipersiapkan dengan baik, janganlah disia-siakan begitu saja.

Terkait dengan posisi RI-1, ada baiknya para politisi berkaca diri, apakah saat ini memang waktu yang tepat untuk menjadi RI-1 atau belum. Kalau memang belum, tidak ada salahnya kalau para politisi yang merasa berhak mencalonkan diri sebagai RI-1, dapat bersatu dan menggalang kekuatan dengan yang lain.

Setidaknya, para politisi itu dapat belajar untuk menjadi negarawan yang cara pandang dan jiwa kepemimpinannya diperhatikan, didengar, serta dihormati rakyat, karena mempunyai sikap yang legowo atau karena mereka tahu bagaimana harusnya bertindak sebagai pemimpin.

Bersikap legowo bukanlah sebuah kesalahan, namun sebuah pilihan sikap yang akan membuat seorang pemimpin dihormati rakyat. Kehidupan menjadi seorang pemimpin, tidak harus menjadi RI-1. Jabatan Kepala Negara memang membanggakan. Namun kebanggaan itu tidak akan berarti banyak apabila sikap narsis dan egois dari seorang pemimpin lebih mengemuka dibandingkan keinginan untuk menjadikan negara ini lebih baik apabila kelak dirinya menjabat Presiden Republik Indonesia.
Labels: 1 comments | | edit post
My Mind
PIMPINAN HKBP GUGAT NURMAHMUDI KE PTUN
Media Indonesia, 7 Mei 2009, Halaman 7

Oleh : Eriez M Rizal


Ephorus (pimpinan tertinggi) Gerej Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menggugat Wali Kota Depok Nurmahmudi Ismail ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung.

Gugatan diajukan Ephorus HKBP Bonar Napitupulu melalu kuasa hukumnya yang dipimpin Junimart Girsang ke PTUN Bandung Jalan Diponegoro Bandung, Jawa Barat, kemarin.

Gugatan setebal sembilan halaman diterima Panitera Sekretaris PTUN Subejo. Tim hukum yang mendampingi Junimart Girsang, Salomo Ginting, Christine, Irianti Ponto, Risely Augustina, Rosevelt Lontoh, Meliani Praitno, serta puluhan anggota HKBP Bukit Cinere.

Subejo mendaftarkan gugatan atas SK Wali Kota Depok No. 645.8/144/Kpts/Sos/Huk/2009 yang mencabut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) gereja serta ruang serbaguna HKBP itu dalam register Nomor 23 / G / 2009 / PTUN-Bdg. Sidang perdana dijadwalkan pekan depan.

Dalam gugatan tersebut HKBP menolak keputusan Nurmahmudi mencabut surat IMB tempat ibadah dan gedung serbaguna HKBP Bukit Cinere di Jalan Bandung, Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok.

Junimart Girsang menyatakan pencabutan IMB gereja dan gedung serbaguna cacat hukum karena selama 10 tahun pengelola tidak melakukan pelanggaran dan selalu mengikuti peraturan daerah.

Ia berharap SK Wali Kota yang salah kaprah itu dibatalkan. "Untuk itu HKBP melakukan langkah hukum sekaligus mencari keadilan, dengan menggugat keputusan Wali Kota Depok ke PTUN."

"Kami berharap tata usaha negara mengkaji sekaligus membatalkan SK Wali Kota tersebut," tandasnya.

Junimart menjelaskan yang menjadi latar belakang gugatan terhadap Nurmahmudi bukan menyangkut kebebasan beragama, melainkan pada sisi administrasi dan hukum. "Kami tidak bicara agama, kami bicara hukum yang ada di negara ini."

Bupati Eddy Yoso Martadipura menerbitkan IMB HKBP Cinere Nomor 453.2 / 229 / TKB / 1998 tanggal 13 Juni 1998 ketika Kota Depok masih bagian dari wilayah Bogor. Nurmahmudi mencabut IMB tersebut 27 Maret 2009.

Soal gugatan ke PTUN, Nurmahmudi tidak memberi komentar. Ia mengaku mencabut IMB HKBP Bukit Cinere untuk menghindari konflik horizontal. "Saya tidak memusuhi umat kristiani ataupun HKBP," katanya.

Protes atas tindakan diskriminatif Nurmahmudi juga dilaporkan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pusat secara tertulis kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama, Selasa (5/5).

Bunyi surat tersebut meminta Mendagri dan Menag selaku pembina agama menegur Wali Kota Depok karena semena-mena mencabut IMB tempat peribadatan. "Kami berharap pencabutan IMB dibatalkan dan hak HKBP dipulihkan," ujar Ketua Umum PGI Pusat Pendeta Dr. Richard Daulay dalam suratnya.

Ketua Kelompok Kerja PGI Kota Depok sekaligus juru bicara HKBP Bukit Cinere Mangaranap Sinaga mengatakan, pencabutan IMB tersebut melanggar hak asasi manusia (HAM) sesuai amanat UU Nomor 30 Tahun 1999.

Nurmahmudi selaku kepala daerah telah melukai umat kristiani yang tergabung dalam PGI Kota Depok. "Nurmahmudi membatasi pergerakan umat kristiani di Kota Depok yang hendak melakukan ibadah," lanjutnya.

Ia mengingatkan Nurmahmudi tidak boleh berpihak dan harus menyadari dirinya bukan lagi milik satu partai politik.

"Kembalikan IMB HKBP karena pendirian tempat ibadat tersebut telah memenuhi semua persyaratan sebagaimana peraturan yang ada.  (KG / AX / J-1)

eriez@mediaindonesia.com
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
PEREMPUAN, BAHAGIA, CINTA
By :  Sarlen Julfree Manurung
(Hasil Gubahan)
 
 
Ketika dibilang dirinya cantik,
Dikiranya menggoda... dibilangnya gombal... dibilangnya manis di bibir saja...

Ketika dibilang jelek,
Bilangnya menghina... dikatakannya kasar... dibilangnya gak romantis... dikecam habis...

Kalau dibilang lemah,
Tak akan berhenti protes... pelan-pelan menunduk nangis... dibilang gak punya perasaan...

Waktu dikatakan perkasa,
Ngakunya emansipasi... ceritanya biar ditakuti... maksudnya biar gak digoda...


Maunya diperhatiin setiap waktu,
Kalau nggak, ngambek dehhh...

Inginnya dibilang yang paling cantik,
Kalau nggak, pinggang dicubit dengan muka cemberut...

Hukumnya wajib nelpon, sms dan jemput,
Kalau nggak, dicuekin abisss...

Berharap selalu dibanggakan,
Tapi dirinya sendiri sulit ucapkan bangga... tentang kasihnya...


Suka gak suka, pokoknya harus suka...

Perempuan dengan segenap pernak-pernik kehidupannya...
Ramah, gemulai, indah, bikin resah...
Tak pernah ada kata cukup untuk dapat membahagiakannya
Padahal sebaliknya, perempuan tak mencoba untuk mencari tahu,
Seakan-akan tak pernah memikirkan,
Apakah sang pria bahagia dengan segenap sikapnya...???
Apakah sang pria bahagia hanya diminta membahagiakan...???

Perempuan terkadang lupa,
Ceriwis itu, bukanlah nyanyian nina bobo
Marah-marah itu, bukanlah mimpi indah kala malam menjelang
Larang-melarang itu, bukanlah kesenangan saat di dufan
Dan... Bentak-membentak itu, bukanlah ospek mahasiswa baru...

Cinta itu indah dirasa apabila kamu dan kamu tak saling membatasi
Sepertinya halnya mau menerima tapi tak mau memberi

Cinta itu ruang kalbuku - kalbumu
Bukan hanya milikmu, hanya tentangmu, hanya mengarah padamu...

Cinta itu bukanlah argumentasi, tapi hati dalam reality

Cinta itu... terkadang fantasi, tapi bukan ilusi...

Cinta itu... tidak nanti, tapi juga saat ini...

Cinta itu... bahagiaku - bahagiamu...

Yaaa... bahagiaku - bahagiamu... kemarin, sekarang, esok...




Jakarta, May 4, 2009

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
Susah Mengucapkan Kata Maaf


Beberapa hari yang lalu, seorang teman saya di milist, memposting satu pertanyaan untuk mendapatkan tanggapan dari rekan-rekan sesama anggota milist. Pertanyaan teman saya itu : Kenapa sih, ada orang yang susah sekali untuk minta maaf? Hmmm… kenapa ya?

Apabila ada kata maaf yang harus diucapkan, berarti ada perkataan atau perbuatan salah yang telah terjadi. Pada saat kata maaf harusnya atau seharusnya, rata-rata sifatnya adalah kasuistik. Namun tidak tertutup kemungkinan, kata maaf itu diucapkan meskipun orang yang akan menerima pernyataan maaf, tidak merasa ada kata maaf yang harus dikatakan.

Meskipun ada sesuatu hal yang salah atau sesuatu yang tak benar yang telah dirupakan, namun tidak mudah bagi sejumlah orang untuk merendahkan hati mereka sehingga dapat mengucapkan kata-kata : “Saya minta maaf.”

Permintaan maaf susah diucapkan karena beberapa hal.

1. Gengsi (menjaga superioritas diri)

Seseorang dapat susah mengucapkan kata maaf karena didalam diri serta benak pikiran seseorang itu, ada perasaan gengsi atau tidak mau mengakui kesalahan, karena tidak ingin image dirinya turun hanya karena seseorang itu telah berbuat salah.

Adanya pribadi diri yang susah mengucapkan kata maaf dengan alasan gengsi ini, terjadi karena seseorang itu ingin menjaga superioritas (berkaitan dengan : usia, jabatan/pangkat, status ditengah-tengah masyarakat, senioritas) diri seseorang dihadapan orang lain atau terhadap komunitas masyarakat tertentu yang ada disekitarnya.

Biasanya, seseorang yang susah mengucapkan maaf karena merasa memiliki superioritas ini adalah seseorang yang merasa lebih tua atau lebih senior apabila dibandingkan dengan orang yang harus ditemui untuk meminta maaf, seseorang yang merasa memiliki jabatan atau pangkat yang lebih tinggi, serta seseorang yang merasa memiliki status/derajat diri (contohnya : orang kaya biasanya sulit minta maaf kepada orang miskin) ditengah-tengah komunitas masyarakat tertentu.

Namun bisa pula perkataan minta maaf sulit diucapkan oleh seseorang yang “merasa” diri dan harga dirinya direndahkan oleh karena harus mengucapkan kata maaf kepada orang lain. Biasanya, seseorang yang memilih bersikap seperti ini adalah seseorang yang selalu menginginkan orang lain yang terlebih dahulu menyatakan kata maaf kepadanya.

2. Keras Kepala / Egois

Kata maaf sulit dapat pula sulit diucapkan karena seseorang merasa apa yang dilakukan atau dikatakannya, bukanlah sebuah kesalahan atau merupakan sesuatu hal yang salah.

Dalam hal ini, adanya sikap keras kepala mengemuka karena seseorang yang susah untuk mengucapkan kata maaf itu, tidak ingin menyangkal tindakan atau perkataan yang telah dilakukan atau yang telah diucapkannya, karena ia merasa telah melakukan sesuatu yang benar atau sesuatu yang dapat dibenarkan.

Jadi, kata maaf itu tidak terucapkan karena seseorang itu merasa tidak melakukan atau mengucapkan sesuatu hal yang salah (sebagai contoh : pernyataan yang bernada "agak kasar" saat menasehati, akhirnya mengucapkan kata yang "agak kasar" karena seseorang yang diajak berdiskusi tetap saja mempertahankan argumentasi yang kita anggap gak benar).

Pada sisi yang lain, kata maaf juga susah diucapkan oleh pribadi manusia yang cuek atau acuh tak acuh dengan kondisi atau keadaan disekitarnya.

Bagi seseorang yang memiliki kepribadian cuek, segala sesuatunya dilakukan dinyatakan berdasarkan anggapan atau penilaian dirinya semata.

Apabila dirasakannya mengucapkan kata maaf dianggap sebagai sebuah pernyataan yang tidak perlu untuk diucapkan, maka seseorang yang memiliki kepribadian cuek, tidak akan bersedia untuk melakukannya (bahkan untuk memikirkan agar mau melakukannya pun, besar kemungkinan pula, mereka tidak mau).

3. Malu karena merasa punya salah

Bagi sejumlah orang, perbuatan salah atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani adalah aib. Sedangkan bagi sejumlah orang lainnya, meminta maaf karena merasa memiliki kesalahan tak dapat diekspresikan karena dirinya cemas kalau dirinya minta maaf, ia justru akan dipermalukan oleh orang yang didatangi untuk dimintakan ketulusannya agar mau memaafkan.

Tidak semua orang siap dalam posisi dapat mengucapkan dengan lancar kata maaf. Selain takut dipermalukan, permintaan maaf dapat tak terucap dari mulut seseorang, karena adanya perasaan rendah diri dalam diri seseorang tersebut.

Dalam hal ini, perasaan takut ditolak permintaan maafnya lebih mengemuka dibandingkan keinginan kuat untuk tetap menyatakan permohonan maaf, karena seseorang itu merasa, status, derajat, atau pangkat dirinya lebih rendah dari orang yang akan ditemuinya untuk dimintakan ketulusannya agar mau menerima maaf yang dinyatakannya.


Pada dasarnya, berani mengakui kesalahan dengan mengucapkan kata maaf, merupakan sebuah kegiatan rekonsiliasi untuk maksud mendamaikan suasana. Pola pemahaman yang sama juga berlaku untuk setiap situasi dimana seseorang merasa tidak melakukan kesalahan, namun suasana atau keadaan yang dihadapinya kemudian, berubah atau tidak lagi sama dengan keadaan pada saat ada suatu pemikiran kalau ada sesuatu yang kesalahan.

Bagi sejumlah orang, mengucapkan kata maaf, mungkin adalah sebuah beban. Akan tetapi apabila mereka mencoba menelaah lebih mendalam lagi hakekat dan kebaikkan yang akan didapatkan saat mereka tidak berkeras diri untuk tidak mengucapkan kata maaf, maka mereka akan tahu, bahwa sebuah kata maaf akan memberikan kelegaan atau pembebasan diri dari adanya perasaan bersalah maupun kondisi yang tidak nyaman ketika sebuah kesalahan terjadi.

Ketika segala sesuatunya membuat kita merasa tidak nyaman, atau ketika keadaan menjadi tidak menyenangkan saat kesalahan terjadi (dianggap telah terjadi), beranikanlah diri untuk mampu mengucapkan kata : "Saya minta maaf."

Akan lebih baik lagi, kalau upaya untuk meminta maaf itu, muncul dari dalam hati, sebagai sebuah kesadaran, sebagai sebuah keinginan untuk menciptakan kedamaian suasana, baik didalam hati maupun dalam lingkungan pergaulan.




.Sarlen Julfree Manurung
My Mind
Kalau Anda mau melihat sesuatu itu memang benar-benar indah, tutuplah mata Anda dan pandanglah keindahan itu dalam hati, bukan dalam gelapnya mata yang tertutup. Why? Supaya ketika Anda membuka kembali mata Anda, Anda tahu, bahwa yang Anda lihat didepan mata Anda sekarang, memang seindah yang Anda lihat di hati Anda.

Mata Anda tidak akan pernah bisa melihat keindahan dalam gelap, tapi mata hati Anda, BISA...
My Mind
Ketika pimpinan kita tutup mata dan telinga, apa yang harus kita lakukan? Tidak ada, selain menunggu ia membuka mata dan telinganya, atau salah satu darinya...
My Mind

Hari ini adalah hari kedua bagi siswa-siswi SMP kelas 3 (sekarang disebut kelas IX) menempuh Ujian Akhir Nasional (UAN).

Bagi para siswa kelas 3 SMP dan SMA (kelas IX dan XII), UAN memang menakutkan. Adanya bayang-bayang tidak lulus ada didepan mata para siswa, terutama bagi siswa yang merasa tidak menjawab dengan baik seluruh atau sebagian besar soal-soal yang dijadikan pertanyaan ujian.

Tahun ini pemerintah menetapkan syarat kelulusan siswa pada nilai 5,5. Sebenarnya, nilai 5,5 itu masih dibawah nilai rata-rata. Namun bagi banyak siswa, mendapatkan nilai kelulusan diatas atau sama dengan 5,5 pada saat UAN, bukanlah perkara yang mudah. Apalagi kalau soal-soal yang ditanyakan dalam UAN, tidak seperti yang mereka pelajari selama ini di bangku sekolah.

Kesiapan diri para siswa memang ditentukan oleh upaya para siswa untuk belajar dan mengasah kemampuan nalar mereka untuk segera memahami soal demi soal yang ada dipertanyakan dalam UAN.

Pada sisi yang lain, kesiapan seorang siswa menempuh UAN juga ditentukan oleh ketenangan diri setiap siswa, dimana seorang siswa diharapkan tidak mudah larut dalam perasaan nervouse yang berlebih-lebihan, sesaat sebelum mengikuti ujian dan pada saat mengikuti ujian, karena apabila sebelum dan pada saat ujian para siswa sudah nervouse, berbagai persiapan yang telah dilakukan dapat hilang seketika apabila perasaan nervouse lebih mendominasi benak pikiran.

Sikap tenang akan membuat seorang siswa dapat tetap berkonsentrasi untuk bisa mengerjakan soal-soal yang diujikan. Kepintaran seorang siswa seakan tak berarti apabila siswa yang sedang mengerjakan soal ujian tersebut dalam posisi tegang, tertekan, dan tidak tenang.

Mengerjakan soal-soal ujian dalam UAN merupakan sebuah tantangan. Anggaplah UAN itu adalah sebuah tantangan. Seorang siswa ditantang untuk bisa menjawab soal-soal yang diujikan agar bisa lulus dengan nilai sama dengan 5,5 atau diatasnya.

Pemerintah memang memiliki alasan tersendiri kenapa UAN dipakai sebagai syarat kelulusan seorang siswa dari bangku sekolah di tingkat SMP dan SMA. Dalam hal ini, pemerintah adalah pihak yang paling berkepentingan untuk menghadirkan pelajar Indonesia yang berkualitas serta dapat bersaing dengan pelajar-pelajar lain di seluruh dunia.

Sekarang tinggal bagaimana usaha para siswa dapat menjadi pribadi-pribadi terpelajar yang "berkualitas" dan dapat bersaing dengan pelajar lain di seluruh dunia. Banyak pelajar Indonesia yang menjadi juara olimpiade berbagai bidang ilmu pengetahuan. 

Menjadi seseorang yang dinilai berkualitas, bukanlah sebuah mimpi. Semua orang yang telah menerima pendidikan di sekolah, bisa menggapainya, karena semua siswa memang dapat melakukannya.

Pemerintah menentukannya melalui standar nilai tertentu dalam UAN. Dapatkah para pelajar kita seluruhnya bisa lulus? Itu mungkin saja terjadi.

Bagi sejumlah orang, kualitas, mungkin bukanlah segalanya. Tapi menjadi seseorang yang dinilai berkualitas, itu harus ada dalam diri setiap pribadi Warga Negara Indonesia, agar setiap generasi bangsa ini, dapat benar-benar diisi oleh orang-orang yang berkualitas dan selalu siap mengisi pembangunan dengan hal-hal yang berkualitas pula.

UAN mungkin menghadirkan ketegangan dan kecemasan dalam kehidupan anak-anak usia sekolah, khususnya bagi para siswa yang duduk di bangku SMP dan SMA. Namun, apabila kita mengambil sisi positif dari inisiatif pemerintah untuk menyelenggarakan, maka kita akan tahu dan menyadari, bahwa menjadi seseorang yang berkualitas itu penting adanya.

Mungkin, hal yang perlu kita minta pemerintah koreksi dari pelaksanaan UAN, adalah dalam hal metode penentuan standar kelulusan, yang selalu berubah setiap tahunnya. Lalu kita juga dapat meminta pemerintah untuk memperbaiki kualitas sumber daya guru dan adanya upaya untuk melengkapi setiap sekolah negeri agar memiliki kelengkapan penunjang yang sesuai dengan kebutuhan dalam mendidik generasi muda bangsa.

Bagaimana kita dapat meratakan kualitas kelulusan siswa apabila fasilitas penunjang pendidikan yang ada di sekolah negeri, masih jauh dari memadai, dan belum didukung oleh keberadaan tenaga pengajar yang berkualitas serta mampu mengarahkan siswa agar bisa mencapai hasil yang terbaik?

Kesannya memaksa generasi muda bangsa agar rajin belajar, padahal, belajar itu memang harus dijadikan kegiatan para siswa. Berbagai persiapan UAN akan terasa berat dijalani apabila para siswa sendiri tidak giat belajar semenjak baru masuk SMP dan SMA.

Dibalik sesuatu hal yang memberatkan dalam kebijakan pemerintah terkait UAN, kita juga harus mau melihat sisi-sisi positif dari kebijakan pemerintah itu. Setidaknya, berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh Mendiknas Dr. Bambang Sudibyo, kuantitas dan kualitas perkelahian antar pelajar semakin menurun semenjak dilaksanakannya UAN.

Berusahalah dan giatlah belajar. Tenangkan diri serta cobalah untuk sedikit santai sebelum UAN dilaksanakan.

Ketika pagi hari menjelang, berdoalah sebelum berangkat sekolah dan sesaat waktu sebelum membuka lembar pertanyaan UAN, sebab dengan berdoa, selain bisa menghadirkan ketenangan diri, kita memohon pertolongan serta penyertaan Tuhan agar dapat menjawab setiap soal-soal UAN dengan baik.

Selamat menempuh UAN.

GBU Everybody.


.Sarlen Julfree Manurung

Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
Banyak orang yang sering kali terpaku oleh faktor-faktor kebiasaan yang selama ini biasa dijalani. Pada satu sisi, sejumlah faktor-faktor kebiasaan itu, bukanlah sesuatu hal yang penting, namun memberikan dampak besar terhadap rasa nyaman saat menjalani alur kehidupan. Sedangkan pada sisi yang lain, ada juga sejumlah faktor-faktor kebiasaan yang menjadi sumber inspirasi dalam hidup ini.

Akan tetapi, kita juga jangan mengartikulasikan segenap faktor-faktor kebiasaan kita secara bebas dalam lingkup pergaulan kita, karena tidak semua orang sependapat bahwa kebiasaan kita itu layak untuk dipertahankan, atau untuk sesuatu yang baik menurut kita, belum tentu baik di mata orang lain.

Faktanya memang demikian. Kehidupan pergaulan memang mengajarkan banyak hal. Ada saatnya mengajarkan kebaikkan, namun ada pula nilai-nilai buruk yang menonjol. Dalam hal ini, kita harus bisa memilah-milah dan memberikan pembedaan dalam menunjukkan sikap atau gaya pergaulan kita, karena seleksi alam dapat terjadi apabila kita tidak dapat menyesuaikan diri.

Janganlah kita memelihara hal-hal yang tidak baik. Kita juga harus bisa menerima apabila ada orang-orang disekitar kita yang ingin "mengkoreksi" perilaku kebiasaan buruk yang melekat dalam diri kita. Kita tidak dapat terpaku pada pendirian kita saja, terutama apabila masyarakat yang ada di sekitar kita sudah mulai ada yang mengatakan kata-kata : "Coba rubah perilaku burukmu..."

Ketika ada orang yang mengatakan pada diri kita untuk merubah perilaku buruk kita, itu tandanya orang tersebut sayang sama kita dan tidak ingin kita memiliki perilaku buruk dalam diri kita. 

Awalnya mungkin kita akan tersiksa menerimanya. Kita akan merasa seakan-akan telah dihakimi. Tapi itu hanya awalnya saja, karena kita terlalu terbawa perasaan kita, tanpa kita mau menyadari adanya kebenaran dalam nasehat seseorang tersebut. Nasehat itu, bukanlah sebuah tanda penghinaan atau kita mengartikannya kalau diri kita sedang direndahkan. 

Janganlah kita selalu menilai dari sisi negatif, karena nasehat itu bertujuan agar kita dapat hidup secara positif. Apabila kita pikirkan dan telaah baik-baik adanya nasehat tersebut, kita akan tahu bahwa melakukan sesuatu yang disampaikan seseorang itu, bukanlah sebuah kesalahan.

Pada dasarnya, didalam kehidupan, ada proses pembentukan jati diri dan sikap diri. Apabila kita ingin diri kita menjadi pribadi yang benar-benar (seutuhnya) menyenangkan, selayaknya kita tidak menyimpan kejelekkan sikap atau perilaku buruk, yang bisa membuat kita berada dalam lembah "rasa bersalah" atau "rasa amarah" karena gak suka dinasehati orang lain.

Ingat! Kita bukanlah orang suci. Tidak seluruh hidup kita dijalani dengan benar. Saya pun mengakui kalau gaya dan cara hidup saya, belum benar seluruhnya. Tapi melalui tulisan saya ini, saya ingin mengajak rekan-rekan untuk dapat menerima adanya nasehat dari orang lain, tanpa menghadirkan prasangka buruk atau pikiran yang menganggap, bahwa diri kita sedang dihakimi pada saat dinasehati orang lain. Jangan... Jangan seperti itu.

Ketika orang lain menasehati, itu sama artinya orang lain ingin kita "tampil" lebih baik. Itu bukan menyesatkan, itu bukan bermaksud menyudutkan, tapi memperbaiki. 

Cobalah untuk tidak membuat respon sebelum kita mendengarkan. Bagaimanapun, kalau kita ingin didengarkan orang lain, kita juga harus mau mendengarkan orang lain. Itu namanya, kita menjaga keseimbangan penerimaan dalam berpendapat atau mengembangkan struktur dialog yang tepat.

Apabila orang lain ingin kita hidup benar dan menjalani cara atau gaya hidup benar, apakah itu sebuah kesalahan? Tidak, sama sekali bukan. Itu namanya, orang lain tersebut telah menyatakan kasihnya pada kita, dan tidak menginginkan kita terlena dan akhirnya tetap menyimpan perilaku buruk dalam diri kita. Orang lain itu, sedang menginginkan yang terbaik dari diri kita.

Belajarlah untuk mendengarkan nasehat orang lain (nasehat positif tentunya yaaa), karena itu berarti kita mau belajar untuk hidup benar dan menjalani hidup ini dengan benar. 


.Sarlen Julfree Manurun
My Mind
Salah satu hal yang membuat saya tertarik untuk hampir selalu menyaksikan acara Oprah Winfrey Show yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta Metro TV setiap jam 11.00 WIB setipa hari Jum’at hingga hari Minggu, adalah Oprah Winfrey sangat senang sekali membahagiakan orang lain dengan memberikan berbagai kejutan maupun hadiah yang dapat menyenangkan hati para penonton setianya.

Dalam segment pertama Oprah Winfrey Show hari ini (3 Mei 2009), kebahagiaan memang tidak secara langsung Oprah berikan namun dengan bantuan seorang teman baiknya, Celine Dion.

Celine Dion memberikan kebahagian kepada Charice, seorang gadis remaja yang pernah menjadi tamu dalam acara Oprah Winfrey Show, pada episode anak-anak berbakat dan memiliki kemampuan luar biasa, dengan mengundang Charice untuk bernyanyi bersama dalam satu panggung dengannya.

Produser acara Oprah Winfrey Show memasukkan Charice sebagai salah seorang tamu dalam acara Oprah Winfrey Show dalam episode anak-anak berbakat dan memiliki suatu kemampuan atau bakat luar biasa, karena Charice adalah seorang anak yang masih belum menginjak dewasa namun memiliki talenta kemampuan bernyanyi baik. 

Ketika menjadi tamu Oprah, Charice pernah mengaku kalau dirinya mengidolakan artis Celine Dion. Mungkin, oleh karena pengakuannya itu, Oprah meminta Celine Dion untuk dapat mengundang Charice sebagai bintang tamu dalam acara konsernya.

Selanjutnya pada segment yang kedua, Oprah Winfrey memberikan kebahagiaan kepada dua orang perempuan kembar sangat identik. Dikatakan sangat identik, karena selain fisik keduanya sangat mirip, mereka juga memiliki kesamaan dalam banyak hal. Salah satunya ada pada kesamaan dalam penataan kamar dan mainan yang diberikan kepada anak-anak mereka bedua.

Bagi kedua perempuan kembar identik tersebut, Oprah memberikan kebahagiaan dengan memberikan sentuhan berbeda pada kamar tidur mereka masing-masing dengan dibantu oleh Ty, seorang ahli bangunan yang biasa membantu Oprah untuk mewujudkan mimpi atau harapan para bintang tamu acara Oprah Winfrey Show.

Kita juga bisa melakukan sama seperti yang telah dilakukan oleh Oprah, meskipun dalam bentuk yang tidak sama dan tidak sebesar pemberian Oprah untuk membahagiakan orang lain. Kita dapat melakukannya dengan cara yang lebih sederhana.

Membuat orang lain berbahagia, adalah sebuah perbuatan tulus (memberi yang terbaik) yang kita lakukan untuk orang lain, dimana kebahagian yang diperoleh orang lain itu, pada akhirnya akan mendatangkan pula kebahagiaan pada diri kita.

Banyak orang yang merealisasikan upaya-upaya untuk bisa membahagiakan orang lain dengan cara memberikan uang. Sebagai contoh, oleh karena kesibukkannya, sejumlah orang tua memberikan kelimpahan materi atau kesenangan kepada anaknya sebagai ganti kehadiran diri mereka di rumah.

Padahal, seperti yang telah diperbuat Oprah, upaya membahagiakan orang lain dapat pula kita nyataan dengan cara mewujudkan mimpi atau keinginan dari orang lain tersebut.

Menghadiri undangan acara yang diadakan oleh seorang teman atau acara kesenian di sekolah anak, membuatkan kopi dan membawakan kue untuk seorang suami yang sedang sibuk bekerja, menemani anak saat bermain, mengucapkan kata selamat pada saat ada sesuatu hal yang spesial, atau bahkan bisa juga dengan menjadi seorang pendengar yang baik pada saat orang lain sedang menyampaikan curahan hatinya pada kita.

Tentunya, tidak hanya sebatas itu saja. Banyak cara atau upaya yang bisa kita lakukan untuk membahagiakan orang lain. Ada baiknya, direncanakan dahulu, agar diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan kita juga, yaitu : orang lain bahagia dengan apa yang telah kita lakukan untuknya atau baginya.

Jadi, bentuknya tidaklah harus materi, namun bisa pula orang lain itu mendapatkan suatu kepuasan batin, seperti sebentuk kebahagiaan yang dialami oleh Charice, yaitu ia dapat berdiri berdekatan (bahkan saling berangkulan) dan bernyanyi dengan Celine Dion diatas panggung yang sama. 

Terlalu mengagungkan materi untuk selalu kita pakai pada saat mencoba untuk dapat membahagiakan orang lain, bukanlah suatu pola pembelajaran yang baik dan dapat kita terapkan di setiap kesempatan. 

Apabila kita bisa membahagiakan orang lain, itu sama artinya kita perduli kepada orang lain. Kita tidak menutup diri kita dan pintu hati kita akan kondisi orang lain. 

Kita menyatakan kasih kita, dan berharap, orang lain itu dapat bahagia oleh karena pemberian atau perbuatan tulus yang kita lakukan.

Landasan dasarnya adalah kasih. Kemudian kita bawa serta ketulusan (keinginan untuk membahagiakan orang lain itu datangnya harus dari hati), dan terkadang pula, perlu ada pengorbanan (pada situasi atau kondisi tertentu). 

Tanpa dilandasi oleh adanya keinginan besar untuk mengasihi orang lain dengan tulus didalamnya, kita tidak bisa memberikan yang terbaik bagi orang lain.

Bagaimana caranya agar kita bisa melakukan sesuatu untuk membahagiakan orang lain dengan penuh kasih dan tulus, hingga pada akhirnya kita bisa memberikan yang terbaik bagi orang lain untuk kebahagiaannya?

Jangan pernah berhitung, jangan pernah melihat siapa orang yang akan kita berikan satu kebahagiaan, dan lakukan segala sesuatunya dari dasar hati. Agar kita terbiasa untuk bisa melakukannya, berlatihlah dalam banyak kesempatan yang memungkinkan diri kita dapat membahagiakan orang lain.

Satu hal lainnya, jangan pernah menunggu orang lain mengucapkan terima kasih atas tindakan yang kita lakukan untuk membahagiakan orang lain, karena terkadang, ketika kita tidak menerima ucapan terima kasih itu, yang timbul kemudian, adanya ketulusan itu tiba-tiba sirna dalam sekejap waktu. 

Ada kecenderungan, seseorang yang sedang berbahagia, terkadang lupa untuk langsung mengucapkan kata : terima kasih. Namun ia akan menyampaikannya di lain kesempatan, atau bahkan mengganti ucapan terima kasih itu dengan berupaya membahagiakan diri kita pada saat kita membutuhkan suasana hati dan pikiran yang bahagia.

So, tidak terlalu sulitkan?

Nah, sekarang, sudahkah kamu melakukan sesuatu hari ini untuk membahagiakan orang lain? Kalau belum, kenapa harus menunggu hari esok? 

Keep on smiling face… cause the smiling face is the sign of happiness people…

(sorry kalo my english acak kadul, tapi aku yakin rekan-rekan paham akan artinya…)


GBU Everybody


.Sarlen Julfree Manurung