My Mind
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
(Galatia 6 : 9)


Ada 2 hal mendasar yang ingin disampaikan oleh ayat Firman Tuhan yang terdapat dalam kitab Galatia pasal 6 pada ayat yang ke-9 diatas.

Pertama :
Jangan pernah merasa lelah untuk berbuat baik, karena segenap perbuatan baik yang kita lakukan, membuat kita menuai berlimpah berkat Tuhan dan banyak tanda kasih dari sesama manusia, pada satu masa waktu nanti.

Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.  
(Efesus 6 : 8)

Kedua :
Berkat Tuhan dan tanda kasih dari sesama manusia, tidak akan kita peroleh, dapat rasakan, atau dapat kita temui, apabila kita sempat mengendurkan semangat, adanya niat dan besarnya keinginan untuk selalu berbuat baik, sepanjang hidup kita.

Bisa dikatakan, ayat Firman Tuhan ini disampaikan untuk mengingatkan setiap orang, agar selalu berbuat baik dan menyatakan kebaikkan kepada orang-orang di sekitar kita, karena teramat besar manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh apabila aktif melakukannya.

Realita kehidupan menunjukkan, tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengalami kerugian (baik dalam bentuk materi atau dalam bentuk lainnya), karena telah berbuat baik kepada orang lain.

Tetapi jalan orang benar itu seperti fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.  
(Amsal 4 : 18)

Tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik.  
(Roma 12 : 10a)

Apa sih, susahnya berbuat baik atau menghadirkan kebaikkan hidup pada orang lain? Setiap orang pasti bisa berbuat baik. Bahkan diri seseorang yang sepanjang hidupnya dikenal masyarakat sebagai seorang penjahat, identik sebagai seseorang yang kejam atau tidak pernah lepas dari tindak kejahatan sekalipun, masih bisa berbuat baik.

Meskipun intensitas perbuatan baik yang dilakukan oleh para pelaku tindak kejahatan tersebut tidak sebanyak atau seintens yang bisa dilakukan “orang baik-baik” perbuat,  namun para pelaku tindak kejahatan itu, masih bisa mengapresiasikan suatu perbuatan baik kepada orang lain, setidaknya, perbuatan baik itu dinyatakan kepada orang-orang yang ada disekitarnya.

Oleh karena itu bisa dikatakan, semua orang yang mempunyai pikiran dan akal budi, serta semua orang yang telah mengenal kehidupan, pasti bisa berbuat baik.

Sedangkan sesuatu hal yang agak sulit untuk dilakukan semua orang terkait dengan perbuatan baik, adalah konsisten untuk terus-menerus melakukan perbuatan baik.

Ya, tidak semua orang yang mampu tetap konsisten serta berketetapan hati untuk mengapresiasikan adanya perbuatan baik sepanjang hidupnya.

Bahkan bagian dari komunitas orang-orang yang dikenal sebagai anak-anak Tuhan, orang-orang yang disebut sebagai pelayan-pelayan Firman Tuhan, atau bagian dari orang-orang yang diketahui suka mempelajari Firman Tuhan, juga dapat "tersandung" untuk tidak berbuat baik.

Padatnya aktifitas ibadah dan pelayanan Firman Tuhan yang dilakukan oleh seorang anak Tuhan, tidak menjamin kalau dirinya akan konsisten untuk tidak berbuat sesuatu hal yang tidak baik, karena mereka adalah manusia yang masih memiki kemungkinan untuk jatuh kedalam dosa.

Kenapa begitu ya?

Sulitnya seseorang untuk dapat terus-menerus berbuat baik atau membawa kebaikkan hidup kepada orang lain dalam mengisi hari-hari kehidupannya, bisa terjadi karena didalam diri setiap orang, masih bersemayam cara-cara hidup manusia duniawi, yang terkadang masih agak sulit untuk dikendalikan, dimana hal tersebut tidak terlepas dari adanya keinginan didalam hati dan benak pikiran, adanya amarah atau emosi jiwa, serta adanya pergolakan maupun beban di hati.

Selain faktor manusiawi, hal-hal apa sajakah yang membuat diri seseorang sulit untuk berbuat baik?

Perbuatan baik juga tidak dapat dirupakan, karena seseorang masih sulit untuk dapat melepaskan adanya pemikiran-pemikiran egois atau mementingkan diri sendiri, dan karena seseorang merasa sulit untuk mengambil kebijakan yang tepat atau keputusan yang bisa menyenangkan hati orang lain.   
   
Oleh sebab itu dapat pula dikatakan, bahwa adanya besar keinginan untuk berbuat baik dalam diri seseorang, tidak dapat diapresiasikan karena seseorang tersebut telah membuat suatu batas maya agar dirinya “diperkenankan” untuk bertindak tidak baik, terutama pada saat terdesak oleh keadaan.

Sering kali pula, perbuatan baik itu sulit untuk dilakukan serta diapresiasikan, karena manusia tidak tulus atau setengah hati untuk melakukannya. Adanya perbuatan baik yang tidak disertai dengan sikap tulus, tidak akan membawa sukacita.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan perbuatan baik yang dilakukan dengan tidak sepenuh hati disini, adalah sebuah perbuatan baik yang diapresiasikan kepada orang lain, namun dibalik perbuatan baik tersebut, menyertakan sebuah hasrat tersembunyi untuk bisa menyalurkan kepentingan pribadi.

Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHAN lah yang menguji hati.   (Amsal 16 : 2)

Jelas, sikap tidak tulus dan setengah hati dalam perbuatan baik, bukanlah sebuah sikap yang benar, tidak patut ditiru, sebaiknya tidak menjadi gaya hidup.

Sikap tidak tulus dan berbuat dengan tidak sepenuh hati, kiranya tidak layak untuk dikembangkan sebagai ciri pribadi seseorang, atau bahkan dijadikan satu konsepsi kehidupan yang dipakai dalam pergaulan.

Apabila kita ingin berbuat baik, maka sudah selayaknyalah perbuatan baik kita itu, dilakukan dengan tulus, terbuka, dan apa adanya. Sebaiknya kita juga tidak membawa serta adanya keinginan-keinginan tersembunyi pada saat melakukannya.

Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri, jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.  
(I Korintus 3 : 18)

Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.  
(Filipi 2 : 2 – 3a)

Hal terburuk yang terkait dengan perbuatan baik adalah “pura-pura” berbuat baik, karena didalam sikap penuh kepura-puraan, membawa serta dosa dibelakangnya.

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
(Roma 12 : 9)

Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan pakaian yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.  
(II Korintus 5 : 4)

Selain berlandaskan ketulusan, perbuatan baik itu sebaiknya diapreasiasikan sebagai sebuah ungkapan kasih.

Pada dasarnya, sebuah perbuatan yang dilandasi oleh kasih, akan membuat seseorang tahu bagaimana mengungkapkan atau menyatakan hal-hal yang benar dan baik kepada orang lain. Dalam hal ini, segenap perbuatan baik membuat kita belajar untuk mampu mengasihi orang lain.

Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seoang akan yang lain oleh kasih.  
(Galatia 5 : 13)

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.  
(Efesus 4 : 2)

Faktor lain yang membuat seseorang bisa berbuat tidak baik atau tidak sepenuh hati berbuat hati, adalah karena adanya pemikiran negatif thinking didalam benak pikiran. Sikap curiga atau sikap tidak senang membuat seseorang “pikir-pikir” dahulu untuk mengekspresikan perbuatan baik.

Kenapa kita harus berbuat baik?

Selain telah disebutkan dalam penjabaran diatas, kenapa perbuatan baik harus menjadi citra hidup kita, adalah karena melakukan perbuatan baik merupakan perintah atau kehendak Tuhan agar kita semua bisa menjadikan suka berbuat baik sebagai sikap serta gaya hidup kita.

Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan!
(Mazmur 97 : 1a)

Bunyi ayat Firman Tuhan tersebut dengan tegas memerintahkan agar setiap anak-anak Tuhan membenci segenap perbuatan tidak baik, yaitu perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan atau dianggap jahat di mata Tuhan, dimana perbuatan-perbuatan tidak baik itu dapat mendatangkan dosa bagi diri sendiri.

Dalam banyak kesempatan pelayanan sepanjang keberadaanNya di dunia ini, Tuhan Yesus sendiri banyak sekali memberikan contoh perbuatan baik, yaitu perbuatan yang dilandasi oleh adanya kasih Bapa, dimana segenap perbuatan-perbuatan baik penuh kasih tersebut, dapat pula dilakukan anak-anakNya, yaitu kita, para pengikut Kristus.

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.  
(Efesus 5 : 8 – 9

Pada bagian yang lain, Firman Tuhan juga menyampaikan agar masing-masing kita, dapat hidup saling bertolong-tolongan dan saling membantu diantara sesama manusia.

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.   (Galatia 6 : 2)

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.  
(Galatia 6 : 10)

Realita kehidupan ternyata juga menunjukkan, bahwa mengapresiasikan perbuatan baik merupakan pilihan terbaik dalam pembentukkan karakter setiap pribadi manusia, agar dapat hidup penuh sukacita serta mendapatkan tanggapan sikap yang baik pula dari orang lain. Tidak salah pula kalau aktif melakukan perbuatan baik, bisa menjadi gaya hidup bagi setiap orang.

Setiap orang beriman sepatutnya memenuhi kehidupannya dengan berbagai tindakan baik, karena melakukan perbuatan baik merupakan perintah Tuhan, dimana Tuhan menghendaki agar setiap anak-anak Tuhan membenci dan tidak melakukan seluruh bentuk tindak atau perilaku jahat.

Bagaimana kalau ada orang lain yang berbuat tidak baik pada kita? Apa yang harus kita lakukan?

Sulit rasanya bagi sejumlah anak-anak Tuhan untuk dapat menahan diri atau menahan emosi ketika ada orang lain yang melakukan perbuatan atau menyampaikan pernyataan yang membuat diri kita tidak senang atau tersakiti. Akan tetapi Firman Tuhan berkata :

Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
(Roma 12 : 15)

Isi ayat Firman Tuhan diatas dengan jelas melarang kita untuk tidak membalaskan segenap perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan orang lain kepada kita dengan perbuatan tidak menyenangkan, melainkan memberkati orang lain tersebut.

Artinya, prinsip membalas dendam tidak berlaku dalam kehidupan orang-orang yang beriman kepada Kristus, karena yang berlaku adalah hukum kasih, sebab ada tertulis :

Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
(Roma 12 : 19)

Ya, kita tidak memiliki hak untuk menghakimi orang lain. Kita seharusnya menjadi teladan bagi banyak orang, dengan aktif menyatakan perbuatan kasih, meskipun diri kita sudah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain.

Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
(Roma 12 : 21)

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
(Roma 13 : 10)

Dalam FirmanNya, Tuhan memang tidak jemu-jemu untuk selalu mengingatkan kita, anak-anakNya, untuk selalu mengedepankan adanya prinsip-prinsip kasih pada setiap tindakan atau ucapan yang kita nyatakan dalam setiap langkah kehidupan.

Intinya, setiap orang yang menjalankan segenap perintah Tuhan, tidak akan menghadapi beban berat, meskipun terkadang, orang lain mengartikan lain atas kebaikkan hati kita.

Rasa-rasanya sudah cukup jelas kiranya, kalau kita tidak lagi memiliki sebuah alasan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik, akan tetapi kita selalu bersemangat untuk terus-menerus melakukan perbuatan yang baik.

Selama masih dapat dikatakan "hari ini", penuhilah segenap waktu dalam hidup kita dengan berangkai-rangkai perbuatan baik tanpa pernah berhenti untuk terus-menerus melakukannya.

Akhir kata, marilah kita menjadikan sikap hidup yang suka melakukan perbuatan baik dengan tulus, menjadi bagian dari karakter dan kepribadian diri kita, karena memang, perbuatan baik bukanlah sebuah perbuatan yang membuat diri kita jatuh kedalam dosa namun memperoleh berlimpah-limpah berkat Tuhan serta tanda kasih dari orang lain.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekelan dalam hati mereka.
(Pengkhotbah 3 : 11a)



Tuhan Yesus memberkati kita semua.




.Sarlen Julfree Manurung
My Mind

Congratulation, Sir... Now you are The President Of The United States Of America people's.
My Mind
                                                                   The President Of The United States Of America
My Mind
Tadi siang, saya menonton tayangan infotainment SILET yang membahas tentang fenomena semakin tenggelamnya musik dangdut beberapa waktu belakangan ini.

Benarkah musik dangdut sudah kehilangan pangsa pasarnya?

Penilaian tersebut nampaknya tidak tepat seluruhnya dan terlalu cepat disampaikan sebagai sebuah bentuk kegelisahan masyarakat penyanyi serta musisi dangdut Indonesia semata.

Alasannya, sepertinya kesimpulan tersebut tidak lengkap atau tidak didasarkan pada sejumlah faktor faktual yang bisa dijadikan bahan petunjuk untuk menjelaskan kenapa kesimpulan seperti itu.

Saya sendiri masih menemukan adanya pentas dangdut (khususnya skala resepsi pernikahan) yang menghadirkan sejumlah penyanyi dangdut. Meskipun banyak penyanyi dangdut itu bukanlah penyanyi terkenal, namun masih banyak mengundang animo masyarakat untuk menyaksikan aksi mereka.

Artinya, penilaian bahwa telah terjadi sebuah fenomena semakin tenggelamnya musik dangdut di Indonesia, hanya didasarkan pada tampilan on-air (di radio atau di televisi) serta peredaran kaset atau CD lagu-lagu dangdut.

Saya sendiri berpendapat, ada tiga faktor yang menyebabkan "seakan-akan" musik dangdut semakin tenggelam dalam perkembangan musik Indonesia, terutama karena sedang bangkitnya industri musik pop, yang sedang membanjiri pasaran penjualan dan pentas musik di Indonesia karena banyak bermunculannya band-band dan penyanyi baru, dimana mereka membawakan lagu-lagu yang dapat diterima telinga masyarakat pencinta atau pendengar musik di Indonesia.
Adapun faktor-faktor tersebut :

Faktor pertama

Dalam beberapa bulan terakhir, memang telah terjadi penurunan grafik pendengar musik dangdut, yang disebabkan oleh turunnya produktifitas industri rekaman lagu-lagu dangdut beberapa waktu belakangan ini. Kondisi ini berbanding terbalik dengan angka penjualan kaset dan CD lagu-lagu pop, yang sedang mengalami peningkatan saat ini sedang membanjiri pasar.

Adanya penurunan angka produksi rekaman kaset serta CD secara drastis, kemungkinan besar terjadi karena berkurang atau tidak adanya lagu-lagu dangdut baru karya pencipta lagu dangdut yang dianggap layak untuk dijual ke masyarakat.

Seperti halnya kegiatan industri rekaman lagu-lagu beraliran pop, para pemilik label (dalam hal ini industri rekaman), tentunya mencari karya-karya cipta lagu dangdut yang memiliki nilai jual dan diharapkan bisa laku di pasaran. Sedangkan sebagai sebuah kegiatan industri, tentunya mereka menginginkan adanya keuntungan dari penjualan kaset serta CD yang mereka lakukan.

Nampaknya, para pencipta lagu dangdut sedang memasuki masa-masa jenuh, dimana mereka tidak dalam kondisi produktif untuk menciptakan karya lagu dangdut yang dapat diterima masyarakat, khususnya para pencinta lagu-lagu dangdut.

Kesimpulannya, kurangnya lagu baru karya cipta pencipta lagu dangdut, membuat produksi kaset atau CD lagu-lagu dangdut tidak dapat membanjiri pasaran sehingga terkesan ada fenomena semakin tenggelamnya dangdut dalam kancah musik nasional.

Faktor kedua

Maraknya sikap tidak simpatik yang ditunjukkan kalangan tertentu dan dipublikasikan media massa atas penampilan para penyanyi dangdut di pentas-pentas musik dangdut, membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan hiburan musik dangdut.

Hadirnya kritik pedas dengan memanfaatkan issue moral, membuat banyak media elektronik secara tidak langsung atau secara langsung, mulai membatasi tampilan acara musik dangdut atau melakukan seleksi ketat atas artis-artis dangdut yang akan mengisi acara.

Sedangkan pada sisi lain, adanya kritik pedas dari sejumlah institusi atau tokoh-tokoh masyarakat, membuat banyak pihak yang ingin menghadirkan pentas dangdut, membatalkan niat tersebut karena mereka takut mendapatkan kecaman atau pencekalan, yang bisa menimbulkan kerugian di pihak panitia penyelenggaranya.

Padahal, oleh karena kritik pedas tersebut, sudah cukup banyak penyanyi dangdut yang akhirnya lebih memilih untuk pentas secara off-air di daerah-daerah, khususnya di daerah-daerah yang belum atau tidak menerapkan akidah moral untuk mencekal penampilan mereka di pentas musik dangdut.

Kemunculan banyak "polisi moral" yang bertindak atau membuat pernyataan dengan membawa-bawa akidah moral, telah mengurangi ruang gerak para penyanyi dangdut untuk tampil dan menunjukkan eksistensinya di dunia panggung musik dangdut dan tampil secara on-air di acara-acara musik di televisi.

Wajar rasanya kalau "kekosongan" penampilan penyanyi dangdut yang muncul dalam pentas musik dangdut on-air, kemudian menjadi penilaian bahwa telah terjadi sebuah fenomena semakin tenggelamnya musik dangdut dalam kancah industri musik di Indonesia.

Faktor ketiga

Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para penyanyi dangdut, membuat masyarakat tidak simpatik dengan pemberitaan yang menghadirkan beragam konflik rumah tangga atau konflik kepentingan, dan adanya pelanggaran hukum yang sedang melingkupi diri sejumlah penyanyi dangdut.

Pada saat ini, Kristina sedang menjalani pengadilan cerai dengan suaminya, Al Amin Nasution. Dewi Persik dengan segenap pemberitaan penuh sensasinya, sedang menghadapi tuntutan hukum dari asisten pribadinya.

Masyarakat Indonesia sekarang jauh lebih kritis dibandingkan beberapa tahun yang lalu, dimana masyarakat menganggap, segenap konflik yang mereka hadirkan, hanyalah untuk mencari sensasi dan mendongkrak nama mereka semata. Padahal, para penyanyi dangdut itu sendiri, sedang tidak dalam masa-masa promo lagu baru.

Para pecinta musik dangdut ingin dihibur dengan lagu-lagu dangdut, bukan dengan berbagai pemberitaan yang tidak pantas untuk di expose ke tengah-tengah masyarakat.


Saat krisis ekonomi dunia berimbas pada kehidupan banyak anggota masyarakat di Indonesia dan semakin menekan keadaan kondisi keuangan anggota masyarakat kita (khususnya masyarakat dengan penghasilan menengah dan rendah), tidak salah kiranya kalau masyarakat membutuhkan hiburan murah-meriah yang bisa menyenangkan hati serta bisa menghibur mereka sejenak.  
 
Lambat-laun, animo masyarakat terhadap keberadaan musik dangdut, bisa saja semakin memudar (layaknya musik keroncong atau gambang kromo), sehingga "seakan-akan" musik dangdut telah menjadi bagian dari langgam sejarah musik yang pernah eksis di Indonesia.

Upaya pencekalan yang tidak diikuti dengan tindakan pembinaan (kalaupun ada, proses pembinaan tidak berjalan) terhadap para penyanyi dangdut (khususnya penyanyi dangdut perempuan), akan membawa dampak semakin tenggelamnya musik dangdut dalam ranah musik tanah air.
 
Bagaimana mau berkembang kalau tidak ada lagu-lagu baru yang akan dipasarkan dan dipromosikan? Bagaimana mau maju, kalau proses kreatif pencipta serta enyanyi dangdut, dan mampu meningkatkan jam terbang para penyanyi dangdut dalam kancah musik dangdut, yang berpengaruh pada penghasilan atau pemasukan keuangan mereka.

Pihak penguasa, dalam hal ini pemerintah dan institusi yang "merasa" memiliki kuasa, seharusnya menerapkan prinsip bijaksana serta sadar diri kalau tidak ingin melihat salah satu bagian dari langgam seni Indonesia, akhirnya semakin tenggelam di tengah perkembangan jaman.

Well, fenomena yang menganggap bahwa musik dangdut akan semakin tenggelam dalam kancah musik tanah air, seharusnya tidak perlu ada atau dihembuskan ke tengah-tengah masyarakat, sebab kondisi itu akan berlaku sementara apabila ada upaya untuk membangun serta membina musik dangdut, agar menjadi lebih bermartabat dan semakin diterima di seluruh tingkatan masyarakat, bahkan di seluruh dunia.

So, musik dangdut gak harus terhapus dalam khazanah musik Indonesia apabila ada apresiasi dan perhatian lebih dari pemerintah, para pelaku dan pecinta musik dangdut, serta dari seluruh anggota masyarakat kita.

Dangdut bisa bagian dari karya seni unggulan bangsa kita asal kita bisa mengelolanya dengan baik dan bijaksana.


Think fresh...



.Sarlen Julfree Manurung 
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
Pada saat sedang asyik membuka situs facebook di internet, saya tertarik membaca potongan komentar yang disampaikan seseorang, yang dituliskannya pada kolom komentar facebook milik salah seorang temannya.

Sebenarnya, komentar yang dituliskan itu, berisikan sejumlah kalimat. Namun saya tertarik untuk membaca kalimat kedua terakhir dari komentarnya itu secara berulang-ulang, karena saya melihat, bahwa kalimat terakhir tersebut, mengandung makna dan pesan yang teramat mendalam.

Adapun kalimat kedua terakhir pada komentar seseorang tersebut, berbunyi :

"Sayangnya, gue cukup bego di dalam bidang matematika, dimana kalau gue pinter matematika, seharusnya gue BISA nunjukkin, kalau kerja keras itu berbanding lurus dengan IPK."

Ya, saya benar-benar tertarik dengan komentar tersebut, dimana penekanan kata BISA, membuat kalimat itu tidak menjadi sebaris kata-kata yang biasa-biasa saja.

Menurut saya, kalimat tersebut nampaknya diucapkan sebagai sebuah kalimat penyesalan, namun disampaikan sebagai sebuah joke yang agak-agak bernada sombong.

Kental sekali aroma penyesalannya. Akan tetapi, dibalik ucapan penyesalan tersebut, ada sesuatu yang ingin disampaikan dengan menuliskan kalimat seperti itu.

Memang benar, kalau semua orang ingin mendapatkan IPK tinggi, harus kerja keras. Bukan sesuatu hal yang neko-neko namun wajar adanya.

Banyak anak muda yang dalam satu episode perjalanan hidupnya, tidak meraih keberhasilan (atau prestasinya biasa-biasa saja) karena diri mereka tidak benar-benar menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya bisa dilakukan.

Hal ini bisa terjadi karena 2 sebab : malas dan tidak percaya diri.

Apabila tidak malas dan lebih bersikap percaya diri (kalau dirinya mampu mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru atau dosen), maka besar kemungkinan seseorang yang masih duduk di bangku sekolah itu, akan bisa mendapatkan nilai raport atau IPK diatas rata-rata orang lain atau diatas nilai cukup.

Faktanya, memang tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bisa kita capai, kalau saja kita tidak "memelihara" rasa malas dalam diri kita, dan tidak membiarkan rasa tidak percaya diri selalu ada di hati serta "menghantui" perasaan kita.

Apabila orang tua tidak menginginkan diri mereka melihat nilai anak-anak mereka tidak memuaskan, maka para orang tua harus bisa membuat seorang anak tidak malas, dan mendorong mereka agar memiliki rasa percaya diri, dengan mendampingi mereka pada saat belajar atau mengerjakan tugas.

Mungkin, orang tua tidak mengerti akan mata pelajaran yang sedang dipelajari atau sedang dikerjakan sang anak. Namun, dengan metode pendampingan tersebut, seorang anak akan merasa bahwa para orang tua mereka memberikan perhatian pada diri mereka.

Kita sama-sama ketahui, bahwa banyak anak-anak yang hidup tidak sesuai dengan kondisi yang para orang tua harapkan karena mereka merasa tidak mendapatkan perhatian dari para orang tua mereka.

Memberikan uang dan fasilitas, bukanlah cara yang tepat untuk menggantikan perhatian yang seharusnya diungkapkan. Why? Karena uang dan fasilitas, tidak memiliki emosi...

Hal menarik lain yang saya temui dari komentar yang dituliskan seseorang itu, ada pada kalimat terakhirnya. Kalimat terakhir dari tulisan komentar seseorang itu :

I love fighting to make possible of that!

Saya tidak tahu, apakah penulisan kalimat berbahasa Inggris seseorang itu, benar apa tidak. Tapi saya sendiri ingin menarik kesimpulan, bahwa seseorang itu masih punya semangat untuk berjuang mendapatkan hasil yang terbaik karena dia mau bekerja keras untuk dicapainya di kemudian hari.

Dalam hal ini, meskipun sempat menyesal, seseorang itu tidak merasa cukup mendapatkan nilai atau prestasi yang biasa-biasa saja.

Bagaimana dengan Anda? Masih adakah semangat untuk bangkit dari adanya rasa menyesal yang sempat terbentuk dan membuat Anda terpuruk?

Pesan moral yang ingin sampaikan pada bagian akhir tulisan ini : Janganlah kita pernah mengalah oleh keadaan, akan tetapi kalahkanlah keadaan dengan membangkitkan semangat juang dari dalam diri kita. Tetaplah semangat untuk meraih yang terbaik didalam hidup Anda.


.Sarlen Julfree Manurung
My Mind
Kemenangan Barack Obama dalam pemilu Presiden Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu, bisa diperoleh karena tim sukses Obama aktif memanfaatkan jaringan komunitas masyarakat di internet untuk menjaring simpatisan atau pihak-pihak yang ingin mendonasi kegiatan kampanye.

Pada saat pemilihan masih berada dalam lingkup Partai Demokrat, untuk menentukan siapa yang akan menjadi calon presiden mewakili Partai Demokrat dan akan bersaing dengan calon presiden yang mewakili Partai Republik, tidak ada yang menduga kalau Barack Obama akan berhasil mengalahkan Hillary Rodham Clinton.

Nama besar Hillary Rodham Clinton membuat banyak media dan anggota masyarakat yang mengikuti kegiatan jejak pendapat, tidak memandang Barack Obama sebagai bakal calon pilihan Partai Demokrat yang akan maju dalam pemilu presiden menghadapi bakal calon dari Partai Republik, John McCain.

Opini masyarakat Amerika Serikat dan masyarakat dunia seakan-akan berbalik arah, ketika Barack Obama mulai aktif menggunakan situs internet seperti Facebook, MySpace, dan juga YouTube,sebagai media kampanye.

Ide kreatif untuk memanfaatkan jaringan situs internet dalam kampanye tersebut, berawal dari pengangkatan Chris Hughes, salah seorang pendiri Facebook, sebagai seorang kepala juru kampanye Barack Obama yang mengelola kampanye dengan menggunakan berbagai situs jaringan maya internet.

Chris Hughes sendiri mengangkat nama Barack Obama dengan memanfaatkan Facebook, MySpace dan juga YouTube sebagai media kampanye serta tempat menjaring komunitas anggota masyarakat yang ingin mendukung dan mendonasikan dana kampanye kepada Obama.

Selain itu, Chris Hughes juga membuat website My.BarackObama.com sebagai media Official Website dari Barack Obama.

Ternyata, pilihan Barack Obama untuk mengangkat Chris Hughes, sangatlah tepat. Hal ini dapat dilihat dari banyak warga Amerika Serikat, khususnya para simpatisan Partai Demokrat, yang akhirnya menentukan pilihan untuk memilih Barack Obama sebagai calon presiden mereka setelah mereka melihat dan bergabung dalam media kampanye Barack Obama di internet.

Oleh sebab itu dapat dikatakan, kalau pemanfaatan media internet merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk menggalang kekuatan massa dalam pelaksanaan pemilu.

Belajar dari kemenangan Barack Obama yang menggunakan jaringan internet dalam kegiatan kampanye, dapat dikatakan kalau pemanfaatan media internet merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk menggalang kekuatan massa dalam pelaksanaan kegiatan kampanye pemilu.

Selain itu, dapat pula ditarik satu benang merah, kalau seorang politisi yang sedang ikut dalam kegiatan pemilu, sebaiknya bukanlah seorang yang gagap teknologi.

Perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, merupakan sebuah fakta yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat modern. Berbagai perangkat berteknologi tinggi, apabila bisa dimanfaatkan dengan maksimal, akan mampu menghadirkan sejumlah kekuatan dan keuntungan tersendiri bagi penggunanya, tidak terkecuali, para politisi yang sedang bersiap-siap mengikuti kegiatan kampanye.

Kemampuan seseorang menggunakan perangkat teknologi, merupakan salah satu ciri seseorang yang telah hidup beradaptasi dengan modernitas. Artinya, seseorang yang hidup dengan maraknya kemajuan teknologi, harus mampu dapat beradaptasi dan mengembangkan kualitas serta kemampuan dirinya dengan memanfaatkan peralatan berteknologi.

Pendapat ini bukan berarti ingin menyepelekan cara-cara konvensional dalam berkampanye, yaitu dengan bertemu langsung dengan massa pendukung dan para simpatisan.

Dalam masyarakat di Indonesia, masih banyak calon pemilih yang membutuhkan bentuk kampanye tatap-muka dengan calon pemimpinnya. Sedangkan upaya kampanye dengan memanfaatkan perangkat berteknologi dan media internet, merupakan sebuah cara untuk mengetuk perhatian serta minat calon pemilih yang sulit menyediakan waktu untuk hadir dalam kegiatan kampanye tatap-muka.

Kombinasi antara bentuk kampanye konvensional dan kampanye yang memanfaatkan media internet, adalah strategi kampanye yang dapat mendekatkan diri sang calon dengan massa konstituennya.

Pada saat ini pengguna internet di Indonesia baru mencapai angka 25 juta orang dari 230 juta lebih penduduk Indonesia. Apabila seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif bisa menarik minat dan perhatian 1/10 pengguna internet di Indonesia, bukankah itu berarti diri upaya kampanye dengan memanfaatkan media internet, sudah membawa hasil yang cukup signifikan?

Apalagi dalam menggunakan jaringan internet sebagai media kampanye, selain efisien dan hemat dana, seseorang yang ingin meraih kemenangan dalam pemilu, dapat terus menerus mengupdate informasi setiap kegiatan atau aktifitas kampanyenya.

Informasi yang selalu di update, membuat para pengguna internet dapat memiliki wawasan serta informasi terbaru, dimana segenap informasi tersebut, memiliki nilai keunggulan tersendiri apabila dibandingkan dengan penggunakan spanduk atau stiker.

Seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif telah berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan para calon pemilih. Jarak dan waktu bukanlah sebuah hambatan bagi seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif agar bisa lebih dekat dengan para calon pemilih dalam pelaksanaan kegiatan pemilu.

Dalam hal ini bisa dikatakan, upaya untuk selalu mengupdate informasi adalah sebuah upaya agar seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif, adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk selalu lebih dekat dan dikenal oleh para calon pemilih, khususnya para calon pemilih yang aktif memanfaatkan jaringan internet.

Arti penting lain yang dapat diperoleh, masyarakat sendiri akan dapat melihat bahwa seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif tersebut, bukanlah seseorang yang memang tidak mengikuti perkembangan jaman.

Pada akhirnya, keputusan untuk menggunakan jaringan internet sebagai media kampanye, merupakan salah satu cara bijak dan tepat kondisi, dimana seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif, akan bisa melihat hasil seperti yang diinginkannya, apabila mau bergerak secara komprehensif serta kreatif.

Akhir kata : ...Jangan pernah memilih seorang calon pemimpin atau calon anggota legislatif yang gagap teknologi...



Salam nasionalisme



.Sarlen Julfree Manurung
Labels: 1 comments | | edit post
My Mind
Keputusan pemerintah untuk kembali menurunkan harga BBM jenis premium dan solar masing-masing menjadi Rp. 4.500 per-liter mulai tanggal 15 Januari 2009, merupakan sebuah kebijakan publik strategis jangka pendek, yang masih membutuhkan adanya supervisi ketat pemerintah serta sejumlah kebijakan pelengkap lainnya, agar keputusan tersebut benar-benar efektif untuk mendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan daya beli masyarakat.

Upaya pengawasan ketat pemerintah perlu dilakukan, mengingat selama ini banyak keputusan dan kebijakan pemerintah yang tidak berjalan atau tidak dilaksanakan sesuai dengan isi butir-butir keputusan atau kebijakan pemerintah oleh aparat maupun instansi pelaksana yang bertanggung-jawab untuk melaksanakan keputusan atau kebijakan pemerintah tersebut.

Dalam hal ini, tindakan supervisi ketat diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan ataupun penyimpangan pelaksanaan keputusan atau kebijakan pemerintah yang telah dibuat dan telah ditetapkan.

Adapun sejumlah kebijakan pelengkap perlu diadakan, agar keputusan pemerintah yang telah ditetapkan sebagai sebuah keputusan yang harus dilaksanakan, benar-benar berdaya guna dan mampu meminimalisir hambatan yang mungkin timbul pada saat pelaksanaannya.

Sejumlah kebijakan pemerintah sebagai pelengkap keputusan pemerintah, sangat diperlukan sebagai arahan yang memastikan agar segenap isi butir-butir keputusan pemerintah tersebut, dapat tepat sasaran.

Beberapa elemen masyarakat berpendapat, keputusan pemerintah menurunkan harga BBM, membutuhkan waktu cukup lama apabila ingin mendorong adanya upaya maksimal untuk memberdayakan masyarakat, menghadirkan manfaat ekonomi besar terhadap kelancaran mobilitas masyarakat, serta upaya untuk mendukung kelangsungan atau kemajuan usaha para usahawan.

Para pengusaha menilai, penurunan harga BBM jenis premium serta solar, tidak otomatis bisa membuat mereka segera membuat kebijakan yang berkaitan dengan efisiensi biaya distribusi dan biaya produksi dalam kegiatan produksi, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Masih maraknya kegiatan pungutan liar, masih panjang dan rumitnya birokrasi perdagangan yang harus dilalui, serta masih tingginya harga bahan dasar produksi, merupakan sejumlah persoalan yang membuat para pengusaha sulit untuk segera menekan harga jual hasil produksi.

Erwin Aksa, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mengatakan, selain persoalan efisiensi logistik, adanya pola perdagangan tidak sehat berupa pola perdagangan monopolistik dan oligopolistik, merupakan persoalan yang berpengaruh besar pada upaya pengusaha untuk segera menurunkan harga barang serta jasa.

Terkait dengan kebijakan pemerintah untuk penurunan tarif angkutan umum, para pengusaha angkutan umum yang diwakili oleh Ketua Departemen Angkutan dan Prasarana Organda, Rudi Thehamihardja, berpendapat, masyarakat dapat merasakan adanya penurunan tarik angkutan umum, tidak hanya sebatas 10 % namun masyarakat juga bisa merasakan penurunan tarif hingga 25 % apabila pemerintah dapat menjalankan fungsi serta kewajibannya dengan baik.

Pendapat salah satu pucuk pimpinan Organda itu, nampaknya benar adanya. Saat ini, harga sejumlah barang kebutuhan pokok justru mengalami kenaikkan. Kenaikkan sejumlah harga barang-barang kebutuhan pokok tersebut, bahkan mulai terjadi semenjak pemerintah berencana menaikkan harga BBM.

Siapa yang bisa duga kalau harga tomat itu Rp. 1000 per-buah, dan harga daging ayam tiba-tiba naik Rp. 1000 sebelum tanggal berlakunya penurunan harga BBM oleh pemerintah.

Tindakan antisipasi pemerintah untuk menurunkan kembali harga barang-barang kebutuhan pokok sulit untuk dilakukan karena kenaikkan harga itu terjadi karena adanya faktor cuaca buruk dan banyak petani yang belum panen atas hasil pertaniannya.

Apapun bentuk keputusan yang dibuat dan dikeluarkan untuk dilaksanakan demi kemajuan hidup masyarakat, sebaiknya pemerintah memperhitungkan segala aspek.

Sebuah kebijakan akan berlaku efektif dan menghadirkan ketenangan di tengah-tengah masyarakat apabila para pembuat kebijakan, tidak hanya sekedar membuat sebuah kebijakan tanpa mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh dan membutuhkan jalan keluar penyelesaian masalah.

Pemerintah juga harus bisa mendengarkan suara rakyat, apabila keputusan atau kebijakan yang dikeluarkannya, dirasakan masih belum memiliki tingkat efektifitas tinggi untuk mendorong peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat atau hal-hal yang terkait dengan peningkatan daya beli masyarakat.

Satu saja faktor yang terlupakan, maka akan banyak komentar bernada miring atas keputusan atau kebijakan yang bertujuan memajukan kehidupan masyarakat. Apalagi tidak lama lagi, akan dilaksanakan pemilu, sehingga keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan, dianggap untuk kepentingan pemenangan pemilu semata.

Apapun yang terjadi, masyarakat berharap, pemerintah masih membuat sejumlah keputusan atau kebijakan lain, yang membuat masyarakat dapat kembali merasakan gairah hidup, yang pada akhirnya mengarah pada adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.


Salam nasionalisme.


.Sarlen Julfree Manurung
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
Hari ini satu topik artikel di koran Kompas, menarik perhatian saya untuk membacanya. Agak kaget juga membaca headline dan isi beritanya. Berita itu menyebutkan, 60 % lulusan PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di Indonesia tidak terserap lapangan kerja...!

Tanya kenapa...

Mungkin, banyak orang yang terkejut membaca isi berita tersebut. Sudah demikian parahkah kualitas lulusan PTN, sehingga lebih banyak lulusannya yang tidak terserap oleh lapangan kerja yang tersedia di tanah air? Apa jangan-jangan, mereka malah bekerja di luar negeri?

Saya bukannya pesimis, tapi saya tidak yakin kalau 60 % lulusan PTN yang tidak terserap oleh lapangan kerja di Indonesia itu, memang memilih bekerja dti luar negeri, atau dibandingkan mengisi banyak lowongan kosong di negerinya sendiri.

Seharusnya pemerintah (dalam hal ini Dirjen Dikti Depdiknas) memperhatikan informasi yang disampaikan melalui media massa ini, sebab kini terbukti, mendidik orang-orang yang dapat lolos ujian masuk PTN atau yang sejenisnya, ternyata pada akhirnya malah menjadi beban pemerintah karena kelak menjadi pengangguran juga.

Jelas, dalam mendidik seseorang di PTN, pemerintah tidak sedikit pula mengalokasikan anggaran. Artinya, mereka yang masuk PTN, telah mendapatkan biaya sekolah dari pemerintah yang nilainya tidak sedikit.

Pemerintah seharusnya malu mendapatkan informasi seperti itu, sebab PTN berada dibawah "timangan" langsung pemerintah sendiri.

Padahal, berbagai fasilitas negara dan program beasiswa disiapkan untuk mendidik serta membebaskan biaya pendidikan manusia-manusia intelek agar bisa menjadi motor utama pembangunan di negara kita. Namun ternyata, setelah lulus, mereka justru menjadi beban pemerintah.

Maraknya pemanfaatan relasi (koneksi) untuk memasukkan seseorang bekerja, sering kali menjadi penyebab, kenapa banyak lulusan PTN atau PTS dalam negeri, yang tidak dapat terserap dalam lapangan kerja di tanah air. Harus diakui, banyak orang yang memang memanfaatkan koneksi agar bisa diterima bekerja di sebuah perusahaan.



Apa karena mereka keseringan demonstrasi sehingga dianggap sah-sah saja kalau mereka akhirnya sulit mengaplikasikan ilmu yang didapatkannya di kampus kedalam dunia kerja?

Atau, apakah ini masalah mental para lulusan PTN, yang belum siap memasuki dunia kerja? Atau lagi, mereka memang tidak siap bersaing dengan para lulusan PTS atau lulusan Perguruan Tinggi luar negeri, karena kualitas mereka sendiri hanya mentok pada bangku kursi kuliah, yang cenderung jauh berbeda dengan keadaan di lapangan (dunia kerja)?

Jadi melayang-layang berkhayal nih... bagaimana kalau setiap perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan baru untuk mengisi lowongan yang kosong di tempat mereka, tidak perlu menuliskan secara besar-besar kalau kantor mereka mencari calon karyawan yang baru lulus dari PTN karena para lulusan PTN sendiri, tidak berminat untuk bekerja, tapi masih betah belajar?

Alasannya, kasihan kan, banyak lulusan PTS tidak terkenal dan dianggap kelas kambing, akhirnya merana karena susah mendapatkan pekerjaan hanya karena di CV mereka disebutkan kalau mereka lulusan PTS yang tidak terkenal serta dianggap kelas kambing (sebab otak mereka tidak mampu membawa dirinya masuk PTN dan orang tua mereka gak mampu bayar mahal di PTS yang sudah memiliki nama) meskipun sesungguhnya mereka cerdas dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan banyak perusahaan apabila mereka diuji.

Jadinya, mereka yang benar-benar pintar tapi "kebetulan" gagal masuk PTN dan tidak mampu bayar uang kuliah di PTS terkenal, menjadi bagian dari pengangguran juga.

Pemerintah harus melakukan upaya lebih besar dan berdaya guna apabila informasi yang disampaikan lewat media massa tersebut tidak menjadi bulan-bulanan pihak-pihak yang ingin menjatuhkan pemerintah. Apalagi, sebentar lagi mau pemilu... inget tuhhh...


.SJM
Labels: 4 comments | | edit post
My Mind

My Mind

My Mind
A group of professional people posed this question to a group of 4 to 8 year-olds, 'What does 'love' mean?'
The answers they got were broader and deeper than anyone could have imagined. See what you think:
 
'When my grandmother got arthritis, she couldn't bend over and paint her toenails anymore.
So my grandfather does it for her all the time, even when his hands got arthritis too. That's love.'
Rebecca- age 8

'When someone loves you, the way they say your name is different.
You just know that your name is safe in their mouth.'
Billy - age 4
 
'Love is when a girl puts on perfume and a boy puts on shaving cologne and they go out and smell each other.'
Karl - age 5
 
'Love is when you go out to eat and give somebody most of your French fries without making them give you any of theirs.'
Chrissie - age 6
 
'Love is what makes you smile when you're tired.'
Terri - age 4

'Love is when my mummy makes coffee for my daddy and she takes a sip before giving it to him, to make sure the taste is OK.'
Danny - age 7
 
'Love is when you kiss all the time. Then when you get tired of kissing, you still want to be together and you talk more.
My Mummy and Daddy are like that. They look gross when they kiss'
Emily - age 8
 
'Love is what's in the room with you at Christmas if you stop opening presents and listen.'
Bobby - age 7 (Wow!)
 
'If you want to learn to love better, you should start with a friend who you hate,'
Nikka - age 6
(we need a few million more Nikka's on this planet)
 
'Love is when you tell a guy you like his shirt, then he wears it everyday.'
Noelle - age 7

'Love is like a little old woman and a little old man who are still friends even after they know each other so well.'
Tommy - age 6
 
'During my piano recital, I was on a stage and I was scared. I looked at all the people watching me and saw my daddy waving and smiling.
He was the only one doing that. I wasn't scared anymore.'
Cindy - age 8
 
'My mummy loves me more than anybody
You don't see anyone else kissing me to sleep at night.'
Clare - age 6
 
'Love is when Mummy gives Daddy the best piece of chicken.'
Elaine-age 5
 
'Love is when Mummy sees Daddy smelly and sweaty and still says he is handsomer than Robert Redford.'
Chris - age 7
 
'Love is when your puppy licks your face even after you left him alone all day'
Mary Ann - age 4
 
'I know my older sister loves me because she gives me all her old clothes and has to go out and buy new ones.'
Lauren - age 4
 
'When you love somebody, your eyelashes go up and down and little stars come out of you.' (what an image)
Karen - age 7
 
'Love is when Mummy sees Daddy on the toilet and she doesn't think it's gross.'
Mark - age 6
 
'You really shouldn't say 'I love you' unless you mean it. But if you mean it, you should say it a lot. People forget.'
Jessica - age 8
 
And the final one -- Author and lecturer Leo Buscaglia once talked about a con test he was asked to judge.

The purpose of the con test was to find the most caring child.

The winner was a four year old child whose next door neighbor was an elderly gentleman who had recently lost his wife.

Upon seeing the man cry, the little boy went into the old gentleman's yard, climbed onto his lap, and just sat there.

When his Mother asked what he had said to the neighbour, the little boy said,

'Nothing, I just helped him cry'
 

When there is nothing left, that is when you find out that  love is all you need.

Take 60 seconds and give this a shot!


===
catatan :

Tulisan diatas merupakan kiriman saudara saya melalui e-mail. Pada bagian bawah tulisan tersebut, tertulis agar saya mengirimkannya kepada 5 orang lainnya supaya ada kasih yang tercurah. Saya tidak memilih untuk melakukannya. Tapi saya memilih untuk sharing kepada seluruh teman-teman saya di multiply ini, agar sesuatu yang baik, akan kita dapatkan yang lebih baik lagi.

Salam kasih,

.Sarlen Julfree Manurung
My Mind

PERATURAN BARU, biasanya langsung membuat panik, takut, dan curiga. Sama ketika pemerintah mensosialisasikan peraturan baru pembuatan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
bagi setiap warganya yang sudah berpenghasilan.

Reaksi ini berpangkal dari ketidaktahuan masyarakat terhadap kebijakan itu.

Berikut ini informasi seputar pajak dan NPWP, yang dijawab oleh Djoko Slamet Surjoputro, Direktur Penyuluhan Perpajakan dari Direktorat Jenderal Pajak.

Mengapa NPWP Baru Diwajibkan?


NPWP adalah kewajiban yang sudah lama ada dan diatur dalam Undang-Undang Pajak. Awalnya, karyawan yang penghasilannya dari satu sumber/istrinya, tidak diwajibkan. Kini, tiap orang yang berpenghasilan di atas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) wajib memiliki NPWP.

Mulai 2009, besar PTKP ini Rp. 15,84 juta/tahun atau Rp 1,32 juta/bulan. Semua hak dan kewajiban wajib pajak akan dicatat dan disimpan dalam sistem administrasi berbasis TI (Teknologi Informasi).

NPWP inilah yang menjadi identitas pencatatan data tiap wajib pajak. Makanya, tiap nomor itu unik dan tak ada yang kembar.

Adakah Sanksi Bagi Yang Tidak Punya NPWP?


Bila sampai batas akhir yang ditentukan (31 Desember 2008) terbukti bahwa seorang wajib pajak sengaja tidak mengurus NPWP, sanksi terberatnya adalah pidana. Untuk mempermudah pendaftaran, kami membuka pendaftaran online lewat e-registration di www.pajak.go. id.

Atau, para wajib pajak juga bisa mengurusnya langsung di Kantor Pelayanan Pajak, atau mendatangi gerainya di sejumlah mal atau tempat strategis di seluruh Indonesia.

Mereka yang tak memiliki NPWP akan menerima pemotongan pajak 20% lebih tinggi untuk
PPh 21 (potongan pendapatan yang dilakukan oleh pemberi kerja) bagi karyawan. Sanksi ini akan makin besar (sampai 100%) pada mereka yang memiliki usaha jasa persewaan atau rekanan pemerintah.

Apa Saja kegunaan NPWP?


NPWP menjadi identitas penting untuk kegiatan ekonomi lain. Memohon kartu kredit dari bank, membuka deposito, atau membeli properti (rumah, rusunawa, rusunami) juga membutuhkan NPWP sebagai alat penjaminan atau prasyarat.

Mulai tahun depan, fasilitas bebas fiskal sudah bisa dinikmati oleh para pemilik NPWP.

Bebas Fiskal Ini Untuk Seluruh Anggota Keluarga?


Peraturan pemerintah ini sedang dalam tahap penggodokan. Mungkin bisa dari batasan usia.
Tapi, peraturan ini tidak kaku. Artinya, jika anak itu masih dalam tanggungan orangtua, akan dipertimbangkan.

Dalam Satu Keluarga, Suami-Istri Wajib Punya?


Digabung dengan NPWP salah satu pasangan, atau masing-masing, tak masalah. Kedua pilihan ini tidak memiliki perbedaan dalam pajak terutangnya (besar pajak yang harus disetor ke pemerintah). Sebab, saat penghitungan pajak, penghasilan tetap digabung, atau dibagi secara proporsional, bila memiliki NPWP berbeda (UU PPh tahun 2000).

Bedanya, jika terpisah, masing-masing wajib membuat SPT sendiri. Bila pasangan itu nantinya bercerai, maka mereka bisa mengurus pemisahan NPWP di kantor pajak setempat.

Atau, jika masih lajang Anda sudah memiliki NPWP, maka NPWP ini dapat dipertahankan, alias tak perlu digabung dengan suami.

Jika Tak Berpenghasilan Tetap, Apakah Harus Punya NPWP?


Tak masalah. Laporkan perkembangan keuangan Anda secara transparan dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan). Tulis apa adanya, termasuk ketika pendapatan Anda turun naik.

Bahkan, jika tahun tersebut Anda sama sekali tak punya pendapatan, tulis saja nihil. Tapi, laporan ini akan melalui tahap verifikasi, sebelum disetujui.

Saya Sudah Punya NPWP, Tapi Perusahaan Mengurus Juga Kolektif. Apakah Saya Dipungut Pajak Dua Kali?


Tidak, karena data Anda masih tersimpan di kantor pajak. Tapi, Anda bisa melapor ke kantor pajak untuk menghapus salah satunya. Anda juga tidak perlu mengurus yang baru saat pindah kerja. Seandainya ada perubahan nominal gaji, laporkan saja dalam SPT.

Pada Pertengahan Tahun Mengalami Kebangkrutan, Apakah Di Akhir Tahun Harus Tetap Membayar Pajak?


Laporkan saja kondisi Anda ini kepada otoritas pajak, disertai permohonan untuk menyetop PPh Pasal 25 (Cicilan Pajak Penghasilan) , pajak penghasilan yang disetor per bulan. Permohonan ini akan ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian.

Jadi, berlaku self assessment, artinya tiap wajib pajak harus proaktif melapor, menghitung, dan membayar sendiri kewajiban pajaknya.

Bekerja di Lembaga Internasional Yang Pendapatannya Tak Kena Pajak, Apakah Harus Mengurus NPWP?


Dalam undang-undang perpajakan, kasus seperti ini diatur melalui azas resiprokal atau timbal balik. Pembebasan pajak ini hanya berlaku untuk lembaga-lembaga internasional, yang namanya tercantum sebagai non-subjek pajak.

Daftar nama ini mengacu pada peraturan menteri keuangan. Tapi, hal ini hanya berlaku untuk lembaganya, sedangkan karyawan WNI yang bekerja di situ tetap diharuskan membayar pajak
layaknya warga negara Indonesia yang lain.

Apakah Penghapusan Pajak Terutangnya Juga Termasuk Sebagai Satu Bentuk Kebijakan Sunset Policy?


Kebijakan penghapusan sanksi pajak ini hanya berlaku sekali saja di tahun ini, tepatnya berlaku dari 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2008. Makanya, kami menyebutnya dengan istilah Sunset Policy.

Jadi, yang dihapus adalah sanksi pajak per bulan yang sebesar 2% itu. Tapi, pokok pajak per tahunnya harus tetap dilunasi.

Apakah WNA Juga Merupakan Wajib Pajak?


WNA yang tinggal di Indonesia selama 183 hari berturut-turut, secara otomatis menjadi subjek pajak dalam negeri dan terkena world wide income. Jadi, semua penghasilan dari usaha di luar negeri menjadi objek pajak juga.

Tapi, penghasilan yang sudah dipotong pajak luar negeri bisa dikreditkan atau dikurangkan pada total pajak terutang yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Dengan demikian, tak terjadi double taxation alias pajak berganda.

Jadi, jika suami Anda adalah WNA, suami harus tetap memiliki NPWP, meskipun ia tidak memiliki pekerjaan atau bisnis di Indonesia . Sementara itu, Anda boleh ikut NPWP suami, atau memiliki sendiri.

Saya di Entertainmet, Apa Beresiko Double Taxation? Selain Membayar Lewat Production House (PH), Ada Pula Pajak Perseorangan.


Anda harus meminta bukti dari PH yang memperkerjakan Anda. Jika tidak, Anda tidak bisa membuktikan bahwa potongan tersebut disetorkan kepada negara. Jangan-jangan, malah masuk kantong sendiri.


Sertakan bukti pemotongan tadi dalam SPT Anda, untuk dikreditkan dari pajak terutang yang harus Anda bayar tahun itu. Semua transaksi direkam melalui sistem teknologi informasi canggih. Kalau PH Anda belum menyetor, pasti akan ketahuan.

Serba-Serbi Sunset Policy:


Sunset Policy merupakan bentuk kebijakan pemberian fasilitas perpajakan yang hanya berlaku dari 1 Januari 2008-31 Desember 2008. Bentuk fasilitasnya berupa penghapusan sanksi administrasi perpajakan, berupa bunga sebesar 2% per bulan (Pasal 37 A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Pemerintah sendiri telah memutuskan, program Sunset Policy diperpanjang sampai dengan akhir bulan Februari 2009, yaitu tanggal 28 Februari 2009. Jadi, masyarakat yang belum memiliki NPWP masih ada kesempatan waktu untuk mengurusnya.


Selain terbuka bagi wajib pajak yang telah memiliki NPWP, Sunset Policy ini juga dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak perseorangan yang belum memiliki NPWP.


Berikut langkah-langkahnya:


1. Daftarkan diri untuk memperoleh NPWP secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
   di wilayah tinggal, atau dapat pula melalui e-registration di
www.pajak.go. id

2. Mengisi SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 dan tahun-tahun sebelumnya (sejak memperoleh penghasilan di atas PTKP).

3. Melunasi pajak yang harus dibayar berdasarkan SPT Tahunan PPh ke Bank Persepsi, Bank Devisa Persepsi, Kantor Pos Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

4. Menyampaikan SPT Tahunan PPh yang dilampiri dengan SSP, paling lambat 31 Maret 2009 ke KPP Domisili (KPP tempat wajib pajak terdaftar).

Labels: 3 comments | | edit post
My Mind
Cukup menyebalkan rasanya apabila harus mengawali serta mengakhiri bagian dari hari-hari kehidupan dengan menghadapi sikap apatis, skeptis, narcis, egois, manipulatif, dan tidak korektif dari sejumlah orang yang termasuk dalam kelompok masyarakat generasi tua.

Alur berpikir anak-anak muda yang penuh dengan ide-ide spontan, praktis dan pragmatis, sering kali tidak berdaya guna serta tidak tersalurkan, karena terganjal oleh sikap sulit menerima adanya pandangan-pandangan yang berbeda dengan konsep pemikiran generasi tua, apalagi mereka cenderung lebih ingin didengarkan.

Benturan-benturan komunikasi antara generasi muda dengan generasi tua, kerap kali terjadi karena generasi tua senang sekali menghadirkan anggapan, bahwa generasi muda adalah kumpulan pribadi-pribadi manusia yang belum berpengalaman, banyak menyanggah, serta tidak memahami apa-apa.

Proses pembentukan karakter dan kepribadian yang terjadi atas generasi muda, seakan-akan dipaksa untuk mengikuti konsepsi pemikiran, bahwa kualitas terbaik akan diperoleh apabila kaum muda dapat 100% bersikap respek kepada yang lebih tua, dan mengikuti segenap progress yang ditentukan oleh orang-orang yang lebih dituakan.

Konsepsi berpikir seperti ini, mungkin ada benarnya. Namun, konsepsi ini sering kali tidak dapat dilakukan sepenuhnya selama generasi tua tidak selalu menggeneralisasikan setiap permasalahan yang ada berdasarkan satu sisi cara pandang semata.

Why? Karena pada kenyataannya, justru generasi tua adalah kelompok masyarakat yang sering terjebak dengan alam pemikiran skeptis, tidak fokus dan tidak konsisten dengan pernyataan mereka sendiri, kecuali mereka diingatkan.

Apabila hal ini dibiarkan menjadi bagian dari drama kehidupan generasi muda, dampaknya akan muncul pemikiran ringkas dari kelompok orang yang dituakan, yang menilai kalau kaum muda merupakan pribadi manusia pembangkang.

Penilaian ini, jelas terlalu premature dan bermakna menghakimi keberadaan kelompok kaum muda, apalagi kalau hanya didasarkan pada pemikiran emosional yang muncul karena generasi tua tidak dapat mengendalikan atau menerka alur pemikiran serta gaya hidup kaum muda.

Dalam kondisi sulit tersebut, maka generasi tua akan menghadirkan bantahan-bantahan atau sanggahan-sanggahan yang tidak fair dan tidak terarah, yang pada akhirnya akan membentuk satu opini yang memojokkan posisi serta potensi hidup dari orang-orang muda.

Sesi bertukar pikiran sering kali berakhir anti-klimaks, karena generasi tua justru senang sekali melebarkan topik pembicaraan kearah hal-hal yang tidak berkaitan atau tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dibicarakan, untuk maksud mengalihkan pembicaraan dan menjauhi perhatian kaum muda terhadap alur pemikiran terbatas kelompok masyarakat generasi tua.

Apabila konsep keterbukaan diri untuk menerima pandangan-pandangan benar, tepat guna, tepat sasaran, realistis dan sesuai dengan perkembangan kondisi serta situasi yang ada, maka bukanlah sebuah kesalahan apabila generasi tua berani mengakui kebenaran pandangan generasi muda dan tidak malu untuk meminta maaf kalau memang salah.

Orang-orang yang lebih tua memang lebih sulit untuk mengucapkan kata-kata permohonan maaf kepada orang yang lebih muda. Orang-orang yang lebih tua memang cenderung lebih ingin didengarkan orang yang lebih muda, karena memang begitulah ego dari orang-orang yang lebih muda.

Kenapa begitu? Karena besarnya ego dan adanya pandangan sempit yang melekat dalam diri banyak generasi tua, sesungguhnya telah menghilangkan kepercayaan serta respek orang muda kepada mereka, dimana kondisi tersebut telah menghadirkan perpecahan kedekatan hubungan komunikasi antara orang muda dengan orang-orang yang lebih tua.

Hal ini patut dipikirkan dan dipertimbangkan untuk menjadi pola berpikir baru, apabila ingin mengeliminir berkembangnya debat kusir yang tak perlu terjadi antara generasi muda dengan generasi tua atau pemikiran skeptis yang tidak membuka wawasan serta cara pandang benar terhadap perkembangan kehidupan orang-orang yang lebih muda.

Pada sisi yang lain, ego besar yang melekat dalam diri generasi tua, tanpa mereka sadari, sering kali menjadi penghambat kemajuan dan keberhasilan orang-orang muda.

Generasi muda memang membutuhkan disposisi dari orang yang lebih tua. Namun itu bukan berarti generasi tua berhak menutup telinga dan mata hati mereka untuk mendengarkan pandangan generasi muda, apalagi mengacuhkannya, atau bahkan, pura-pura tidak tahu.

Baiknya pengalaman yang dimiliki generasi tua, seharusnya menempatkan mereka sebagai mentor atau pihak yang mampu mengarahkan generasi muda, dan bukan sebagai pihak yang mintanya harus selalu didengarkan saja, karena memang, belum tentu kebenaran itu seutuhnya milik generasi tua.

Pemaksaan kehendak yang sering diterapkan generasi tua kepada generasi muda, justru dapat menjadi bumerang bagi generasi tua itu sendiri, karena perkembangan jaman menuntut adanya penyelarasan pemikiran dengan perkembangan situasi yang ada.

Artinya, sikap kompromistis, janganlah ditabukan.

Generasi tua memang memiliki andil atas kemajuan generasi muda. Namun generasi tua juga memiliki andil atas rusaknya generasi muda.

Sedikit atau banyaknya yang terserap, generasi tua secara langsung atau tidak langsung, telah mengajarkan korupsi, perilaku tidak kooperatif, adanya tindak pelecehan, amoral, dan diskriminatif, perilaku sadis atau kasar, serta sejumlah tindak atau perilaku lain, yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah menjalani kehidupan yang bermartabat.

Memperhatikan hal tersebut diatas, maka sudah selayaknya pula para generasi tua, tidak menciptakan dan mencoba untuk membenamkan stigma negatif terhadap generasi muda, sebab bagaimanapun, mereka juga bertanggung-jawab atas kehidupan generasi muda, yang kelak akan menjadi generasi tua pula.

Kerjasama dan dukungan generasi tua terhadap generasi muda, akan membangun suatu generasi yang kuat serta tangguh. Pola kerjasama ditujukan untuk mengembangkan pola pikir dan kreatifitas. Sedangan dukungan diberikan bukan untuk menghadirkan sikap manja pada generasi muda, namun agar generasi muda mengerti dan memahami, ketika mereka ingin maju, ada generasi tua yang mendampinginya.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat, terutama untuk menghindari adanya pengkultusan pemikiran yang ingin menyatakan bahwa anak muda adalah kaum pembangkang apabila tidak mendengarkan pola pemikiran generasi tua, karena kondisi itu tidak selalu menjadi pakem yang selalu terjadi apabila generasi tua sendiri tidak memiliki kepedulian dan keinginan mendengarkan orang-orang muda.


.Sarlen Julfree Manurung 
Labels: 3 comments | | edit post
My Mind
Adanya iman kepercayaan kepada Tuhan, telah mendorong setiap orang percaya untuk mengaku, bahwa Tuhan adalah Pribadi yang empunya kuasa untuk mengampuni dosa-dosa manusia.

Pengakuan tersebut masih pula diikuti dengan pernyataan, kalau mereka juga meyakini, Tuhan akan memaafkan kesalahan manusia yang datang memohon pengampunan dosa padaNya, meskipun manusia telah kotor oleh lumpur dosa.

Namun entah mengapa, sejumlah besar anak-anak Tuhan justru terlihat tidak antusias apabila mereka harus bertindak sebagai pribadi yang dapat dengan tulus ikhlas memaafkan kesalahan orang lain yang telah menghadirkan luka dan derita batin, melalui perkataan atau perbuatan yang mendukakan hati.

Hati mereka seakan tidak tergerak untuk mengucapkan kata maaf, baik kepada orang yang langsung meminta maaf atau yang tidak secara langsung meminta maaf, bahkan sulit memaafkan kesalahan orang lain meskipun orang lain tersebut tidak memintanya.

Faktanya, walaupun anak-anak Tuhan sering membaca Firman Tuhan, buku-buku telaah Firman Tuhan atau buku renungan harian yang menuliskan agar manusia dapat memaafkan kesalahan orang lain dengan tulus, serta mengaminkan isi khotbah pendeta dengan perikope yang sama, atau bahkan telah menjawab dengan lantang pertanyaan kesediaan mengampuni kesalahan orang lain dalam Perjamuan Kudus, namun tetap saja, banyak anak-anak Tuhan yang sulit memaafkan kesalahan orang lain dengan tulus.

Bahkan bagi sejumlah anak-anak Tuhan, memaafkan kesalahan orang lain yang telah menghadirkan luka dan derita batin, menganggap hal itu sebagai "bukan harus" dilakukan sebelum rasa sakit yang tercipta, terobati. Terasa berat rasanya kata-kata maaf terucap dengan lancar dari mulut. 

Tuhan saja mau memaafkan kesalahan kita, kenapa kita sulit memaafkan kesalahan yang diperbuat orang lain kepada kita?

Dengan sulit mengungkapkan kesediaan diri untuk memaafkan kesalahan orang lain, apakah kita ingin menghadirkan otoritas yang sama dengan Tuhan, yaitu menjadi pribadi yang berhak mengampuni serta menghakimi sesama manusia?

Oleh karena tidak senang dan merasa telah disakiti, sejumlah anak-anak Tuhan bahkan memilih untuk tidak bersedia mengucapkan kata maaf kepada orang yang telah menciptakan luka serta derita batin.

Kenapa sulit memaafkan?

Pertama

Seseorang yang mengalami derita batin karena telah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan atau tidak adil dari orang lain, akan membangun dinding sikap bermusuhan.

Adapun bentuk dinding sikap bermusuhan tersebut diwujudkan dengan : menjaga jarak, memutuskan rantai pertemanan, dan menutup/mengurangi akses komunikasi dengan orang yang telah menghadirkan luka batin, dengan alasan, untuk mempertahankan posisi, integritas dan eksistensi di depan orang lain, kestabilan emosi atau nama baik.

Kedua

Memaafkan cenderung dikonotasikan sebagai sebuah tindakan berani untuk melupakan atau mengingkari adanya perbuatan salah yang telah dilakukan orang lain.

Bagi sejumlah orang, melupakan begitu saja suatu perbuatan atau pernyataan yang membuat diri ini merasakan hati yang terluka, bukanlah sebuah keharusan moral, bukanlah sebuah tindakan fair, dan tidak otomatis menyembuhkan derita yang telah dihadirkan orang lain tersebut.

Ketiga

Karena amarah telah menciptakan dendam dan upaya-upaya protektif diri (seperti yang disebutkan pada point pertama diatas), dimana keadaan itu lebih mendominasi akal serta alam pikiran.

Dalam hal ini, meskipun seseorang mengerti, memahami serta merasakan indahnya makna kasih, akan tetapi, oleh karena adanya rasa sakit lebih melingkupi hati dan perasaan, seseorang tersebut tidak memperdulikan adanya kasih, sehingga yang putih dapat menjadi hitam, dan yang hitam, dianggap lebih layak menjadi putih.

Secara tidak langsung, seseorang tersebut telah menambahkan atau mengganti literatur makna kasih yang sesungguhnya.

Apabila dikaitkan dengan prinsip keimanan, maka, tindakan memaafkan merupakan upaya "memaksa" agar dilakukan. Adanya prinsip "memaksa" dalam memaafkan kesalahan orang lain tersebut, terdeskripsikan karena memaafkan kesalahan orang lain merupakan "perintah" Tuhan.

Ketika kata "maaf" sulit untuk diucapkan, itu terjadi karena seseorang yang mengalami luka dan derita batin oleh perbuatan atau pernyataan tidak menyenangkan dari orang lain, menganggapnya sebagai sebuah beban.

Beban tercipta karena seseorang yang berada pada posisi telah disakiti orang lain tersebut, harus mengingkari adanya kesalahan yang telah membuat dirinya mendapatkan luka dan derita batin, dengan menghadirkan suatu anggapan bahwa luka serta derita batin yang telah membuat dirinya tersakiti, tidak perlu diingat-ingat lagi.

Artinya, dengan memaafkan kesalahan orang lain, kita telah berusaha sekuat tenaga untuk mendamaikan hati dan diri kita, agar segenap amarah, rasa kecewa, serta perasaan diperlakukan tidak adil, tidak lagi mendominasi pikiran, meskipun tidak ada keharusan bagi kita, untuk melupakan begitu saja kesalahan yang telah diperbuat orang lain tersebut.

Jelas, ini bukanlah perkara yang mudah namun harus dilakukan apabila kita benar-benar berpegang pada perintah Tuhan.

Kesulitan terbesar untuk memaafkan kesalahan orang lain, memang ada pada upaya untuk mereduksi segenap perasaan tertekan dan adanya kebencian yang berkecamuk di dada oleh karena amarah, rasa kecewa, dan perasaan telah diperlakukan tidak adil, menjadi sebuah keinginan baik (memaafkan) dan tidak lagi memfokuskan kesalahan atau perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukan orang lain, sebagai sebuah tindakan sulit yang harus dilakukan.

Bagaimana agar tidak terasa sulit untuk memaafkan orang lain?

Well, konsepsi pertama yang harus kita ingat adalah : tindakan memaafkan orang lain merupakan bagian dari menyatakan kasih, yaitu kepada orang yang telah kita anggap musuh atau orang yang telah kita anggap bersikap bermusuhan dengan kita.

Artinya, kita telah menjalankan perintah Tuhan, untuk menyatakan kasih kepada semua orang, yaitu menyatakan kasih kepada orang yang telah membuat hati kita terluka, dengan memaafkannya.

Kita mengerti, tahu, dan memahami, bahwa Tuhan telah memerintahkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain. Tuhan sendiri telah pula memberikan contoh nyata, dimana kita bisa mencontohnya. Dalam hal ini berlaku keadaan : kita memaafkan kesalahan orang lain agar Tuhan juga memaafkan kesalahan-kesalahan kita.

Berpikir positif merupakan salah satu elemen penting yang membuat kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, meskipun kita tahu, orang lain tersebut telah membuat kita mengalami luka dan derita batin.

Kenapa kita harus berpikir positif?

Sebab dengan berpikir positif, kita dapat melanjutkan hidup kita tanpa kita sendiri harus memikul beban, dan memiliki dendam yang melingkupi hati serta pikiran kita.

Beban dan dendam, yang terangkum dalam aroma kebencian kita pada seseorang, pada dasarnya dapat merusak persepsi kita, tentang bagaimana kita harus bersikap kepada orang lain, dan bagaimana cara kita menyikapi makna kehidupan beserta keindahan yang bisa kita nikmati tanpa harus menyertakan adanya amarah didalam diri kita.

Memang tidaklah mudah untuk mematahkan segenap derita, rasa sakit serta kebencian yang membara di dada, dengan tindakan tidak menghakimi orang lain karena perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukannya (yang sesungguhnya tidak perlu terjadi).

Dalam hal ini, sikap toleransi kita kembangkan kepada orang yang menyebabkan kita menghadapi kondisi tidak pasti yang hadir setelah rasa sakit hadir ke permukaan.

Ada baiknya pula apabila kita memposisikan diri kita sebagai orang yang membutuhkan orang lain memaafkan kesalahan kita, namun kita harus menerima kenyataan, bahwa kata maaf itu tidaklah mudah kita dapatkan. Apakah kondisi ini dapat kita terima? Tentu saja tidak.

Memaafkan memang sama artinya kita harus bisa melupakan dan tidak lagi mengingat-ingat kesalahan atau perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukan orang lain pada kita.

Mungkin kita membutuhkan waktu untuk melakukannya. Namun tidak ada salahnya, kalau kita memikirkannya untuk tidak menunda-nunda melakukannya.

Awalnya memang tidak mudah, karena sisi kemanusiaan kita yang dilingkupi oleh rasa benci dan amarah, akan cepat menolak untuk memaafkan.

Namun, apabila kita segera menyadari, bahwa memaafkan kesalahan orang lain itu perlu dan harus, itu sama artinya, kita telah mengurangi 2 masalah : menghapus rasa benci dalam diri kita, serta memperbaiki hubungan yang retak dengan orang lain.

Why we must do that?

Sia-sia saja kita percaya pada Tuhan kalau kita masih menyimpan dendam didalam hati kita dan membiarkan diri kita memendam amarah yang terpicu oleh kebencian atau rasa tidak senang karena orang lain telah membuat hati kita terluka, karena Tuhan tidak menentukan kita hidup dengan cara demikian.

Pesan indah yang ingin disampaikan dalam artikel ini : memaafkan kesalahan orang lain itu memang sulit, tapi kita harus melakukannya, karena itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.

Maafkanlah kesalahan orang tulus...
 
Semoga tulisan ini menggugah rekan-rekan untuk membuka pintu maaf kepada orang yang telah berbuat salah, baik diminta atau tanpa diminta, dengan tulus tentunya.


Tuhan Yesus memberkati kita semua.


.Sarlen Julfree Manurung
My Mind

ISI HATI KU


mentari terlelap di atas bukit

kurasakan ada secercah harapan disana

ingin menari aku di antara lembayung cinta

ingin terhampar aku di antara getar-getar asmara

di antara kesunyian dan temaram bintang-bintang,

yang larut bersama senyum manis bidadari,

dalam hatiku…


senja yang berlanjut malam,

namun hatiku tak ingin kelam

karena ada rembulan yang menemani ku

rembulan yang sinarnya hanya aku yang mampu membacanya

meski rusuh dan susah hatiku…


ketika membuai, niscaya warna hatiku berubah

karena aku adalah ilalang yang kadang terlena

terpaku kala tak berhembus angin

bergerai kala ada cinta yang menerpa


waktu terus berdetak,

dan aku pun menginginkan ia

karena hasrat ku pun tak ingin hanya diam

meski alur yang kucari belum dapat ku raih,

meski masih ada arah yang ingin aku gapai


sukma jiwa ku

ku harap engkau tau,

bahwa masih ada harapan di depan sana

karena apa yang ku pikirkan,

kadang…

tak seindah yang aku harapkan…


ingin ku pacu keindahan itu bersamamu

menapaki hari-hari, melalui sang waktu

bersamamu, denganku

dalam sisi hati yang sama

karena kamu pun tau, siapa aku


tersenyumlah adinda…

tertawalah, kasih…

jangan biarkan keceriaan itu sirna dari wajahmu,

karena aku pun tak ingin melaluinya dalam ratap dan termenung,

bersamamu…

Labels: 0 comments | | edit post