My Mind
PENYESALAN SEORANG ALUMNI



Bravo Kepolisian Republik Indonesia...!!! Balita Raisya Ali, putri dari seorang ketua HIPMI yang diculik sekitar 10 hari lalu, telah berhasil ditemukan dengan selamat.

Sebuah sistematis kerja yang teramat baik telah dilakukan oleh kepolisian negeri ini sehingga siapa sesungguhnya para pelaku penculikkan tersebut dan dimana letak korban penculikkan disembunyikan, dapat segera diketahui keberadaannya.

Kerja keras mereka untuk membongkar sejumlah kasus penculikkan yang belakangan ini marak terjadi adalah sebuah kerja keras yang patut kita hargai.

Akan tetapi, terbongkarnya peristiwa penculikkan tersebut juga membawa kabar atau berita yang tidak menyenangkan, karena para pelaku penculikkan adalah sejumlah pelajar sekolah dan alumni pada sekolah yang sama.  Nama sekolah tersebut adalah SMAN 35, Bendungan Hilir - Jakarta Pusat.

SMA tersebut adalah SMA aku dulu. Aku adalah alumni dari sekolah tersebut, lulus pada tahun 1993 dari kelas III A2. 2 atau kelas III Bio.2.

Sebagai salah seorang alumni, saya menyesalkan keterlibatan para siswa tersebut, apapun alasannya. Sebagai seorang siswa yang terdidik dan taqwa kepada Tuhan YME, seharusnya mereka tahu dan sadar bahwa tindakan mereka itu adalah sebuah perbuatan yang salah.

Pemeriksaan kepolisian menyebutkan bahwa mereka telah mengaku terlibat dalam perbuatan penculikkan tersebut karena rasa solidaritas ingin membantu pembimbing Rohis mereka di musholla sekolah SMAN 35 yang sedang mengalami masalah keuangan oleh karena memiliki utang.

Tindakan tersebut seharusnya tidak mereka lakukan...

Sebuah perbuatan solidaritas sebaiknya tidak diartikan sebagai sebuah tindakan kebersamaan untuk mendukung teman yang sedang kesusahan dengan melakukan berbagai cara atau tindakan/perbuatan.

Apalagi secara sadar mereka tahu bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu adalah sebuah tindakan/perbuatan yang salah, baik di mata hukum negara, maupun di mata agama.

Sangat disesalkan bahwa sebagai seorang pelajar dan orang yang percaya kepada Tuhan, ketiga siswa SMAN 35 tersebut tidak berpikir panjang terlebih dahulu sebelum mereka terlibat dalam perbuatan yang cukup membuat malu : tidak hanya dirinya sendiri, orang tua dan keluarga besar mereka, nama baik sekolah tempat mereka menuntut ilmu, serta para alumni sekolah tersebut.

Secara tidak langsung, mereka juga mencoreng agama Islam yang saya yakin tidak mengajarkan sebuah tindak penculikkan untuk mendapatkan sejumlah materi.

Dikatakan demikian, karena berdasarkan pemberitaan di sebuah koran, diketahui bahwa alasan mereka turut terlibat dalam peristiwa penculikkan yang juga membuat Presiden dan Wakil Presiden geram, karena mereka mengatas-namakan tindakan tersebut sebagai bagian dari upaya mereka untuk berjihad.

Apakah Islam mengajarkan membolehkan tindakan penculikkan untuk mendapatkan sejumlah uang tebusan sebagai sebuah upaya jihad? Saya rasa tidak.

Memalukan, sungguh memalukan. Mereka memiliki akal pikiran akan tetapi mereka tidak menggunakannya secara jernih untuk membantu mencari jalan keluar masalah yang sedang dihadapi temannya sebagai suatu bentuk solidaritas.

Sekali lagi memalukan karena mereka menggunakan alasan agama untuk memalukan suatu perbuatan yang agama sendiri tidak mengajarkan atau mengharamkannya.

Mereka punya iman, mereka punya otak... akan tetapi kedua hal tersebut tidak mereka pergunakan.

Sebagai alumni lulusan tahun 93 SMAN 35, saya secara pribadi menyesalkan tindakan tersebut mereka lakukan. Sekali lagi, apapun alasannya, tindak penculikkan untuk maksud apapun adalah perbuatan yang salah...

Saya berharap, para adik-adik saya yang masih menimba ilmu di SMAN  35, tidak mencontoh perbuatan buruk tersebut, serta perbuatan-perbuatan buruk lainnya.

Saran saya untuk para adik-adik pelajar :
1.  Selama kalian masih belajar dan menuntut ilmu di sekolah, belajar lah sebaik-baiknya, agar kalian pintar dan dapat membedakan mana perbuatan yang baik serta mana perbuatan yang tidak baik.

2.  Berpikirlah panjang sebelum bertindak. Untuk dan atas nama apapun, tindakan kejahatan (termasuk perkelahian sesama pelajar yang bermaksud menciderai atau menyakiti sesama pelajar) adalah sebuah tindakan salah dan tidak akan membawa manfaat apapun kepada kalian.

3.  Apabila kalian ingin memperdalam ilmu agama, belajar lah kepada guru-guru agama = alim ulama, pendeta, guru agama di sekolah - yang memiliki kompetensi baik atau kepada orang-orang yang memang benar-benar memiliki kemampuan serta pengetahuan agama dengan sangat baik.

Khusus kepada adik-adik ku di SMAN 35 : pergunakan waktu kalian semaksimal mungkin untuk belajar...belajar...dan terus menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Gunakan logika dan akal pikiran kalian sebelum kalian melakukan kegiatan yang tidak terkait dengan pelajaran di sekolah atau kegiatan olahraga.

Ingatlah... Segala perbuatan yang dilakukan dengan sia-sia, dimana perbuatan tersebut membuat diri kalian tidak bisa berkembang atau tertinggal dari yang lain, akan meninggalkan sebuah penyesalan yang tak akan pernah ada habisnya.

Atas nama pribadi, sekali lagi saya nyatakan bahwa saya menyesali tindakan para siswa dan alumni SMAN 35 yang terlibat secara langsung atau tidak langsung atas peristiwa penculikkan balita Raisya Ali, apapun alasan yang mereka sampaikan sehingga mereka harus melakukan hal tersebut.

Dan saya juga berharap kepada teman-teman yang masih tercatat sebagai siswa/i SMAN 35 tidak melakukan tindakan bodoh seperti yang telah dilakukan ketiga teman mereka beserta 2 alumni tersebut, maupun tindakan bodoh lainnya.

Jadilah pelajar yang baik... Guru dan orang tua kalian berharap kalian memiliki masa depan yang cerah. Berpikir dan bertindaklah keras untuk mewujudkannya. Jangan sia-siakan waktu kalian untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.

Demikian dari saya...


Salam saya,


.Sarlen Julfree
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
MELAYANI TUHAN DENGAN CARA-CARA SEDERHANA
Kita Juga Bisa Menjadi Pelayan Tuhan



"Lalu Ia berkata kepada mereka, 'Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu
tidak percaya?" (Markus 4:40)

Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak
ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.   (Lukas 21 : 15)



PENCERAHAN AWAL

Banyak orang Kristen yang memiliki pendapat atau pola pemikiran, apabila  mereka ingin
bekerja menjadi pelayan Tuhan, mereka baru bisa memulainya dengan terlebih dahulu
menjadi seorang Pendeta.

Sungguh, pola pemikiran seperti ini merupakan sebuah pola pemikiran yang terlalu sempit
dan keliru sekali...

Apabila kita diminta untuk melakukan tugas pelayanan dengan melayani di ladang Tuhan,
terkadang otak kita cepat sekali membuat serta menyampaikan sejumlah alasan yang dianggap cukup realistis dan dapat diterima orang lain, agar beban tugas pelayanan tersebut tidak dilimpahkan kepada kita.

Bahkan ada sejumlah orang yang secara terang-terangan membuat pernyataan bahwa tugas
melayani sebagai pelayan di ladang Tuhan, bukanlah bagian dari tugas yang harus
dilakukannya selama Tuhan masih memberikan nafas kehidupan kepada mereka.

Sekali lagi, bila itu yang ada dalam benak kita, maka itu merupakan pola pandang serta pola berpikir yang terlalu sempit dan keliru sekali...

Memang harus diakui, melakukan tugas pelayanan di ladang Tuhan tidaklah mudah. Hal
terberat dan sering kali dianggap menjadi batu ganjalan bagi seseorang untuk melaksanakan
niat tulus menyampaikan kabar baik yang datangnya dari Tuhan Yesus Kristus, yaitu :
1. kurangnya kemampuan untuk mengingat bagian-bagian dari Firman Tuhan, serta
2. kurangnya rasa percaya diri.

Sebuah kata bijak berkata : "Sebelum mencoba, janganlah bicara...", merupakan jawaban yang cukup tepat untuk mengeliminir kedua point keberatan diatas diatas.

Padahal, kalau kita mau berpikiran kreatif dan inovatif, untuk menjadi pelayan Firman Tuhan, kita bisa memulainya terlebih dahulu dengan cara-cara yang sederhana, yaitu dengan
melakukan berbagai bentuk kegiatan atau aktivitas yang lazim kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari.

Kita pun dapat melakukannya dengan cara mengucapkan kata-kata baik, sopan, ramah, dan juga jujur, kepada orang lain.

Dengan kata lain bisa dikatakan, kita bisa memulai langkah kita untuk menjalankan tugas
sebagai pelayan Firman Tuhan, dengan cara : Bersikap yang benar, melakukan segala sesuatu dengan tulus, dan berkata-kata dengan penuh kejujuran serta penuh kasih.

Kita harus bisa menjaga agar pikiran kita tidak bercemar. Lalu kita harus bisa menjaga
agar perkataan yang keluar dari mulut kita, isinya tidak selalu berisikan ucapan-ucapan
yang mengagung-agungkan segenap kemampuan serta potensi diri yang ada pada diri kita,
di depan atau kepada orang lain.

Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.  
(II Timotius 2 : 16)

Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur
dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.  (Titus 2 : 7)

Kesimpulan kecilnya : kita tampilkan dahulu secara nyata siapa dan bagaimana sesungguhnya pribadi anak-anak Tuhan yang sebenar-benarnya serta sebaik-baiknya.

Itu sama saja kita melakukan atau menyatakan KASIH kepada orang lain karena KASIH akan nampak nyata terlihat di dalam perbuatan. That is true...

"Sesungguhnya, perbuatan dapat berbicara lebih keras apabila dibandingkan dengan kata-kata semata..."  

Apabila kita mampu melaksanakan pola hidup demikian, maka kita tidak perlu lagi memiliki
cara pandang bahwa untuk melakukan tugas pelayanan akan Firman Tuhan, kita harus mengikuti berbagai bentuk pendidikan formal tentang Firman Tuhan.

Mengikuti pendidikan formal akan Firman Tuhan, untuk kepentingan dan maksud tertentu,
memang perlu dan harus untuk dilakukan. Alasannya, agar kita memiliki arah yang benar dan
tepat dalam menyampaikan Firman Tuhan. Tapi itu bukan berarti kita harus melakukannya.

Kita dapat menggantikan fungsi pendidikan formal tersebut dengan banyak membaca buku-buku rohani, banyak mendengarkan khotbah pendeta dan mencatat point-point penting yang disampaikannya, serta banyak melakukan sharing tentang Firman Tuhan.

Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.  
(I Timotius 6 : 6)


MELAYANI DENGAN CARA SEDERHANA

Sesungguhnya, kita bisa bersaksi tentang Kristus kepada anggota keluarga kita, orang-orang
di sekeliling kita, atau orang kepada lain yang tidak kita kenal, bukan dengan berbicara
secara terbuka tentang kebaikan Tuhan (melalui khotbah atau bentuk ceramah), namun bisa
pula dengan cara menampilkan citra seorang anak Tuhan yang hidup baik dan benar.

Perbuatan seperti itu sudah menjadi bagian dari pelayanan kepada Tuhan. Karena untuk
menyampaikan sebuah kesaksian tentang kebaikkan dan Kasih Tuhan kepada kita, we can do it that with natural touch... (menyampaikan dengan apa adanya).

Berdasarkan realita kehidupan iman yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, pada
satu waktu tertentu, memang perlu menyediakan sebagian waktu kita khusus untuk
"menginjili" orang lain, karena menyampaikan sukacita dari Allah itu merupakan sebuah
keharusan atau ketentuan yang mutlak kita lakukan selama kita masih memiliki nafas
kehidupan.

Kita dapat melakukannya dalam bentuk menyediakan sebagian waktu kita untuk selalu
berhubungan dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita. Kita harus
menjaga pola komunikasi kita dengan orang-orang di sekitar kita.

Adapun tujuannya, agar kita dapat berbagi secara langsung di dalam KASIH dan sukacita yang kita terima dari Tuhan, dengan yang sewajarnya, sebenarnya, serta seharusnya.

We can share our thoughts, share our happines, share our sorrows... because
it's so natural...

Dalam menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang di lingkungan di sekitar kita
tersebut, kita dapat sharing dengan mereka. Kita dengarkan curahan hati mereka. Kita
buat diri kita menjadi pihak yang bisa mendengarkan segala keluh kesah orang lain dan
mencoba memberikan solusi melalui berkat-berkat yang telah kita terima dari Tuhan.

Kita bisa mendengarkan mereka, karena memang, dengan menjadi seorang pendengar yang baik, sedikitnya kita bisa membantu mereka untuk memberikan kelegaan atas segala penat yang mereka rasakan.

Ingatlah pada sebuah pepatah yang mengatakan :
"People don't care how much you khow until they know how much you care..."

Terkadang, kita terlalu bersemangat untuk berkelut dengan diri kita sendiri sampai kita
lupa memperhatikan bagaimana dengan kehidupan, keadaan, atau perkataan orang lain.

Keadaan seperti ini membuat kita pada kondisi-kondisi tertentu, hanya mau mendengarkan
orang-orang tertentu saja : orang-orang yang kita sayangi, kita kenal, atau mereka yang
benar-benar perduli dan tulus dengan kita.

Sometimes, everybody do that… Tapi itu bukanlah pola dan cara yang benar. Tuhan tidak
pernah mengajarkan kita bersikap seperti itu. Itu bukanlah ungkapan KASIH, karena KASIH
itu tidak pernah mengajarkan kita untuk memperhitungkan sesuatu atau menganggap sesuatu yang baik hanya dari orang-orang tertentu saja.

Kebenaran akan Firman Tuhan itu bisa kita dapatkan, kita dengar, dan juga dapat kita
sampaikan dari siapa saja serta kepada siapa saja, dengan maksud serta tujuan untuk
memuliakan nama Tuhan dan menyatakan Firman Tuhan dalam KASIH.

Dengan kata lain bisa dikatakan, bahwa kita sebaiknya tidak menciptakan sebuah  komunikasi yang sifatnya searah semata, dimana kita hanya mau didengarkan namun tidak mau mendengarkan.

If He is in our life, if He is in us, then we can love them like He loves us...


TALENTA

Setiap orang memiliki talenta. Talenta yang dimiliki seseorang belum tentu sama dengan
talenta yang dimiliki orang lain. Karena talenta merupakan suatu kemampuan "special" yang
Tuhan berikan kepada kita agar dapat kita pergunakan untuk memuji, memuliakan, dan
menyampaikan kabar baik yang nyata serta ada di dalam Yesus Kristus.

Pada dasarnya, ada sejumlah bentuk talenta yang dapat digunakan untuk bekerja menjadi
pelayan di ladang Tuhan. Beberapa diantaranya : sebagai seorang pendoa, sebagai seorang
singer (penyampai puji-pujian kepada Tuhan), sebagai penulis, dll.

Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan berbagai macam talenta yang ada pada kita. Dan
Sangat besar kemungkinan, berbagai talenta itu, bisa juga kita pakai melayani dalam
pelayanan untuk menyampaikan kabar baik yang nyata dan ada di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Seseorang yang diberikan Tuhan talenta sebagai pendoa, dapat memanfaatkan talentanya itu
untuk mendoakan orang sakit, untuk menjadi pendoa syafaat, untuk menjadi pendoa pada saat akan dilakukan ibadah sektor atau bahkan ibadah di Gereja, dll.

Seorang singer dapat memanfaatkannya sebagai pemimpin puji-pujian atau anggota singer di
Gereja, sebagai anggota paduan suara, sebagai penyampai puji-pujian secara solo, dll.

Seorang yang mendapatkan talenta sebagai seorang penulis dapat memanfaatkan talentanya itu untuk membuat berbagai bentuk karya tulis (baik itu berbentuk buletin, artikel, puisi,
atau bahkan sebagai seorang penulis buku).

Talenta itu adalah berkat dan karunia dari Tuhan. That is a gift, that is a bless from Him to us. Sekarang, tergantung pada bagaimana kita menggunakan talenta yang kita miliki untuk menyampaikan kabar baik dan memuji serta memuliakan nama Tuhan.


THE LAST

Untuk bekerja sebagai pelayan Firman Tuhan, memang tidak mengharuskan setiap orang yang ingin aktif melakukan tugas pelayanan, memiliki latar belakang pendidikan teologia. Kita bisa melakukannya secara natural dan memulainya dengan cara-cara yang sederhana.

Adapun cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan
menunjukkan sifat serta sikap yang mencerminkan kepribadian sebagai anak-anak Allah, yang dapat diwujudkan dengan suka melakukan perbuatan KASIH.

Salah satu contohnya, yaitu dengan membuka diri kita untuk mau dan bisa menjadi teman
sharing atau curhat, dimana kita bisa menjadi seorang pendengar yang baik dan setia bagi
orang-orang yang sedang berbeban berat.

Ketika hal-hal sederhana sudah bisa kita lakukan, kita dapat mengembangkan bentuk
pelayanan kita dengan memanfaatkan talenta yang kita miliki.

Talenta membuat bentuk pola pelayanan Firman Tuhan yang ingin kita lakukan menjadi
lebih spesifik dan cenderung lebih mengena (apabila dikaitkan dengan besaran jumlah
orang yang mendapatkan atau merasakan pelayanan yang kita lakukan).

Memperhatikan itu semua, maka bisa dikatakan bahwa tugas melayani dalam pelayanan akan Firman Tuhan merupakan sebuah tugas yang bisa dilakukan siapa saja karena hal tersebut (melayani dalam pelayanan di ladang Tuhan) dapat dilakukan dengan cara-cara yang sederhana, dimana kita hampir selalu melakukannya dalam perjalanan kehidupan masing-masing kita.



Jakarta, August 13, 2007
Time : 21.05 PM

- Sebagian dari tulisan ini, ada yang dikutip dari blog multiply milik Christianity dengan
ID Callmefay, dengan judul CURHAT-ku, dan diolah kembali untuk menjadi satu tulisan baru.


My Mind
DeritaNya, Keselamatan Bagiku
By :  Sarlen Julfree Manurung



Dalam kerinduan 'tuk selamatkan manusia...
Tertatih kaki lemah melangkah
Lusuh Ia, teramat lelah sudah...
Berjalan dengan tubuh penuh ruam luka sesah,
Dan mahkota duri masih tertancap di dahiNya

Derita harus dihadapiNya...
Hingga peluh menetes deras bercampur darah...
Karena harus melangkah, meniti satu arah
Menuju tanah kematian, para pendosa...

Nestapa tiada terkira...
Diantara hina, tawa, dan caci maki para durjana  
DipanggulNya beban dosa anak-anak yang dikasihiNya
Bahkan terjatuh Ia, dihempaskan Ia...
Terpuruk, seakan Ia bukan Anak Raja

Teraniaya hebat Ia...
Ketika luka sesah tak juga mengering,
Tubuh itu masih di dera sengsara...
Di paku pasak, tangan dan kakinya
Diberi asam Ia, kala haus melanda...
Diperlakukan hina, menahan sakit teramat sakit
Merana menggantung, disalibkan...
Kepedihan, kesakitan...
Menderita hingga mati dalam sengsara...

Ringkih melihatnya...
Pilu hati membayangkan...
Karena kita, ulah kita, jahat kita
Itu semua harus dilaluiNya...
Agar Firman Bapa digenapi,
Dan tabir pintu surga terbuka,
Menerima hadirnya kita...



- Jakarta, August 13, 2007
- Time  : 19.30 WIB

===
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
PILKADA DKI JAKARTA : KESUKSESAN DIBALIK BANYAKNYA GOLPUT
Oleh : Sarlen Julfree Manurung

10-Aug-2007, 05:53:26 WIB - [www.kabarindonesia .com]
 
KabarIndonesia - Wuuiiihhh... akhirnya nyoblos juga. Upaya penyaluran aspirasi masyarakat Jakarta untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur baru, tanggal 8 Agustus 2007 kemarin telah dapat dilaksanakan dengan baik. Bisa dikatakan, pelaksanaan pilkada kemarin tidak dilalui dengan adanya gangguan keamanan yang dapat mengganggu proses pelaksanaan pilkada.

Ketika noda tinta celup di jari (tanda telah berpartisipasi dalam pilkada) masih belum luntur seluruhnya, hasil penghitungan sementara surat suara telah menunjukkan siapa yang lebih banyak didukung warga Jakarta menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur untuk masa  pemerintahan 5 tahun mendatang.

Bahkan kemarin pagi ini, telah banyak pihak yang berani menyatakan bahwa hasil hitung cepat yang mereka lakukan sudah merupakan hasil final, dimana pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto adalah pemenang pilkada yang baru pertama kali dilakukan secara langsung.

Bila diperhatikan, meskipun belum usai, hasil perhitungan mereka memang tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan yang dilakukan KPUD DKI Jakarta.

Hasil pemantauan pribadi yang dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2007 sore hari di sebuah kelurahan di Jakarta Timur juga menunjukkan hal yang tak jauh berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh pihak-pihak yang melakukan perhitungan secara cepat, maupun atas hasil sementara yang dikeluarkan KPUD DKI Jakarta.
 
Memang masih ada 200 lebih kelurahan di Jakarta. Kemenangan yang diperoleh dalam satu wilayah kelurahan, bukan berarti jaminan bahwa hasil yang didapatkan merupakan  representasi untuk seluruh kelurahan  yang ada di Jakarta.

Perhitungan yang benar memang berdasarkan tabulasi surat suara yang dilakukan oleh KPUD DKI Jakarta. Namun bisa di bilang, apabila salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tersebut menguasai 150 lebih kelurahan dengan prosentase kemenangan sangat mencolok, maka bisa dipastikan pasangan calon tersebut telah menjadi pemenang dalam pilkada tersebut.

Akan tetapi, informasi yang diperoleh dari Harian Surat Kabar KOMPAS hari ini telah menunjukkan bahwa kemenangan Fauzi Bowo memang terjadi untuk seluruh wilayah kotamadya yang ada di Jakarta. Entah, apakah hasil perhitungan tersebut, apakah telah memasukkan wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu atau tidak.

Pilkada kali ini memang merupakan pilkada pertama yang dilakukan secara langsung. Jadi proyeksi kemenangan salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur memang menarik untuk diikuti.

Meskipun sempat ada berita-berita yang menyebutkan adanya "serangan fajar" di beberapa lokasi, tetap saja pelaksanaan pilkada dapat terus dilaksanakan. Berita di Harian Surat Kabar Indo Pos pada tanggal 7 Agustus 2007 mengungkapkan adanya upaya serangan fajar yang dilakukan sejumlah orang.
 
Satu hal yang menarik lainnya, pada pagi hari tanggal 8 Agustus 2007, ditemukan selebaran yang mengatas namakan BEM Jakarta Raya, dimana isinya mencoba untuk mempengaruhi suara rakyat dalam menentukan pilihannya.

Upaya berbentuk serangan fajar dan kampanye mempengaruhi masyarakat secara gelap, memang merupakan pernak-pernik yang selalu terjadi dalam kegiatan kampanye pemilihan umum.

Bagaimana dengan golput?
 
Golput? Rugi banget kalau harus golput. Golput bukanlah sebentuk pemikiran dan perbuatan bijaksana.

Golput tidak mengajarkan seseorang untuk hidup bertanggung- jawab, terutama atas kemajuan berbagai program pembangunan dimana seseorang itu tinggal dan menetap pada suatu wilayah.

Pilkada merupakan sebuah fase awal. Fase lanjutannya adalah pelaksanaan berbagai program rencana pembangunan yang dipersiapkan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih.

Sangat disesalkan pula apabila pada hari pencoblosan, ada sejumlah warga Jakarta yang lebih memilih untuk "menghindar" dengan pergi ke kota Bandung, ke kawasan Puncak, ke kota Bogor, ke pusat-pusat hiburan, atau malah nongkrong di berbagai mall yang ada di seputar Jakarta, dibandingkan pergi ke TPS untuk berpartisipasi memberikan suara dalam pilkada.

Menghindar agar tidak ikut mencoblos merupakan bentuk tipikal pemikiran orang-orang bodoh, atau orang yang sedang mencoba untuk membodohi diri mereka sendiri.

Bentuk-bentuk kebodohan lain dinyatakan pula dengan penyampaian sejumlah alasan yang kesannya sangat dicari-cari. Beberapa alasan itu diantaranya :
1. Malas, karena terlambat bangun tidur atau alasan malas lainnya.
2. Adanya pemikiran idealisme.
3. Merasa pasangan yang ada tidak sesuai dengan hati nurani.
4. Kurangnya pilihan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
5. Dll.
 
Sejumlah alasan diatas merupakan bentuk representasi dari pola pemikiran orang-orang yang setengah hati mau menjadikan wilayah tempat diri mereka bermukim menjadi lebih baik.

Permasalahan terbesar yang terkait dengan golput dalam pilkada DKI Jakarta kemarin adalah banyaknya warga Jakarta yang "terpaksa" golput karena nama mereka justru tidak tercatat dalam daftar pemilih tetap.

Padahal, banyak warga kota Jakarta yang ingin memberikan respon positf atas pelaksanaan pilkada namun mereka tidak dapat memilih karena nama mereka tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap.

Jawaban bahwa ada masalah administrasi dalam pembuatan daftar pemilih merupakan sebuah jawaban yang terlalu mengada-ada.
 
Bisa di bilang, jawaban seperti itu sangat mengesankan kalau pembuatan dan pemasukkan (data entry) calon pemilih tetap pilkada kemarin, dilakukan oleh orang-orang pemalas karena nampaknya data calon pemilih pilkada merupakan data yang diambil dari pemilu tahun 2004 yang lalu atau yang sejenisnya (data jadul).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pengakuan sejumlah warga kota Jakarta yang memiliki KTP Jakarta, yang mengatakan bahwa mereka tidak merasa telah di data untuk menjadi pemilih tetap dalam pelaksanaan pilkada kemarin.

Berdasarkan pengakuan langsung sejumlah ketua RT juga didapatkan pengakuan bahwa sejumlah nama yang tercantum di dalam daftar pemilih tetap di wilayah mereka, keberadaannya sudah tidak masuk lagi dalam lingkup Rukun Tetangga mereka karena telah pindah rumah atau telah meninggal dunia.

Oleh karena tindakan atau langkah-langkah tersebut, jumlah mereka yang terpaksa golput tersebut mencapai kisaran 25 - 33 % dari total 5,7 juta pemilih yang berhak untuk memilih. Suatu keadaan yang cukup mengkhawatirkan.

Sebagai ibukota negara, sebagai sebuah kota metropolitan, seharusnya hal itu tidak perlu terjadi.
 
Seharusnya Jakarta sudah memiliki atau menerapkan sistem manajemen pengelolaan data administrasi masyarakat yang lebih tertib, terintegrasi, up to date, dan lebih tertata.

Angka 33 % dari 5,7 juta pemilih bukanlah angka yang sedikit. Bisa dibilang, jumlah yang begitu banyak tersebut, sepatutnya menjadi bahan pelajaran yang sangat penting dan berharga untuk pelaksanaan pilkada di masa yang akan datang, atau bahkan dalam kegiatan pemilu lainnya.

Padahal, banyak warga kota Jakarta yang ingin merespon kegiatan pilkada namun mereka tidak dapat memilih karena nama mereka tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap.

Mereka patut kesal atau kecewa atas apa keadaan yang mereka alami. Namun mereka tidak punya kuasa karena sebagian besar dari mereka hanyalah kelompok masyarakat ekonomi lemah atau para karyawan swasta yang tidak memiliki waktu untuk mengurus pengecekkan atau pencatatan nama mereka di KPUD.

Seharusnya ada tindakan fairness atas situasi yang ada terjadi pada kelompok masyarakat ini. Namun rupanya upaya untuk "menjemput bola" bukan sebuah langkah pilihan yang seharusnya dilakukan oleh KPUD DKI Jakarta.

Padahal, KPUD DKI Jakarta bisa membuat pos pencatatan pada tingkat kecamatan atau kelurahan, agar lebih dekat dengan masyarakat. Mereka tidak menuntut lebih, namun mereka pun mengingatkan bahwa situasi yang terjadi sekarang, dapat terjadi lagi pada masa pemilu yang akan datang.
 
Demikianlah pernak-pernik pelaksanaan pilkada DKI Jakarta yang baru lalu dan dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya. Ada sisi kelebihan namun ada juga sisi kekurangannya. Proses pembelajaran yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta kemarin sebaiknya dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelaksanaan pilkada (atau bentuk pemilu lainnya) di ibukota Jakarta.

Sebagai ibukota negara, Jakarta memang seharusnya dapat menjadi contoh untuk pelaksanaan pilkada di wilayah atau propinsi lainnya.
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind
SEUNGKAP CINTA PADAMU
By  : Sarlen Julfree Manurung



Di bawah kepak kehangatan,
Di antara kedamaian dan cinta kasih,
Terbersik seharum bunga setaman
Yang merebak, hadirkan sejuta keindahan
Temaramkan segenap rasa,
Hingga merengkuh hatiku...
Jauh melarungkan segenap jiwaku,
Padamu...

Cintaku menorehkan segenap harap,
Dalam sebaris kepastian,
Bukan hanya sekedar hasrat,
Atau mimpi-mimpi sepi...
Karena apa yang kutaruh dan kunyatakan,
Adalah bilur-bilur ketulusan
Untuk menyayangimu,
seutuhnya...

Engkau bukanlah bayang-bayang...
Namun dirimu adalah seuntai kasih,
Karya agung ciptaan Tuhan
IA menciptakanmu dengan cinta
Dan aku mencintaimu setulus hatiku,
Dalam kesucian kasih sayang, padamu seorang...

Nuraniku tak bisa berkata tidak
Bahwa aku sungguh menyayangimu...
Bahwa rasa cintaku hanya padamu...
Sebagai buah kasih dari dalam hati...
Yang t'lah tertanam dan menjadi sukacita
Dalam hidupku...




the special poem for my honey : Ira Rupina Sinaga
02/08/07
Labels: 0 comments | | edit post
My Mind

Hidup adalah perjuangan. Oleh karena itu, berjuanglah untuk hidup...

Demikianlah salah satu motto yang saya pakai dalam menjalani kehidupan ini. Untuk dapat survival, kita memang perlu melakukan berbagai usaha agar kita dapat menjalani kehidupan ini seperti yang kita inginkan.

Memang, itu bukanlah sebuah langkah yang mudah... Kita harus pintar-pintar dalam bertindak dan memikirkan sesuatu dengan baik serta tepat.

Dunia usaha, selalu menghadirkan persaingan yang sering kali membuat kita harus berpikir dan berusaha keras agar kita tidak mudah tersingkir atau tergeser dalam arena pekerjaan ataupun bisnis yang sedang kita tekuni.

Terkadang, kita harus menghadapi suatu persaingan usaha atau pekerjaan yang tidak sehat, dimana persaingan usaha yang tidak sehat tersebut, dilakukan dengan  cara-cara yang tidak baik. Apabila itu terjadi, maka bisa saja sikap persaingan usaha yang tidak sehat tersebut, dapat membuat usaha atau pekerjaan kita menjadi terpuruk oleh karenanya.

Dalam hal mengejar prestasi di bidang pendidikan atau mengasah ketrampilan, kita pun harus bisa mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan orang lain. Bila kita tidak mau belajar, maka itu sama saja kita membiarkan diri kita tertinggal (meskipun hanya setengah langkah saja) dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan serta tingkat ketrampilan.

Demikian pula dengan dunia pergaulan. Terkadang kita juga tidak tau, siapa kawan,  dan siapa yang ternyata dapat menjadi "musuh dalam selimut" dalam pertemanan atau persahabatan kita dengan orang lain.

Dalam banyak peristiwa, seseorang terkadang tidak tahu atau tidak menyadari bahwa orang yang telah dianggapnya teman atau sahabat, sesungguhnya adalah rubah berbulu domba, yang menterjemahkan suatu pertemanan atau persahabatan, adalah sebuah usaha untuk mencari keuntungan pribadi semata.

Kebaikkan yang kita diciptakan dan tawarkan, kadang kala dimanfaatkan kawan atau sahabat kita hanya untuk kesenangan mereka belaka. Pada sisi yang lain terkadang pula, kebaikkan yang dinyatakan atau diiming-imingkan oleh kawan atau sahabat kita, ternyata justru untuk menjerumuskan kita ke dalam jurang penyesatan.

Pada sejumlah peristiwa, orang yang kita anggap kawan atau sahabat, justru adalah pihak yang sesungguhnya telah membuat kita mengalami suatu kenyataan yang tidak menyenangkan, suatu kenyataan, yang untuk memimpikannya saja, kita tidak mengharapkannya...

Dalam kehidupan pergaulan, kita harus tetap menggunakan akal pikiran (logika) kita. Kita dapat menggunakan perasaan, namun posisinya harus seimbang dengan akal pikiran. Bahkan dalam suatu keadaan tertentu, kita terkadang harus bisa menggunakan sedikit mungkin perasaan kita, agar kita sendiri dapat melihat sebuah keadaan secara jernih dan tepat.

Nilai penting penggunaan akal pikiran, adalah agar kita dapat membedakan, dapat mencermati, dan dapat bersikap bijaksana, di saat kita harus menghadapi sebuah kenyataan, bahwa tidak semua keindahan yang ditawarkan kepada kita, adalah sebuah keindahan yang murni datangnya dari hati, namun bisa pula, sesuatu hal yang semu belaka.

Nilai sebuah kepercayaan, sangatlah penting. Namun kita harus tetap bisa memposisikan diri kita (lebih tepatnya lagi, menempatkan rasa percaya tersebut pada tempat, waktu dan keadaan yang tepat), agar apa yang kemudian terjadi, sesuai dengan harapan kita.

Demikian pula dengan kejujuran... Berusahalah dalam segala keadaan untuk bersikap jujur. Karena dengan bertindak dan berkata jujur, itu akan membuat kita memiliki nilai lebih di mata orang lain, dan merupakan prestasi sikap tertinggi yang  jauh lebih berharga meskipun di nilai dengan sejumlah materi sekalipun...

Cepat berprasangka buruk, juga bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Boleh-boleh saja kita lakukan. Namun kita jangan membiasakan diri melakukan hal tersebut dalam setiap peristiwa yang sedang kita hadapi...

Kita harus bisa "membaca keadaan", dengan menilai sesuatu dengan cara serta pola pikir yang cerdas dan bijaksana. Karena bagaimanapun, keputusan yang kita ambil, jangan sampai membuat keadaan diri kita dalam posisi yang sulit.

Memperhatikan hal tersebut, bisa dikatakan :

Kita harus bisa survival dalam hidup ini. Hidup memang penuh dengan masalah dan keadaan sulit yang harus kita hadapi. Semua individu pasti memilikinya... Kita harus menghadapinya serta menyelesaikannya, bukan menghindarinya...

Oleh karena itu, kita harus pintar-pintar membaca keadaan, mencermati suatu masalah dengan baik, berusaha untuk bertindak dengan cara dan pola yang tepat, serta membuat kesimpulan dengan pikiran yang jernih, agar apa yang kita putuskan, adalah sebuah keputusan yang terbaik...

Kita harus pintar... Tapi kepintaran kita, adalah kepintaran yang membawa kemajuan, bukan merusak atau membuat keadaan menjadi lebih buruk.

Jangan pernah sekali-kalipun kita merencanakan sesuatu yang jahat. Karena percayalah...  pola survival hidup yang demikian, akan membuat kita harus mendapatkan balasan yang setimpal dengan sikap jahat yang kita lakukan...

Bijaksanalah dalam bersikap dan membuat keputusan, dan jangan pernah bertindak bodoh di saat kita menyikapi masalah dalam hidup ini...

Kiranya Tuhan yang Maha Baik, memberkati setiap langkah hidup kita.

Salam saya,


.Ir. Sarlen Julfree Manurung

===

Jakarta, 16 Juni 2007

===

NB :

tulisan ini dibuat setelah saya berhasil menyelesaikan/menemukan jawaban yang sesuai dengan harapan saya, dikala saya sedang menghadapi suatu masalah yang cukup berat...

My Mind

Setiap orang pasti mengalami atau pernah merasakan apa yang dinamakan sebagai badai dalam kehidupan. Badai yang berisikan berbagai macam masalah/persoalan yang kita tidak inginkan dan terkadang pula tidak kita harapkan namun itu semua harus kita hadapi.

Badai memang merupakan suatu keadaan yang sering kali membuat kita berada pada posisi yang sulit. Namun di lain sisi, badai yang menghampiri kita membuat kita belajar akan banyak hal.

Badai membuat kita tahu bagaimana harus bersikap. Badai juga mengajari bagaimana kita untuk menganalisa suatu masalah lalu menempatkan masalah tersebut pada proporsinya.

Badai membuat kita bisa membuat keputusan atau memberi tanggapan yang baik dan benar. Satu nilai penting lainnya, badai juga membuat kita tahu seberapa jauh kemampuan serta kepintaran kita.

Badai juga membuat kita tahu, siapa kawan, siapa lawan...

Intinya, badai membuat kita tahu bagaimana kehidupan itu, sebenarnya...

Memang tak dapat dipungkiri, oleh karena badai, kita mungkin harus bermandikan peluh. Kita mungkin juga harus merasakan sakit, pedih, dan luka di hati. Bahkan dalam beberapa peristiwa tertentu, kita harus menerima caci-maki orang lain.

Terkadang pula, oleh karena badai kehidupan, kita tak dapat mengendalikan diri kita sendiri... Kita goyah karena sudah mati akal...

Namun, bagian terberat dari keadaan yang harus kita dapatkan saat ada badai yang sedang melanda kehidupan kita :
pada sejumlah keadaan, kita justru ditinggalkan oleh mereka yang selama ini telah kita anggap sahabat atau teman kita, pada saat kita harus menghadapi badai kehidupan kita.

Menyedihkan memang bila situasi seperti itu harus kita hadapi.

Apakah di dalam badai, kita akan merasakan senang? Rasa-rasanya tidak...
Sejauh yang saya rasakan dan saya ketahui dari pengalaman atau cerita teman, para sahabat, atau cerita-cerita para selebritis atau orang terkenal lainnya, di dalam badai kehidupan yang harus dirasakan dan dilalui, tidak ada kesenangan di dalamnya.

Akan tetapi, oleh karena badai, seharusnya kita memiliki satu kepribadian yang cukup kuat. Semakin kuat badai menerpa, seharusnya, semakin bisa kita mengendalikan diri serta perasaan kita, dan semakin paham bagaimana caranya kita menggunakan serta mengelola kepintaran kita untuk menghadapi badai itu...

Kita jadi mampu memanage diri kita sendiri saat badai menerpa kita... Kita harus bisa menunjukkan siapa diri kita dan membuat orang lain tahu seberapa kemampuan kita...

Terkadang kita memang melemah. Terkadang kita menjadi orang yang paling tidak mampu melakukan apapun sehingga kita "terpaksa" harus mencari simpati dari orang lain atau membuat orang lain bersimpati kepada kita.

Apakah harus demikian? Tidak, tidak harus demikian. Boleh-boleh saja orang bersimpati. Namun untuk langkah selanjutnya, keputusan dan tindakan yang harus diambil berada di tangan kita.

Sekarang, sudah saatnya kita buka mata kita...

Semangat, semangat, semangat...!!!
Bangkitkan motivasi dan inisiatif diri...
Jangan pernah cepat mengalah pada keadaan tapi kalahkan lah keadaan...

Kenapa kita harus menderita kalau derita itu sesungguhnya dapat kita kalahkan atau kita tepis...???

Satu jalan penting yang bisa kita lakukan dan seharusnya kita lakukan : datang pada hadirat Bapa di surga...

Yup... bila kita berserah kepada Tuhan, melapor kepada Tuhan, curhat sama Tuhan, make sharing sama Tuhan atas masalah atau keadaan yang sedang kita hadapi... percaya dehhh... PASTI ada jalan keluar.

Tuhan itu baik dan ga akan pernah tega membuat anakNYA dalam derita. Mungkin badai itu datang agar kita juga belajar untuk mendekatkan diri padaNYA. Yaaa... terkadang badai itu ada karena memang kita telah jauh dari diriNYA.

Kalau kita merasa ga jauh dari Tuhan, gimana?
Itu artinya Tuhan ingin mendidik dan mengajari kita bagaimana seharusnya menghadapi masalah dengan cara yang benar, yaitu cara dan jalan Tuhan.

Bagaimana mengetahuinya?
Datang saja padaNYA dalam doa serta ucapan syukur.

Tidak sulit... Tidak akan memberatkan hati dan pikiran... karena kelegaan lah yang akan kita dapatkan...

Dengan kita memohon pada Tuhan, itu berarti :
1.  kita mau belajar dekat pada Tuhan
2.  kita pasti mendapatkan jawaban atas permasalahan yang kita hadapi
3.  kita tahu bahwa sesungguhnya Tuhan itu sangat baik pada kita.

Gapapa orang menjauh saat kita harus berhadapan dengan masalah. Gapapa kita dibuat susah orang lain atau oleh karena keadaan, karena kita tahu, kalau kita dekat pada Tuhan, sebesar apapun masalah yang kita hadapi, kita akan mendapatkan yang terindah pada waktunya...

Kita justru akan semakin merasa terbeban andai kita mengandalkan kekuatan fisik dan akal-pikiran kita sendiri... Percuma saja berheboh-heboh diri kalau kita sendiri merasa kekuatan dan kemampuan dari dalam diri kita bisa membuat kita mendapatkan jawaban atas masalah yang sedang kita hadapi.

Yuuuukkkk...bangkit... Yuuukkkk... semangat...

Jangan cari kambing hitam atau berlari dari masalah. Percuma saja. Bahkan  kita bisa di cap jahat oleh orang lain. Kita justru akan menambah masalah kalau kita tidak berusaha memecahkan masalah.

Badai memang sesuatu hal yang berat. Tapi kalau kita datang pada hadirat Tuhan dan berpegang pada tangan Tuhan, niscaya kita akan meraih keberhasilan karena telah menang atas masalah.


God Bless You everybody...


Salam Jakarta untuk semua


.Ir. Sarlen Julfree Manurung


Jakarta, 10 Juli 2007


My Mind

Kehidupan... penuh dengan rahasia...penuh dengan cerita dan makna-makna yang kita ketahui dan tidak kita ketahui.

Ketika kita memulainya, justru kita tidak tahu kapan akhirnya. Tidak ada satu pun manusia yang mampu mengungkapkan rahasia dari akhir kehidupan.

Hadir seperti pencuri... Detik waktunya kita tidak tahu... Mungkin bisa dirasakan, tapi kapan dan dimana, kita tidak tahu...

Tidak ada orang yang dapat menolak akhir dari kehidupan, karena memang, semua orang pada akhirnya, harus kembali menjadi debu, menyatu dengan tanah yang kita pijak...raga terpisah dengan rohnya...

Kita tidak akan mampu mencegahnya, karena memang telah ditentukan dan digariskan, bahwa setiap orang, pada satu titik waktu, akan usai cerita kehidupannya.

Itulah sebabnya dikatakan, akhir dari sebuah kehidupan, adalah sebuah misteri...

Ada yang lebih dulu mengalaminya... Entah kapan, kita pun akan menyusul mengakhiri lembar kehidupan kita. Ya, kita semua akan mengalami titik waktu di saat kita harus menutup lembar kehidupan kita...

Siap atau tidak siap, manusia pasti akan mengalaminya. Sekarang tinggal bagaimana manusia mengisi kehidupan ini dengan berbagai cinta dan kasih, menorehkan kebenaran , kedamaian, dan sukacita, serta menjadikan alur kehidupan kita, menjalani hidup benar atau dengan cara-cara yang benar...

Kita perlu berbuat seperti itu karena memang sesungguhnya, manusia itu diciptakan sebagai pribadi yang penuh cinta dan kasih serta memiliki misi di dunia ini untuk menyatakan kebenaran, membawa damai, menciptakan sukacita, dan hidup dengan cara yang benar...di mata manusia dan juga di mata Tuhan...

Ketika kita harus mengalami rasa kehilangan, sangatlah manusiawi apabila kita  bersedih... karena kehilangan seseorang yang kita cintai dan kasihi, itu berarti, hanya tinggal memori saja yang bisa kita nikmati... Dan itu, seperti  sebuah mimpi  yang tak ingin kita rasakan dan alami...

Tapi mau bagaimana lagi, kita tak dapat berbuat apa-apa... itu memang harus terjadi... Karena ketika kita pun harus menyelesaikan cerita kehidupan kita, maka akan ada banyak orang yang kehilangan kita...Akan ada banyak orang yang mengasihi kita, menangis sedih...

Sedih itu wajar... Menangis itu tak dapat kita hindari... Kita juga manusia... Kita juga tahu, bahwa kesedihan itu adalah ekspresi diri yang tak mungkin ditahan untuk kita lepaskan sebagai bagian dari ungkapan perasaan kita...

Tapi, ketika segalanya telah usai, maka usai juga sedih dan tangis itu... Jangan biarkan sedih dan tangis itu selalu menjadi bagian dari kehidupan selanjutnya. Karena kehidupan selanjutnya, ada hari esok yang patut di raih, ada mimpi indah yang harus jadi kenyataan, dan ada cita-cita yang harus digapai...

Ketika kehidupan belum sampai titik, masih banyak hal yang harus dan bisa kita lakukan. Masih ada kewajiban suci yang harus kita penuhi... Masih segudang harapan serta sukacita yang bisa kita bangun dan kita rasakan...

Dan yang juga menjadi bagian terindah dari hal itu adalah masih ada orang-orang yang membutuhkan kehadiran kita...

Anggaplah hidup ini sebagai sebuah sekolahan yang tak pernah berhenti. Kita harus belajar terus-menerus, hari demi hari, hingga pada saatnya kita harus berhenti karena memang waktu kita telah berakhir.

Kisah akhir kehidupan memang harus terjadi...Itu sudah jalan Tuhan bagi kita... Oleh karena itu, jangan biarkan hal itu membuat kita lupa, bahwa Tuhan Yang Maha Baik, melakukan itu karena IA pun tahu apa yang sesungguhnya terbaik untuk kita...


Salam Kasih,


.Sarlen Julfree Manurung


Jakarta, 29 April 2007


Labels: 0 comments | | edit post